Vinsensius de Paul: Hidup dan Spiritualitasnya
1. Vinsensius de Paul: Hidup dan Spiritualitasnya
Dalam “Kata Pengantar” buku Petunjuk-petunjuk bagi para Pemimpin, Pierre Humblet men egaskan bahwa “Suatu sumber yang pasti dimiliki Hoecken adalah Konstitusi, yang pada tahun 1809 disusun oleh Pastor P.J. Triest (1760-1836) bagi Bruder Karitas di Gent, suatu Kongregasi yang didirikannya. Pada tahun 1841 Hoecken menyusun Konstitusi pertama bagi Kongregasinya yang baru saja didirikan. Konstitusi ini berdasarkan versi-
1832, dengan nama Konstitusi bagi Para Bruder Vinsensius de Paul 250 ”. Tambahan lagi, baik Mgr. Rutten dan Bernardus Hoecken bersentuhan
dengan Spiritualitas Vinsensian melalui pendapat umum dan/atau gerakan Vinsensian yang berkembang luas pada waktu itu. Dalam upaya menanggapi panggilan Konsili Vatikan II untuk kembali kepada sumber-sumber, pentinglah mempertemukan spiritualitas para Pendiri kepada sumber asli, yakni Spiritualitasnya St. Vinsensius de Paul, yang kemudian dikenal dengan Spiritualitas Vinsensian. Perjumpaan itu sekaligus memberikan gambaran dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.
Biografi Vinsensius de Paul Tiap penulis biografi Vinsensius, masing-masing memiliki penekanan yang berlainan. Di antara mereka, biografer tentang Vinsensius yang asli adalah
Louis Abelly. 252 Karya Abelly terdiri dari tiga buku. Buku pertama berisi
250 B RO . B ERNARD H OECKEN , “Rules of Conduct …”, 15. Cetak miring miliknya. Lihat juga B R . S IGISMUND T AGAGE , “Maastricht …”, 180.
Louis Abelly telah mengenal Vinsensius selama kurang lebih 30 tahun; anggota Tuesday Conferences (Konferensi hari Selasa), dan terlibat memberikan misi bersama mereka. Ia tinggal di Paris dan sering menjalin relasi personal dengan Vinsensius. Untuk menuliskan biografi Vinsensius, Alméras mengijikan Abelly untuk menggunakan bahan-bahan dan dua sekretaris Vinsensius, yakni Bruder Bertrand Ducournau dan Louis Robineau sebagai nara sumber yang memberinya bantuan amat baik.
102 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
kehidupan Vinsensius. Buku kedua memuat karya-karyanya. Dan buku ketiga menerangkan keutamaan-keutamaan Vinsensius. Karya Abelly memiliki beberapa kekurangan. Dalam mengutip surat-surat Vinsensius atau konferensi-konferensinya, ia sering mengubah paragraf, kalimat atau kata- kata, karena menganggap tulisan-tulisan Vinsensius kurang berkualitas secara literer. Ia juga memiliki praduga tentang apa yang seharusnya terjadi pada pastor yang kudus itu, dan mencoba untuk menjadikan Vinsensius ke dalam kerangka pikiran ini. Ia memberikan kesan bahwa Vinsensius telah menjadi santo sejak kanak-kanak. Tentang kehidupan Vinsensius versi Abelly, André Dodin dalam bukunya La Légende et l’histoire: De monsieur
Depaul à saint Vincent de Paul, memberikan argumentasi bahwa “di dalam bukunya Abelly ada peralian dari sejarah ke legenda yakni realitas Tuan
Depaul berubah menjadi legenda Santo Vinsensius de Paul.” 253 Biografi kedua yang lebih besar tentang Vinsensius diterbitkan pada
tahun 1748 oleh Pierre Collet C.M., 2 jilid. 254 Membaca bukunya Abelly akan lebih berarti daripada bukunya Collet. Pada tahun 1889, biografi baru
tentang Vinsensius diterbitkan oleh Mgr. Louis-Emile Bougaud. 255 Penulis biografi lain tentang biografi Vinsensius yakni Pierre Coste menerbitkan 13
Buku Abelly telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Italia pada 1912, Bahasa Inggris pada tahun 1993 dan Bahasa Spanyol pada tahun 1994. Lih. L UIS A BELLY , “La vie du vénérable serviteur de Dieu Vincent de Paul. Fondateur de la Congrégation des Prêtres de la Mission et des Filles de la Charité (3 tomi) ” Paris, 1664; terj. Inggris “The Life of the Venerable Servant of God Vincent de Paul (3 vols.)”, New Rochelle 1993; terj.. Spanyol “Vida del Venerable Siervo de Dios Vicente de Paúl, fundador y primer superior general de la Congregación de la Misión”, Salamanca 1994.
253 Lih. T HOMAS D AVITT , C.M., “Introducing to Vincentian Studies”, [diakses: 11.12.2003],
http://www.famvin.org/en/modules.php?name=Sections&op=printpage&artid=12 ;T HOMAS D AVITT , C.M., “St. Vincent and How to read about Him”, [diakses: 11.12.2003], http://www.famvin.org/en/modules.php?name=Sections&op=printpage&artid=1 3. 254 Demi alasan-alasan politik, buku itu diterbitkan di Nancy. Pada waktu itu
Nancy adalah suatu daerah di luar Perancis. Buku itu tanpa nama pengarang, tetapi ditulis oleh Piere Collet, C.M. (1693-1770). Lih. P IERRE C OLLET , C.M., “La vie de saint Vincent de Paul, instituteur de la Congrégation de la Mission, & des Filles de la Charité (2 tomi)”, Nancy 1748 ; terj. Inggris “Life of St. Vincent de Paul: Founder of The Congregation of The Mission of The Sisters of Charity (2 vols)”, Baltimore 1845.
255 M ONSEIGNEUR B OUGAUD , “Histoire de Saint Vincent de Paul. Fondateur de la Congrégation des Prêtres de la Mission et des Filles de la Charité (2 tomi)”, Paris
1889. Buku ini dibagi menjadi enam “buku“.
103 | Petrus Suparyanto
jilid, dan tiga jilid diterbitkan kemudian pada tahun 1932. 256 Terbitan Coste merupakan buku biografi Vinsensius terpenting yang kita miliki. Kesalahan
terbesarnya adalah bahwa buku ini begitu detil bicara tentang apa yang dikerjakan Vinsensius sehingga tidak memberi gambaran jelas kepada kita siapakah Vinsensius itu. Mungkin Coste mengharapkan bahwa para pembaca biografinya telah membaca surat-surat dan konferensi- konferensinya yang menggambarkan Vinsensius secara jelas.
Sejak karya Coste, satu-satunya biografi baru (tentang Vinsensius) 257 yakni yang diterbitkan oleh José-María Román, seorang sejarawan terdidik.
