7
Berawal dari penemuan Charles Goodyear, karet mulai banyak dicari orang untuk dibuat aneka barang keperluan. Cara vulkanisasi memungkinkan orang untuk
mengolah karet menjadi ban. Menurut beberapa literature, Alexander Parkes ikut pula mengembangkan cara vulkanisasi. Sedangkan yang memiliki ide atau pencetus
gagasan dibuatnya ban adalah Dunlop pada tahun 1888 dan kemudian dikembangkan oleh Goldrich. Tim Penulis PS, 1992.
2.2 Perkembangan Industri Karet
Indonesia yang sejak sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1965 merupakan negara penghasil karet alam terbesar, pernah menganggap bahwa : “Rubber is de kruk
waarop wij drijven ” karet adalah gabus dimana kita berapung. Walaupun sejak
tahun 1957 kedudukan kita sebagai produsen nomor wahid direbut oleh Malaysia hingga sekarang, predikat pentingnya karet bagi perekonomian Indonesia masih tetap
menonjol setelah komoditi migas dan kayu. Sebagai tanaman yang banyak dibutuhkan untuk bahan industri, karet banyak
diusahakan mulai dari luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter persegi hingga mencapai luasan ribuan kilometer persegi.
Secara umum pengusahaan perkebunan karet di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa kelompok seperti dibawah ini :
1. Perkebunan besar negara atau yang diusahakan oleh pihak pemerintah, biasanya
oleh PTP Perseroan Terbatas Perkebunan.
8
2. Perkebunan besar yang diusahakan oleh swasta.
3. Perkebunan yang diusahakan oleh rakyat.
Kendatipun demikian, karet yang mampu menghidupi hampir 1,5 juta penduduk ini boleh dikatakan sebagai tanaman rakyat karena lebih dari 80 areal
penanaman karet diusahakan oleh rakyat. Selain industri karet alam, belakangan ini karet Indonesia mulai mengacu
pada karet sintetis. Meskipun sebenarnya Indonesia bukan negara penghasil minyak bumi terpaksa mencoba mengembangkan produk karet sintetis, terutama untuk jenis
Syrene Butadien Rubber SBR. Jenis ini dikembangkan untuk mengimbangi
peningkatan impor. SBR digunakan untuk industri ban, terutama untuk lapisan luarnya. Produksi karet sintetis Indonesia masih berskala kecil. Walaupun masih
berskala kecil, tetapi industri perkaretan Indonesia saat ini sudah semakin maju dan diproduksinya dua jenis karet yang laris di pasaran. Spillane J.J., 1989.
2.3 Lateks
Lateks yang berasal dari pohon hevea brasiliensis terdiri dari suspensi koloidal dari air dan bahan
– bahan kimia yang terkandung didalamnya. Bagian – bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna melainkan terpencar homogen
atau merata didalam air. Partikel – partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halus
sehingga dapat menembus saringan. Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen
pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan – bahan yang
9
terkandung secara merata yang disebut dengan serum yang mengandung bagian –
bagian bukan karet yang melarut dalam air seperti protein, garam – garam mineral,
enzim – enzim. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan
yang terdiri dari butir – butir yang dikelilingi lapisan tipis protein.
Lateks yang berasal dari pohon havea brasiliens terdiri dari 2 bahan utama yaitu partikel
– partikel karet rubber particle dan bahan bukan karet non rubber. Sebelum tercampur atau terkontaminasi dengan bahan
– bahan lain lateks itu mempunyai pH normal yaitu ± pH : 6,9
– 7,0 cair dan bersifat koloid dan stabil. Kestabilan koloid lateks tersebut akan dapat terganggu oleh berbagai faktor
segera setelah lateks keluar dari pohon setelah disadap misalnya terganggu oleh bakteri atau enzim yang berasal dari udara luar atau dari peralatan pekerja, akibat
perubahan suhu dan lain sebagainya. Pengaruh faktor luar itu dapat mengakibatkan menurunnya mutu lateks yang akan diolah menjadi berbagai jenis produksi.
Berdasarkan alasan seperti diuraikan diatas maka diperlukan beberapa perlakuan agar mutu lateks akan diolah tetap terjamin. Tindakan yang perlu dilakukan
antara lain : menambahkan bahan pengawet dan menjaga kebersihan peralatan penderes. Jadi untuk menghasilkan karet bermutu baik, pengawasan yang cermat
perlu dilakukan mulai dari penderesan sampai dengan proses akhir dipabrik bahkan sampai dengan tranksaksi pengapalannya.
Oleh karena itu sifat – sifat lateks perlu mendapat perhatian agar dapat
memproduksi karet bermutu ekspor. Komposisi lateks :
1. Susunan Kimia
10
Pada uraian diatas telah disebutkan bahwa lateks havea brasiliensis terdiri dari dua bahan pokok yaitu partikel
– partikel hidrokarbon karet dan bahan bukan karet. Bahan bukan karet dalam latek terdiri dari : air, protein , lipida, inositol dan
quebrachital karbohidrat dan beberapa logam. Menurut berbagai peneliti, bahwa bagian
– bagian bukan karet terutama protein lipid dan karbohidrat sangat berperan terhadap kestabilan koloid lateks. Hal
ini berati bahwa bukan karet sangat berpengaruh terhadap mutu produksi akhir seperti :sheet, crumb rubber dan lateks pusingan.
2. Susunan Fraksi Latek
Apabila latek segar dipusing dengan suatu alat pemusing berkecepatan tinggi 18000 – 20000 rpm , maka latek tersebut akan terpisah menjadi 4 fraksi yaitu : partikel
karet, frey wisling, serum jernih, dan fraksi bawah terutama lutoid. Karet alam mengandung seratus persen cuis-1,4 poliisoprena, yang terdiri
dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang.
H
3
C H
H
3
C CH
2
n C=C
C=C H
2
C CH
2
n H
2
C H
Cis – 1,4 Poliisopren Karet Alam
Trans – 1,4 Poliisopren Gutta Perca
Berat molekul karet alam rata-rata 10.000 – 40.000. Molekul-molekul polimer
karet alam tidak lurus tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C-C di dalam rantai
11
berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai
susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis.
Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan
udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralatan, air hujan dan lain-lain. Mikroba akan menguraikan
kandungan protein dan karbohidrat lateks akan menjadi asam-asam yang berantai molekul pendek sehingga dapat terjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai
4,5 – 5,5 maka akan terjadi proses koagulasi.
Sifat-sifat mekanisme karet alam yang baik dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum, seperti sol sepatu atau bahan kendaraan. Ciri khusus yang
membedakan karet alam dengan karet benda lain adalah kelembutan, fleksibel dan elastisitas. Komposisi lateks dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman, sistem
deres, musim dan keadaan lingkungan kebun. M.A.Cowd.,1991.
2.4 Jenis Karet Dan Manfaatnya