Karyanya lebih pendek daripada karya Abelly maupun Coste, tetapi buku ini memberikan perkembangan studi Vinsensian dalam setengah abad terakhir sejak Coste. Tambahan lagi, ada beberapa buku lain yang lebih kecil tentang biografi Vinsensius, seperti yang ditulis oleh Mary Purcell, Mgr. Jean Calvet, dan Luigi Mazzadri. Menurut Thomas Davitt C.M., The Life of Saint Vincent de Paul: the World of Monsieur Vincent karya Mary Purcell merupakan
karya singkat terbaik dalam Bahasa Inggris. 258 Di atas semua itu, dengan merujuk pada buku-buku biografis dan studi belakangan tentang Vinsensius,
di antara Vinsensian sendiri sepakat bahwa hidupnya dapat dibagi ke dalam dua bagian yakni Vincent I dan Vincent II. Atas dasar kerangka tersebut, berikut ini kita akan melukiskan siapa Visensius.
2.1.1 Vinsensius I: Peziarahan menuju Pemerdekaan Apa yang dimaksud dengan “Vinsensius I” ditemukan dalam kurun waktu
25 tahun pertama imamatnya, pada usia antara 19 dan 45 tahun. Dalam
Buku-buku Coste segera diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Joseph Leonard, seorang CM dari Provinsi Irlandia pada tahun 1932, dan dipublikasikan antara tahun 1934-1935; karya terjemahan ini dicetak ulang di Amerika
Serikat pada tahun 1987. Lih. P IERRE C OSTE , C.M., “Le Grand Saint du Grand Siècle : Monsieur Vincent (3 tomi)”, Paris 1932; terj. Inggris “The Life and Works of St. Vincent de Paul (3 vols.)”, New York 1987.
Karya Román diterbitkan pada tahun 1981, dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Italia, Polandia, dan Inggris. Lih. J OSÉ -M ARÍA R OMÁN , C.M., “San Vicente de Paúl”, Madrid 1981.
258 Lih. T HOMAS D AVITT , C.M., ”Introducing to Vincentian Studies”, [diakses: 11.12.2003],
http://www.famvin.org/en/modules.php?name=Sections&op=printpage&artid=12 .
104 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
tahun-tahun tersebut, kita menyaksikan transformasi kehidupan spiritualnya secara pelan-pelan dan indah. Kita menemukan sesuatu yang tersembunyi tetapi sepenuhnya benar-benar suatu peziarahan yang nyata. Kita dapat
menyebutnya “Peziarahan Vinsensius menuju Pemerdekaan”. 259 Peziarahannya ini mengungkapkan kedalaman pribadi dan hidup rohaninya.
Mengapa kita menyebutnya peziarahan Vinsensius menuju pembebasan? Apa itu artinya?
Vinsensius lahir di Puoy, wilayah sudut timur laut Perancis, atau pada tahun 1580 atau 1581. 260 Ia berasal dari keluarga petani sederhana, meskipun
tidak terlalu miskin. Orang tuanya, Jean dan Bertran de Paul mendorong dan membantunya untuk menjadi imam. Beruntunglah, bahwa setelah belajar Teologi di Universitas Toulouse, dan meskipun Konsili Trente mendeklarasikan bahwa hendaknya tidak seorangpun ditahbiskan sebelum berumur 24 tahun, Vinsensius merencanakan tahbisannya pada usia 19 tahun. Ia ditahbiskan pada tangal 23 September, 1600 oleh François de Bourdeilles yang meninggal pada usia 84 tahun, satu bulan sesudah upacara
tahbisan Vinsensius. 261 Tempat tahbisannya amat jauh dari keuskupannya, yakni di Château l‟Évêque, keuskupan Périgueux. Meskipun tahbisannya
bukanlah praktik korupsi (imamat) atau tidak bertanggungjawab, tetapi menjadi imam merupakan rencana berbeda, katakanlah ambisi pribadi. Baginya, imamat adalah lebih sebagai karir dan cara hidup demi masa depan yang lebih baik daripada sebagai panggilan. Harapan ini diterangkan oleh Luttenberger dengan kata-kata sebagai berikut:
Meskipun Konsili Trente telah menetapkan usia 24 tahun sebagai batas minimum bagi pentahbisan, pentahbisan dini Vinsensius
Bdk. H UGH F. O‟D ONNELL , C.M., “Vincent de Paul: His Life and Way”, dalam F RANCES RYAN , D. C ., - J OHN E. R YBOLT , C . M . ed., Vincent de Paul and Louise de Marillac: Rules, Conferences, and Writings . The Classics of Western Spirituality, New York 1995, 14.
Jika seseorang menerima tahun 1580 sebagai tahun kelahiran Vinsensius yang benar, maka ia dilahirkan pada tanggal 5 april, bertepatan dengan pesta Santo Vinsensius Ferrer. Sebaliknya jika yang diterima tahun 1581, maka ia dilahirkan pada tanggal 28 Maret. Menurut perhitungan Abelly ia dilahirkan pada tanggal 24 April.
261 Lih. B ERNARD P UJO , “Vincent de Paul, the Trailblazer”, Indiana 2003, 12- 22. Alasan mengapa Vinsensius tidak ditahbiskan di Dax, wilayah keuskupannya atau
di Toulouse, tempat ia belajar teologi, lih. G.F. R OSSI , C.M., “La Schiavitù di s. Vincenzo de‟ Paoli è un Fatto Storico”, Piacenza 1961, 38-41, 59-61.
105 | Petrus Suparyanto
bukanlah kasus singular dalam akhir abad ke-16 di Perancis. Imamat memungkinkan karir yang menjanjikan bagi para pemuda pada zaman itu, dan Vinsensius tidak luput dari cita-cita seperti itu. Dengan imamatnya, ia berharap bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarganya. 262
Seperti imam-imam yang lain, Vinsensius pada awalnya digoda oleh uang, harga diri dan ambisi akan kekuasaan. Tetapi, semua harapan-harapannya tidak terpenuhi. Selambat-lambatnya tahun 1610, ia menulis surat kepada ibunya menjelaskan kegagalannya untuk memperoleh kedudukan dan pendapatan yang memuaskan. 263
Lebih jauh lagi, ia “hilang” selama dua tahun (1605-1607). Satu-satunya penjelasan mengenai masa itu adalah sebuah surat tentang perbudakannya di Afrika Utara, dan ia menghabiskan periode gelap itu dengan hidup sebagai budak bagi empat tuannya secara bergantian. 264 Beberapa sejarawan dan
biografer mengatakan perbudakan itu tidak terjadi. Apa yang pasti adalah bahwa Vinsensius sendiri menulis surat yang menceritakan perbudakannya. O‟Donnell menjelaskan persoalan tersebut sebagai berikut:
Kita benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jika perbudakan itu merupakan peristiwa sejarah, tidak ada jalan lain bagi ambisi Vinsensius untuk memperoleh kedudukan dan pendapatan, padahal ia menulis suratnya dari Roma pada tahun 1608 dan karenanya ia telah dijanjikan kedudukan yang tinggi. Jika kisah perbudakan dikarang oleh Vinsensius sendiri dalam semangat yang tipikal dengan ejekan ala Gascon atau mungkin untuk mengamankan pendapatan finansialnya dari tuan lamanya, hal itu mengungkapkan perbudakan batinnya selama periode tersebut, pengalaman pribadinya yang tidak terbebaskan, dan akhirnya peristiwa pembebasannya.
G ERARD H. L UTTENBERGER , “Vincent de Paul‟s Charism in Today‟s Church”, RR
52 (1993), 663. 263 Lih. Surat Vinsensius de Paul kepada bundanya, Paris February 17, 1610
(SV 1, 18-20). Lihat juga H UGH F. O‟D ONNELL , C.M., “Vincent de Paul: …”, 15; G ABRIELA T ESFAGABER , “St. Vincent de Paul's life and ministry to the poor: a brief introduction”, AER
31 (December 1989), 368.
Lih. B ERNARD P UJO , “Vincent de Paul, …”, 24-29; G.F. R OSSI , C.M., “La Schiavitù di s. Vincenzo de‟ Paoli ...”, 14-31.
106 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
Dalam kasus ini, peristiwa perbudakannya menjadi suatu alegori dari peziarahan batinnya menuju pemerdekaan. 265
Pada tahun 1608 Vinsensius datang ke Paris. Kedatangannya di Paris ditandai oleh titik balik dalam peziarahan spiritualnya. Melalui pengaruh Bérulle (pembimbing rohani Vinsensius), dan André Duval (dosen Universitas Sorbonne), saat itu merupakan peristiwa penting pertobatannya. Ia menyadari bahwa ambisinya akan kedudukan dan pendapatan demi hidup yang lebih nyaman telah menjadi batu sandungan bagi kebahagiaan dan karya pastoralnya. Ia mengalami bahwa ia mencintai karya pastoral, karena umat di parokinya (Clichy) yang miskin dan sederhana menyentuh hatinya. Ia menceritakannya kepada Uskup di Paris sebagai berikut:
Saya adalah wakil Negara (a country vicar), demikian ia memanggil dirinya. Saya memiliki umat yang begitu baik dan taat dalam melaksanakan apapun yang saya minta. Ketika saya meminta mereka untuk mengaku dosa pada Minggu pertama dalam bulan, mereka tidak pernah melalaikannya. Mereka datang dan mengaku dosa, dan saya melihat kebaikan mereka dari hari ke hari dalam merawat jiwanya. Mereka memberikan kebahagiaan, dan saya amat senang dengannya. Karena itulah saya biasa mengatakan kepada diriku sendiri: “Allahku! Alangkah bahagia-Nya Engkau memiliki umat demikian baik! Saya berpikir bahwa paus tidak sebahagia seorang wakil pemerintah dengan
umat yang demikian baik hatinya”. 266 Dalam pengalaman ini, Vinsensius menyadari dalam-dalam akan
kemiskinannya dan karunia kerahiman Allah. Pada satu pihak, ia menyadari dirinya sendiri sebagai orang miskin. Konsekuensinya, ia tidak akan pernah dapat berjumpa dengan seseorang yang lebih miskin dari dirinya. Digerakkan oleh kesadaran akan kemiskinannya yang radikal, ia terbuka untuk menerima setiap orang tanpa penilaian. Dalam pengalaman ini, ada
265 H UGH F. O‟D ONNELL , C.M., “Vincent de Paul: …”, 16. Lihat juga José María Román, “San Vincenzo de‟ Paoli”, Milano 1996, 61-74;
SV IX, 646. SV menunjuk kepada empat belas volume karya Vinsensius dalam Bahasa Perancis yang diedit oleh Pierre Coste (Paris 1920-1925). Saya menggunakan terjemahan Joseph Leonard sebagai titik berangkat, tetapi sering memodifikasinya dalam terang naskah asli. Selanjutnya akan dikutip sebagai “SV”, diikuti dengan nomor volume dan nomor halaman. Yang dimaksud sebagai “wakil Negara” mungkin Negara Vatikan. Tampak pada akhir kutipan Vinsensius membandingkan kebahagiaannya dengan kebahagiaan Paus.
107 | Petrus Suparyanto
kebebasan yang tak terukur, kebebasan di dalam dirinya dan kebebasan terhadap sesama, khususnya orang miskin. Di lain pihak, pengalaman kemiskinan yang radikal ini berjumpa dengan kerahiman Ilahi yang cuma- cuma. Vinsensius menyadari dirinya sebagai pribadi paling kaya yang pernah ia jumpai. Pengalaman akan kemiskinannya dan kemahamurahan Allah merupakan sumber kekuatan yang luar biasa dan sumber buah-buah yang
melimpah di dalam periode “Vinsensius II”. 267
2.1.2 Vinsensius II: Rasul Belaskasih “Vinsensius II” mengungkapkan periode karya pelayanan publik Vinsensius yang ditandai dengan karya-karya belaskasihnya. Pertama-tama, pada tahun 1625 Vinsensius mendirikan Kongregasi Misi. Pendirian Kongregasi Misi ini merupakan manifestasi dari peziarahan batin yang mengagumkan dan buah- buah dari persahabatan dengan Bérulle, André Duval, keluarga de Gondi, pribadi-pribadi lain yang berpengaruh. Pendirian Kongregasi ini juga merupakan buah-buah karya pelayanan Vinsensius kepada umat miskin di
paroki-paroki Clichy, Folléville, dan Châtillon-les-Dombes. 268 Pada permulaannya, Kongregasi Misi hanya beranggotakan empat orang.
“Mereka mengabdikan diri kepada karya katekese, berkotbah, dan pengakuan dosa bagi orang-orang miskin di desa- 269 desa”. Dalam
perkembangan waktu selanjutnya, mereka memperluas karya mereka, seperti retret persiapan tahbisan bagi para calon imam pada tahun 1628, dan Konferensi Hari Selasa pada tahun 1633. Usaha-usaha ini menghasilkan buah melimpah di dalam mempromosikan idealitas imamat dan di dalam menganjurkan untuk saling mendukung di antara para imam sendiri. 270
267 Bdk. H UGH F. O‟D ONNELL , C.M., “Vincent de Paul: …”, 17-23.
Lih. B ERNARD P UJO , “Vincent de Paul, …”, 86-93; H UGH F. O‟D ONNELL , C.M., “Vincent de Paul: …”, 24-25; G ERARD H. L UTTENBERGER , “Vincent de Paul‟s Charism …”, 666-669.
B ERNARD P UJO , “Vincent de Paul, …”, 87. Lihat juga José María Román, “San Vincenzo de‟ Paoli”, 155-164.
Aspek formasi imamat dari Spiritualitas Vinsensian telah diteliti oleh Sebastian sebagai “tesis doktorat”. Lih. S EBASTIAN T HUNDATHIKUNNEL D EVASIA , “Priesthood and Formation: The Vision of St. Vincent de Paul in the Light of the Post- Vatican II Documents”, Roma 2000.
108 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
Hal penting kedua adalah pendirian Serikat Putri-putri Kasih. Terinspirasi oleh perempuan-perempuan kaya yang baik hati di dalam Paguyuban Persaudaraan Cinta kasih 271 dalam menjawab kebutuhan-
kebutuhan orang miskin, para pengemis, dan para narapidana serta di antara narapidana (galley convicts) yang dijadikan budak untuk mendayung kapal-
kapal perang, keluarga-keluarga muda yang miskin, para korban kelaparan dan korban perang, bersama Luisa de Marillac mendirikan Serikat Putri- putri Kasih. Pada tanggal 29 November 1633 Serikat Putri-putri Kasih didirikan. 272 Sampai pada saat itu, lengkaplah pendirian karya-karya cinta
kasih dalam kehidupan Vinsensius: Paguyuban Persaudaraan Cintakasih, Kongregasi Misi, Putri-putri Kasih, retret bagi calon-calon imam, dan Konferensi hari Selasa.
Dalam tahun-tahun selanjutnya, melalui kecekatannya menjawab jeritan kaum miskin, karya Kongregasi Misi merambah dari Perancis ke Itali, Sardenya, Irlandia, dan Skotlandia. Pada tahun 1648 satu kelompok misionaris menuju ke Madagaskar dan pada tahun 1651 satu kelompok lain ke Polandia. Pada tahun 1652, Vinsensius juga mengirim Putri-putri Kasih ke Polandia, dan mengirim ke Madagaskar pada tahun 1656. Karya-karya cinta kasih ini berlanjut, juga setelah Vinsensius meninggal pada tanggal 27 September, 1660, pukul 4:45. Bisa dikatakan, bagi manusia jaman ini, lingkup karyanya tak dapat dibayangkan keluasan dan ragam
pelayanannya. 273
Cara Hidup Vinsensius de Paul
Paguyuban ini dikenal dengan Persaudaraan Cintakasih yang didirikan oleh Vinsensius, suatu organisasi untuk kaum awam, baik untuk perempuan maupun laki-laki, yang juga didirikan di paroki-paroki untuk melayani kebutuhan orang-orang miskin jasmani maupun rohani.
272 Lih. L UIGI M EZZADRI – L UIGI N UOVO , “Sainte Louise de Marillac par Elle- Meme”, Roma 1992, 87-91; F RANÇOISE B OUCHARD , “Saint Vincent de Paul ou la charité
en action”, Paris 2001, 153-156; J EAN -Y VES D UCOURNEAU , “Saint Vincent de Paul par ses écrits”, Paris 2003, 70-77. 273 Lih. H UGH F. O‟D ONNELL , C.M., “Vincent de Paul: …”, 27-29.
109 | Petrus Suparyanto
Tidak gampanglah bicara tentang ide-ide spiritual St. Vinsensius. Ia tidak pernah memaparkan gagasan spiritualnya secara sistematis. 274 Ajaran
spiritual St. Vinsensius ditemukan di dalam kehidupannya. 275 O‟Donnell, C.M. menjelaskan, “Titik berangkat untuk menemukan warisan spiritual
Vinsensius adalah pemahaman bahwa Vinsensius tidak memiliki suatu spiritualitas. Lebih baik dikatakan, ia memiliki suatu cara hidup 276 ”.
Dalam penelitian berikut, kita tidak akan menganalisa Aturan Hidup Kongregasi Misi, Aturan Hidup Serikat Putri-putri Kasih, dan Aturan Hidup Paguyuban Persaudaraan Cintakasih, juga tidak akan menganalisa surat-surat Vinsensius maupun catatan-catatan konferensi-konferensinya. 277 Kita akan
menggunakan hasil studi Vinsensian tentang macam-macam aspek spiritualitas Vinsensian, 278 untuk dapat menangkap gambaran konsepsi
spiritualitas Vinsensian. Untuk dapat memahami lebih baik spiritualitasnya St. Vinsensius de Paul, hendaknyalah didasarkan pada contoh-contoh
274 J OHN P RAGER , CM, “St. Vincent de Paul and Lay Ministry”, v incentiana 2002 [diakses: 11.12.2003], http://famvin.org/cm/curia/vincentiana/2002/prager-laity.html .
Bdk.. G IUSEPPE L. C OLUCCIA , “Spiritualità Vincenziana Spiritualità dell‟Azione”, Roma 1980, 239. Ia menjelaskan, “Hidup rohani Vinsensius bukanlah kehidupan yang dapat disimpulkan dalam suatu rumusan atau suatu sistematika tertentu, tidak akan pernah bisa.[...] ajarannya adalah hidupnya sendiri . ” Cetak miring miliknya.
276 H UGH F. O‟D ONNELL , C.M., “Vincent de Paul: …”, 30.
Catatan-catatan tentang surat-surat, konferensi-konferensi dan dokumen- dokumen lain St. Vinsensius de Paul dikumpulkan oleh Pierre Coste, CM, Saint Vincent de Paul: correspondence, entretiens, documents (Paris, 1920), XV volume (14 vol. +1 vol indeks).
Tema kemiskinan Injili dan pelayanan kepada orang miskin merupakan kharakter sentral Spiritualitas Vinsensian. Beberapa penelitian tentang tema tersebut telah dijalankan oleh beberapa anggota Vinsensian. Lih. I TALO G. Z EDDE , C.M., “L‟Evangelizzazione dei Poveri Secondo san Vincenzo de‟ Paoli”, (tesis doktorat) Roma 1972; G IUSEPPE L. C OLUCCIA , “Spiritualità Vincenziana Spiritualità dell‟Azione”, (tesis doktorat) Roma 1980; R OBERT P. M ALONEY , C.M., “The Way of Vincent de Paul. A contemporary Spirituality in the Service of the Poor”, Hyde Park NY 1992; R OBERT P. M ALONEY , C.M., “He Hears the Cry of the Poor. On the Spirituality of Vincent de
Paul”, Hyde Park NY 1995; R OBERT P. M ALONEY , C.M., “Go! On the Missionary Spirituality of St. Vincent de Paul”, Salamanca 2000; J OSE M ECHERIL , VC., “Poverty as A Sign of the Richness of the Kingdom of God. A Study of Evangelical Poverty in the Indian Context with Special Reference to the Motto of the Vincentian Congregation”, (tesis doktorat) Roma 1994.
110 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
partikular yang mengantar kita sampai kepada apa yang disebut spiritualitas Vinsensian.
Dua Pengalaman yang Sarat Makna Pengalaman pertama terjadi di Folléville. 279 Ditemani oleh Madame de
Gondi saat mengunjungi para buruh yang bekerja di tanah pertaniannya, Vinsensius menyadari akan penderitaan yang amat menguasai di antara penduduk desa di Folléville, Picardy. Pada suatu hari di bulan Januari 1617, terdengar berita yang berasal dari daerah dekat Gannes, dua mil jauhnya, bahwa ada seorang petani miskin yang sakit keras yang ingin bertemu dengan Vinsensius. Bergegaslah ia pergi ke rumahnya. Sesampainya di sana, dengan rendah hati Vinsensius duduk di sisi tempat tidur petani itu untuk mendengarkan pengakuan dosanya. Ia mendorong untuk pengakuan dosa atas semua dosa-dosa selama hidupnya. Petani itu mulai mendoakan rosario sebagai silih atas dosa-dosanya. Bagi Vinsen, peristiwa itu lebih buruk daripada yang ia sangka.
Orang yang sedemikian dihormati dan saleh, tetapi dikuburkan dengan kesadaran akan beban berat yang tidak pernah ia ungkapkan. Tahun berganti tahun, dari pengakuan yang satu ke pengakuan yang lain, ia tetap diam - karena tidak tahu, malu dan pura-pura baik - mengenai dosa-dosa terbesarnya. Vinsensius memiliki feeling bahwa dalam peristiwa menjelang ajalnya ia menarik jiwanya dari cengkeraman kuasa setan. Petani miskin itu merasakan hal yang sama. Perasaan sesal karena dosa-dosa seluruh hidupnya meninggalkan perasaan cemas di dalam jiwanya. Ia merasa dibebaskan. Jika pengakuan dosa itu tidak terjadi, ia akan mendapat hukuman kekal. Ia dipenuhi dengan kegembiraan yang tiada batas. Ia membawa keluarganya ke rumahnya, bersama dengan tetangga-tetangga dan Madame de Gondi. Ia menceritakan pengalamannya. Tiga hari sebelum meninggal, ia mengakukan dosa-dosanya secara publik, yang sebelumnya tidak ingin ia ungkapkan, bahkan dirahasiakan. Ia berterimakasih kepada Allah yang telah menyelamatkannya lewat pengakuan publik itu. Mendengar berita tersebut, Madame de Gondi tergoncang ketakutan, sebagaimana diungkapkan dalam kata-kata berikut:
OSÉ J M ARÍA R OMÁN , “San Vincenzo de‟ Paoli”, 101-102; B ERNARD P UJO , “Vincent de Paul, …”, 49-57.
111 | Petrus Suparyanto
Tuan Vinsensius, apakah arti semua hal yang baru saja kita dengar ini? Hal yang sama mesti terjadi pada sebagian besar umat. Jika tokoh umat yang dianggap begitu saleh ini ternyata di ambang kebinasaan abadi, apalagi orang-orang lain yang hidupnya lebih buruk? Oh, Tuan Vinsensius, alangkah banyaknya jiwa yang akan hilang! Apa yang dapat kita buat bagi mereka? 280
Melalui pembicaraan bersama, Vinsensius dan Madame de Gondi menemukan cara pemecahan. Minggu berikutnya Visensius akan berkotbah di gereja Folléville dengan tema bagaimana pengakuan dosa umum yang baik. Ia memilih akan melaksanakannya pada hari Rabu, tanggal 25 Januari 1617, bertepatan dengan pesta bertobatnya St. Paulus. Kotbah ini kemudian dikenal dengan misi pertamanya. Ia segera pergi ke mimbar. Di hadapannya hadir umat yang sederhana dari desa-desa di sekitarnya. Ia melihat orang- orang itu mirip dengan mereka yang telah dikenalnya di desa-desa sekitar daerah kelahirannya di Pouy – orang-orang yang tertindas sebagai buruh yang diperlakukan dengan kejam. Ia melihat tipe-tipe perempuan yang mirip yang sekaligus kurang pengetahuan dan saleh, amat taat dan setia pada agama; orang-orang muda dan anak-anak yang masih polos tetapi telah mereflekksikan tentang rahasia gigitan ular (kebinasaan abadi). Vinsensius tidak memiliki apa-apa selain kata-kata; kata-kata dan api belaskasihnya bagi saudara-saudara yang terlupakan ini.
Kotbah pertama ini mudah dimengerti dan amat berpengaruh. Ia memohon, mendorong dan menggerakkan hati m ereka. “Allah berkenan memberkati kata- kata saya,” katanya dengan rendah hati, dan menganggap
kesuksesan mereka berkat iman dan kepercayaan Madame de Gondi, dengan mengatakan bahwa dosa-dosanya sendiri akan membuat kotbahnya kurang berhasil.
Orang-orang miskin yang baik itu berbondong-bondong datang untuk mengaku dosa. Vinsensius dan asistennya tidak dapat menanganinya. Mereka telah memohon bantuan kepada para Yesuit di Amiens. Madame
de Gondi mengatur semuanya ini. Rektor sendirilah yang datang dan pada waktu selanjutnya digantikan oleh Romo Fourché. Meskipun demikian, mereka dibanjiri oleh para pengaku dosa. Mereka mengulangi berkotbah dan
280 SV XI, 4.
112 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
anjuran-anjuran di kampung-kampung sekitarnya dan selalu mendapat kesuksesan yang sama. 281 “Yang penting untuk dicatat dalam konteks ini
adalah bahwa kotbah misi popular yang dilakukan Vinsensius dan komunitas baru yang didirikan merupakan suatu pengalaman yang
formatif.” 282 Pengalaman kedua terjadi di Châtillon-les-Dombes (Lyon). 283 Châtillon-
les-Dombes, yang sekarang dikenal Châtillon-sur-Chalaronne, memberikan kepada Vinsesius de Paul pengalaman lain. Pada hari Minggu, ketika ia sedang berpakaian untuk Perayaan Ekaristi, seorang pelayan dari Chaissagne datang ke sakristi untuk memberi kabar bahwa di daerah pinggir kota Châtillon ada sebuah keluarga yang sangat membutuhkan. Seluruh anggota keluarga sakit parah dan tidak seorangpun dapat membantu mereka. Mereka membutuhkan makanan dan obat-obatan.
Hati Vinsensius tersentuh oleh berita itu. Ia memberikan homili yang sangat menggerakkan umat untuk memberi perhatian kepada keluarga yang malang itu. Belaskasihnya makin menyebar luas, atau seperti ia sendiri katakan, “Allah menyentuh hati umat”. Sore harinya, setelah doa malam, Vinsensius ditemani orang baik di kota itu, mengunjungi keluarga yang menderita itu. Amat heranlah ia, karena ia berjumpa dengan banyak orang dari daerah tempat keluarga malang itu tinggal. Hari itu sangat panas (kalau tidak salah tanggal 20 Agustus) sehingga banyak orang duduk-duduk di pinggir jalan untuk istirahat dan minum. Pemandangan itu nampak seperti para peziarah. Ketika Vinsensius tiba di sana, ia melihat keluarga tersebut sangat miskin dan ia memberikan sakramen untuk orang sakit kepada mereka yang mendekati ajal. Vinsensius juga melihat sumbangan makanan yang melimpah dari umat lain dan membuatnya berpikir. Sampai sekarang peristiwa dan tanda Penyelenggaraan Ilahi yang lain telah ditunjukkan untuk ia ikuti. “Orang-orang miskin ini”, ia merenungkan diri, “telah memberikan makanan yang lebih daripada yang mereka butuhkan. Sebagian dari makanan itu akan menjadi busuk dan keluarga itu akan menderita lagi
281 SV XI, 2-5. 282 R OBERT P. M ALONEY , C.M., “Go! …”, 204. Cetak miring miliknya. 283 J OSE M ARIA R OMAN , “San Vincenzo de‟ Paoli”, 110-111.
113 | Petrus Suparyanto
seperti semula. Karya cinta kasih ini kurang terencana. 284 Yang dibutuhkan adalah suatu organisasi.
Tiga hari kemudian, pada hari Rabu 23 Agustus 1617, Vinsensius melaksanakan rencananya. Ia mengadakan pertemuan dengan ibu-ibu yang saleh di kota. Melihat kemiskinan orang-orang miskin setempat, Vinsensius mendirikan perkumpulan Persaudaraan Cintakasih pertama. Banyak perkumpulan lain dibentuk kemudian. Selama hidupnya, Vinsensius membimbing perkumpulan-perkumpulan ini, menuliskan aturan-aturan bagi mereka. 285 dan memberikan banyak perhatian kepada mereka baik secara
pribadi maupun kelompok. 286 “Tidak satupun karya cintakasih ini gagal jika Ibu Tuhan campur tangan, maka perempuan-perempuan ini (pertanyaan
pada pertemuan ini) mengambilnya sebagai patron dan pelindung bagi perkumpulan mereka.” 287
Dasar Spiritual Misi dan Cintakasih Vinsensius Menurut Giuseppe L. Coluccia, secara ilmiah, Teologi Spiritual memulai bicara tentang Spiritualitas Vinsensian pada tahun 1946, khususnya mengenai biografi St. Vinsensius tulisan J. Calvet. 288 Studi Vinsensian yang lebih awal terkonsentrasi pada keutamaan-keutamaan Vinsensian. Bertahun- tahun studi Vinsensian dilaksanakan, dan tema evangelisasi serta pelayanan untuk orang miskin mengambil tempat yang lebih sentral daripada tema lain, seperti formasio. Lebih lanjut, di antara Vinsensian sendiri menyadari bahwa dua pengalaman tersebut merupakan dasar spiritualitas Vinsensius de Paul.
2.2.2.1 Pewartaan Kabar Gembira untuk Orang Miskin
L OUIS A BELLY , “La vie du Vénérable serviteur de Dieu Vincent de Paul”, vol. I, 46. 285 Bdk.. SV XIII, 417.
286 Bdk.. R OBERT P. M ALONEY , C.M., “Go! …”, 205.
287 SV XIV, 125. 288 Lih. G IUSEPPE L. C OLUCCIA , “Spiritualità Vincenziana ...”, 231-232.
114 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
Dari pengalaman di Folléville, Vinsensius de Paul menemukan penderitaan spiritual umat kristiani yang tidak diperkenalkan dengan Kitab Suci. Menanggapi situasi ini, ia mengumpulkan imam-imam untuk menjalankan karya misi, yakni katekese kepada orang-orang miskin di desa-desa pelosok yang dilupakan oleh para imam. Pengalaman ini menjadi cikal-bakal bagi Kongregasi Misi. Bagi Vinsensius, Folléville merupakan titik berangkat untuk mendirikan Kongregasi Misi. Pada tanggal 25 Januari 1655, di hadapan para peserta konferensi, Vinsensius menyatakan bahwa Allah sendiri menginginkan untuk mendirikan sebuah Kongregasi, bertepatan dengan peringatan bertobatnya St. Paulus. Untuk itu semua Vinsensius bersyukur kepada Tuhan dan memberitahukannya kepada mereka. Ia
merumuskan bahwa pengalamannya di Folléville sebagai awal mula Kongregasi Misi. 289 Proses pendirian tersebut membutuhkan waktu 9 tahun, sejak pengalamannya di Folléville (17 April 1617) sampai dengan pendirian Kongregasi Misi (17 April 1625). Pada awalnya, Kongregasi Misi diabdikan untuk katekese, kotbah, dan pengakuan dosa massal. Persoalannya adalah kharakter khas manakah dari kongregasi yang baru didirikan ini. Beberapa biara telah didirikan untuk karya seperti itu. Romo-romo Oratorian, contohnya, telah menjalankan misi pewartaan Kitab Suci sebelum Vinsensius, dimana mereka membatasi diri pada Kredo Iman kepercayaan dan ajaran-ajaran kristiani. Sudah menjadi hal yang umum, khususnya setelah Dekrit Konsili Trente tentang pengajaran dan pewartaan Kabar Gembira. 290 Perbedaan antara Romo-romo Kongregasi Misi dari yang lain adalah bahwa mereka mengabdikan diri kepada orang-orang miskin, khususnya di daerah-d aerah pelosok: “umat yang miskin sedang menuju kepada kebinasaannya sendiri karena mereka tidak tahu hal-hal yang penting untuk penyelamatan dan karena mereka
Bdk.. I TALO G. Z EDDE , C.M., “L‟Evangelizzazione dei Poveri Secondo san Vincenzo de‟ Paoli”, Roma 1972, 23-25.
290 Lih. N ORMAN P. T ANNER S.J., “Decrees of the Ecumenical Councils. Volume Two: Trent to Vatican II”, London/Washington DC 1990, 667-670; lihat juga oleh
pengarang yang sama, “The Councils of the Church. A Short History”, New York 2000, 77-87; H UBERT J EDIN , “A History of the Council of Trent, Volume II. The First Sessions at Trent 1545-47”, London/Edinburgh/Paris/Melbourne/Toronto and New York 1961, 99-124.
115 | Petrus Suparyanto
tidak mengakukan dosa- dosa mereka.” 291 Tujuan dari karya misi adalah pengakuan dosa. Dalam sudut pandang ini, formasio bagi para seminaris dan
para imam serta retret persiapan tahbisan merupakan konsekuensi logis dari kebutuhan untuk melayani orang-orang miskin dengan lebih tepat, dan terutama untuk menjamin buah-buah karya misi. 292
2.2.2.2 Pelayanan kepada Orang Miskin Pengalaman di Châtillon-les-Dombes membuka mata Vinsensius untuk melihat kemiskinan jasmani dan kebutuhan untuk mengorganisasi orang- orang miskin yang bermaksud baik untuk membantu satu dengan yang lain. Seperti telah disinggung sebelumnya, ia menanggapi kebutuhan ini dengan mengumpulkan dan menggerakkan beberapa perempuan yang baik dan saleh. Insiden di Châtillon-les-Dombes mengantar kepada pendirian Paguyuban Persaudaraan Cintakasih pertama (1617), kemudian disusul oleh Paguyuban Persaudaraan Cintakasih dari perempuan-perempuan yang lebih kaya di Hôtel-Dieu di Paris (1634). Gaya kerjanya dengan perempuan sungguh luar biasa karena Vinsensius bekerjasama dengan mereka, membantu mereka untuk melakukan apa yang mereka setujui, dan membuat perjanjian. Dengan kata lain, ia memberikan sumbangannya, tetapi perempuan-perempuan itu mengatur diri mereka sendiri, dan mempertahankan otonomi mereka. 293 Pengalaman Châtillon-les-Dombes ini merupakan cikal-bakal bagi Serikat Putri-putri Kasih. 294 Pendiriannya
B ERNARD P UJO , “Vincent de Paul, …”, 90. Lihat juga I TALO G. Z EDDE , C.M., “L‟Evangelizzazione dei Poveri ...”, 18-19.
292 Bdk.. I TALO G. Z EDDE , C.M., “L‟Evangelizzazione dei Poveri ...”, 34.
Bdk.. R OBERT P. M ALONEY , C.M., “Go! …”, 205; F RANCES R YAN , D.C. – J OHN E., R YBOLT , C.M., ed., “Vincent de Paul and Louise de Marillac: Rules, Conferences, and Writings”. The Classics of Western Spirituality. New York/Mahwah 1995, 19; B ETTY A NN M C N EIL , D.C.”The Vincentian Family Tree….”, xviii-xxi.
Naskah aslinya dalam Bahasa Perancis menggunakan kata “filles” yang biasanya diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris sebagai “girls”. Penggunaan secara kontemporer akan lebih tepat menunjuk kepada anak-anak perempuan Vinsensius sebagai “wanita”.
116 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
ditandai oleh pembaktian Luisa de Marillac, pada tanggal 29 November 1633. 295
Paguyuban Persaudaraan Cintakasih dan Kongregasi Putri-putri Kasih mentransformasi kharakter cintakasih kristiani dengan mendirikan karya- karya seperti pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan kesejahteraan
sosial. 296 Sebagaimana O‟Donnell menjelaskan, “Suatu bentuk baru cintakasih melibatkan cara mencintai orang-orang miskin dan dalam mengenali peran mereka serta bagaimana mereka mengarahkan diri kepada Misteri Yesus. Kaum miskin, yang disebut Yesus terberkati dan oleh Vinsensius disebutnya sebagai tuan dan guru didekati sebagai sarana istimewa bagi karunia penebusan.” 297 Untuk mendukung tujuan pendirian Serikat Putri-putri Kasih, Vinsensius dan Luisa de Marillac memanggil mereka bukan sebagai biarawati, bukan sebagai religius, juga bukan sebagai benar-benar institut sekular. Selama hampir tiga puluh tahun setelah kelahirannya, Vinsensius melukiskan mereka dengan kata-kata sebagai berikut:
Karena itulah mereka (Putri-putri Kasih) lebih dibiarkan terhadap kesempatan-kesempatan berdosa daripada ikatan religius di dalam tembok biara, satu-satunya biara mereka adalah rumah-rumah orang sakit, […]kamar tidur mereka adalah penjara, kapel mereka adalah gereja paroki, biara mereka adalah jalan-jalan di kota, dan sebagai pengikat adalah ketaatan dengan suatu kewajiban untuk pergi ke rumah-rumah orang sakit, atau tempat-tempat yang amat dibutuhkan untuk melayani mereka, ketakutan akan Allahlah teralis mereka, kerendah-hatianlah kerudung mereka, tidak mengikrarkan profesi religius untuk meyakinkan panggilannya, melainkan percaya terus- menerus kepada Penyelenggaraan Ilahi dan mempersembahkan semua yang mereka miliki kepada Tuhan dan pelayanan mereka melalui orang miskin, […] “karena itu” mereka hendaknya lebih-lebih
295 Lih. L UIGI M EZZARDRI -L UIGI N UOVO , “Sainte Louise de Marillac par Elle- Meme”, Roma 1992, 87-91; R YBOLT , C.M., ed., “Vincent de Paul and Louise de Marillac:
…”, 49. 296 Penjelasan lebih rinci tentang karya-karya cintakasih yang telah dilakukan oleh Luisa dan serikatnya, lihat R YBOLT , C.M., ed., “Vincent de Paul and Louise de
Marillac: …”, 49-57.
297 H UGH F. O‟D ONNELL , C.M., “Vincent de Paul: …”, 24.
117 | Petrus Suparyanto
memiliki keutamaan daripada mengikrarkan profesi religius di dalam Tarekat Hidup Bakti, dan karenanya pula mereka hendaknya berjuang untuk mengatur diri mereka sendiri di dalam tempat-tempat seperti itu melalui sekurang-kurangnya menyisihkan waktu untuk hening, rekoleksi, dan meneguhkan diri sebagai religius yang benar yang terwujud di dalam biara-biara mereka. 298
Bersama dengan Paguyuban Persaudaraan Cintakasih, Putri-putri Kasih melayani kaum miskin di rumah-rumah mereka dan di rumah sakit, sekolah, panti asuhan untuk yatim-piatu, lembaga-lembaga untuk orang usia lanjut dan lemah mental, di penjara, serta di medan perang.
2.2.2.3 Kesatuan Misi dan Kasih untuk Orang Miskin Bagi Vinsensius, dua pengalaman di Folléville dan di Châtillon-les-Dombes yang mengantar kepada pendirian Kongregasi Misi dan Putri Kasih merupakan dua sisi dari satu mata uang. Sisi yang satu tidak dapat dipisahkan dari sisi yang lain. “Orang-orang ini lapar dan miskin tetapi mereka juga menderita secara spiritual karena pastor-pastor mereka tidak
begitu peduli.” 299 Kedua aspek baik penderitaan-penderitaan yang jasmani maupun yang rohani membekas di hati Vinsensius. Marilah kita kutip apa
yang dikatakan oleh Maloney: Misi adalah karya utama bagi Kongregasi para imam dan bruder yang Vinsensius dirikan. Misi ini bertujuan mempertobatkan dan berpuncak pada sakramen pengampunan, khususnya pengakuan dosa
publik. 300 Ia melanjutkan untuk menjelaskan visi integral Vinsensius dalam kata-kata
berikut: Konsekuensinya, ia mengutus Putri-putri Kasih untuk melayani kaum miskin secara „jasmani dan rohani‟. Ia mengorganisasi Perempuan-
perempuan Cintakasih dan Paguyuban Persaudaraan Cintakasih untuk berkarya demi tujuan yang sama. Ia memperingatkan anggota-anggota
Konferensi St. Vinsensius de Paul, 24 Januari, 1659. Lihat juga F ERGUS K ELLY , CM., “In the Catholic Tradition: St Vincent de Paul (1581-1660)”, PP (2002), 281.
299 J OSÉ M ARÍA R OMÁN , “San Vincenzo de‟ Paoli”, 113. 300 R OBERT P. M ALONEY , C.M., “The Way of Vincent de Paul….”, 24.
118 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
Kongregasi Misi bahwa mereka hendaknya tidak berpikir misi mereka terbatas pada wilayah spiritual. Lebih dari itu, mereka juga hendaknya merawat orang sakit, anak pungut, lemah mental, bahkan mereka yang paling menderita. Dalam cara ini mereka akan berkotbah dengan kata- kata dan perbuatan. Dengan cara ini pula, cintakasih mereka akan
menjadi „afektif‟ dan „efektif‟. 301 Yang menyatukan dua kharakter ini adalah visi Vinsensius tentang Yesus
Kristus sebagai Pewarta Kabar Gembira bagi orang miskin. 302 Pada saat yang sama, visi ini merupakan visi yang memberdayakan, suatu kekuatan
yang menggerakkan yang darinya hidup Vinsensius mengalir. Visi yang sama ia berikan kepada para pengikutnya, suatu visi tentang Kristus bukan sebagai guru “seperti barangkali visi Christian Brother”, juga bukan sebagai penyembuh “seperti visi suatu komunitas yang diabdikan kepada karya- karya di rumah sakit”, tetapi sebagai Pewarta Kabar Gembira kepada orang
301 R OBERT P. M ALONEY , C.M., “The Way of Vincent de Paul….”, 25-26. Lihat juga kutipan dari SV XII, 87: “Jika ada di antara kita yang berpikir bahwa mereka
yang ada dalam Kongregasi Misi mewartakan Injil kepada orang miskin tetapi tidak mengusahakan kenyamanan mereka, memenuhi kebutuhan spiritual mereka tetapi tidak mencukupi kebutuhan materi mereka, saya tegaskan lagi bahwa kita seharusnya menolong mereka, dan mereka harus ditolong dengan cara apa pun, oleh diri kita sendiri maupun oleh orang lain […] Lakukanlah hal ini, yakni mewartakan Injil dengan kata-kata dan perbuatan.” Peneliti lain tentang aspek kemiskinan rohani dan
jasmani adalah Italo G. Zedde, C.M., dengan karyanya, “L‟Evangelizzazione dei Poveri ...”, 31-33. Ia menyelidiki perkembangan unsur-unsur ini berdasarkan pada dokumen perjanjian pendirian Kongregasi Misi oleh Paus Urbanus VIII. Italo menjelaskan, “Dalam perjanjian pendirian (Kongregasi Misi) disepakati antara Santo Vinsensius dan
F.E. de Gondi bersama dengan istrinya Françoise Margherite de Silly, perundingan- perundingan tentang karya yang oleh Vinsensius diusulkan: mengabdikan diri bagi pelayanan kepada orang miskin di desa-desa melalui pendidikan agama, kotbah dan katekese. […] Surat pengesyahan dari Paus Urbanus VIII menentukan secara umum dan kuasa atas wilayah dan tujuan akhir misi Santo Vinsensius. Dengan demikian, kita telah mengetahui tujuan umum yang ideal yang diusulkan oleh Vinsensius, yakni tidak hanya pengajaran, pewartaan Injil kepada umat, tetapi meliputi juga bantuan kepada orang miskin. […] Seperti kita lihat, surat perjanjian pendirian tidak membatasi wilayah misi Kongregasi sesederhana pewartaan Injil dan pengajaran kepada umat.”
302 Maloney memberikan alasan bahwa visi Vinsensius tentang Kristus adalah suatu visi orisinil. Ia menerangkan visi Kristologis Vinsensius dimana ia menunjukkan
bahwa Kristusnya Vinsensius memiliki Kristologi khas Lukas. Lih. R OBERT P. M ALONEY , C.M., “The Way of Vincent de Paul….”, 19-36.
119 | Petrus Suparyanto
miskin. 303 Dari visi tentang Kristus inilah mengalir kehidupan spiritual Vinsensius de Paul, yang kemudian disebut Spiritualitas Vinsensian.
2.3 Sepatah Kata tentang Spiritualitas Vinsensian Tidak mudahlah merumuskan inti Spiritualitas Vinsensian dalam satu kata atau sepenggal frase. Seperti telah disebutkan, macam-macam aspek dari spiritualitas Vinsensian telah diteliti. Dalam mendeskripsikannya, beberapa
menekankan pada pelaksanaan kehendak Allah, 304 yang lain tentang percaya pada Penyelenggaraan Ilahi, integrasi antara doa dan karya, 305 atau keutamaan-keutamaan Vinsensian. Beberapa menekankan evangelisasi
untuk 306 dan pelayanan kepada orang miskin. Mempertimbangkan unsur- unsur spiritualitas Vinsensian ini, Maloney mengafirmasi, “Semua itu bicara
tentang unsur yang benar. Meski bagaimanapun semua jatuh kepada keterbatasan. Masing-masing mengungkapkan suatu aspek dari Spiritualitas Vinsensian, tetapi masing-masing jatuh kepada penilaian sebagai yang sempurna utuh, kepada konteks yang menjadi sumber dari macam-macam
unsur itu.” 307
Seperti santo-santo yang lain, Vinsensius hidup dengan penuh semangat untuk mengikuti Yesus Kristus dalam caranya yang khas. Bagi Vinsen, Kristus pertama-tama adalah Pewarta Kabar Gembira bagi orang miskin. Ia adalah Kristus Sang Misioner, yang datang dari Bapa dan kembali kepada- Nya, mengosongkan diri sebagai Anak Allah untuk membebaskan umatnya yang terbelenggu oleh penderitaan jasmani dan rohani. Kristus seperti di-
303 Bdk. R OBERT P. M ALONEY , C.M., “The Way of Vincent de Paul….”, 14; lihat juga oleh pengarang yang sama, “Go! …”, 129-130.
Sekedar contoh, lihat disertasi pada Pontificia Universitas Gregoriana, Facultas Theologiae, Institutum Spiritualitatis oleh J OZEF K APUSCIAH , C.M., “Il Compimento della Volontà di Dio Come Principio Unificatore fra Azione e Preghiera in san Vincenzo de‟ Paoli: Studio Anallitico dei Suoi Scritti”, Roma 1982.
Lih. disertasi pada Pontificia Universitas Lateranensis oleh G IUSEPPE L. C OLUCCIA , “Spiritualità Vincenziana Spiritualià dell‟ Azione”, Roma 1980.
Lih. desertasi pada Pontificia Studiorum Universitas A S. Thoma AQ. In Urbe oleh J OSE M ECHERIL , VC, “Poverty as A Sign of the Richness of the Kingdom of God. A Study of Evangelical Poverty in the Indian Context with Special Reference to the Motto of the Vincentian Congregation”, Roma 1994.
307 R OBERT P. M ALONEY , C.M., “The Way of Vincent de Paul….”, 12.
120 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI
visi-kan Vinsensius ini mengumpulkan bersama-sama, laki-laki dan perempuan, yang kaya dan yang miskin, dan membentuk mereka untuk terlibat dalam misi-Nya. Nilai-nilai yang secara khusus mencirikhaskannya adalah lima keutamaan misioner: kesederhanaan, kerendah-hatian, kelembutan hati, matiraga, dan penyelamatan jiwa-jiwa. Meskipun di tengah-tengah karya-Nya yang agung, Ia secara terus-menerus berdoa kepada Bapa-Nya, mencari kehendak-Nya dan percaya kepada Penyelenggaraan-Nya.
Di antara hasil studi Vinsensian, kita lebih memilih skema singkat tentang spiritualitasnya St. Vinsensius de Paul yang didefinisikan oleh Robert P. Maloney, C.M. untuk memperoleh gambaran yang kurang-lebih utuh tentang Spitritualitas Vinsensian. Catatan penting mesti ditambahkan pada skema ini, seperti ditekankan oleh Maloney adalah bahwa deskripsi skematis ini sebagai deskripsi yang baik tentang spiritualitas Vinsensian,
sekaligus deskprisi yang tidak lengkap. 308 “Kalau Konstitusi Vinsensian menyajikan suatu visi tentang spiritualitas Vinsensian, hal itu disatukan di
dalam satu pertimbangan: visi spiritual yang mengalir dari visi Yesus Kristus sebagai Pewarta Kabar Gembira kepada orang miskin. Tetapi visi tersebut berbeda dalam pertimbangan lain: kekayaan, percabangan dari visi yang
sama tersebut ada banyak”, 310 imbuhnya. Marilah kita kutipkan di sini :