Teknik permainan

3.4.2 Teknik permainan

Secara umum, ada 4 (empat) hal yang harus dikuasai dalam memainkan sulim yakni ambasir, penjarian, pernafasan dan permainan lidah.

Ambasir berasal dari bahasa Perancis yaitu embouchure yang berarti “di dalam mulut” atau “meletakkan pada mulut”. Jadi secara sederhana ambasir berarti teknik peletakan bibir pada lobang tiup. Biasanya ambasir berlaku untuk instrumen yang bertipikal side blown seperti flute dan jenis seruling yang lain.

Untuk instrumen flute, ambasir lebih cocok kalau dikatakan “di luar mulut’ (out of mouth). Ambasir yang digunakan antara flute dan sulim memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama ditiup dari samping (side blown). Tetapi juga terdapat perbedaan, perbedaan tersebut terdapat pada bentuk bibirnya. Pada flute bentuk bibir lebih melebar kesamping (kanan kiri). Sedangkan pada ambasir sulim lebih bulat yang mana perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Contoh gambar ambasir pada flute :

Contoh ambasir pada sulim :

Secara sederhana, teknik menggunakan ambasir yang benar pada sulim adalah dengan cara meletakkan lobang tiupan ke arah pertengahan garis antara bibir atas dengan bibir bawah lalu memutar sekitar 45 derajat ke arah luar bibir kemudian sedikit melebarkan bentuk bibir ke arah kiri dan kanan.

Gambar-35. Ambasir pada sulim

Penjarian merupakan teknik membuka dan menutup jari pada lobang nada sesuai dengan melodi yang dimainkan. Posisi jari biasanya tergantung kebiasaan sipemain itu sendiri. Apabila sipemain lebih dominan meletakkan sulim di sebelah kanannya, maka posisi 3 (tiga) jari tangan kiri berada pada 3 (tiga) lobang nada atas dan posisi 3 (tiga) jari tangan kanan berada pada 3 (tiga) lobang nada bawah. Sebaliknya, apabila sipemain cenderung meletakkan sulim di sebelah kirinya, maka posisi 3 (tiga) jari tangan kanan berada pada 3 (tiga) lobang nada atas dan posisi 3 (tiga) jari tangan kiri berada pada 3 (tiga) lobang nada bawah. Berikut contoh gambar.

Gambar-36. Sulim dengan posisi di sebelah kanan

Gambar-37. Sulim dengan posisi di sebelah kiri

Pernafasan yaitu teknik bernafas yang baik dalam memainkan sebuah sulim yakni boleh dengan melalui hidung dan juga melalui mulut. Tetapi cara bernafas yang efektif dalam memainkan sulim menurut pengamatan dan pengalaman penulis adalah bernafas melalui mulut. Artinya, menarik nafas dari mulut kemudian dihembuskan lagi melalui mulut, sementara pernafasan melalui hidung hanya boleh dilakukan sesekali ketika ada spasi waktu dalam peniupan. Spasi waktu yang dimaksud adalah ketika sipemain sulim berhenti sejenak untuk mengambil nafas sebelum melanjutkan permainan ke bagian atau bait selanjutnya. Jika hanya butuh waktu singkat dalam pengambilan nafas dalam memainkan bagian motif atau frasa lagu yang berdekatan maka pernafasan mulut adalah cara yang paling efisien untuk dilakukan. Tujuan bernafas melalui mulut ini adalah agar lebih mempercepat waktu dalam pengambilan nafas dengan jumlah cukup besar yang akan diisi ke paru-paru dan lebih mempermudah sipemain untuk menghemat nafas yang dikeluarkan.

Permainan lidah (tonguing) merupakan teknik mengatur pola ritme pergerakan lidah ketika dalam memainkan sebuah sulim. Teknik permainan lidah (tonguing) pada sulim sama dengan tonguing pada flute. Ada 2 (dua) jenis tonguing dalam memainkan sulim yakni :

1) Single tonguing, yakni dipakai dengan cara memainkan pola Staccato untuk interval nada yang berjauhan. Misalnya, interval nada dari E-E’ (E oktaf) atau dari nada G-G’(G oktaf). Biasanya teknik ini dipakai pada teknik mangangguk , mangenet, mandila-dilai dan manganak-anaki.

2) Double tonguing, yakni dipakai untuk memainkan interval nada-nada yang berdekatan. Biasanya teknik ini dipakai pada teknik mangarutu dan mangaroppol . Apabila dikaji secara teliti, ada banyak pola atau teknik permainan yang

terdapat pada sulim tergantung kemampuan dan kemahiran sipemain itu sendiri. Beberapa skripsi sebelumnya juga sudah ada yang membahas tentang pola atau teknik permainan sulim secara umum berdasarkan kemampuan orang atau sipemain yang diteliti. Oleh karena itu, penulis berusaha merangkum secara detail dan lebih spesifik mengenai teknik permainan sulim dari beberapa narasumber yaitu mangarutu , mandila-dilai, mangangguk, mangenet, manganak-anaki dan mangaroppol .

Dalam teknik permainan sulim, ada 3 (tiga ) unsur pokok yang sangat berperan penting dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya yakni tiupan nafas, lidah dan jari. Setiap teknik yang dimainkan dalam permainan sulim akan berhubungan dengan ketiga unsur ini. Dalam prakteknya, masing-masing memiliki peranan dan porsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya.

Misalnya teknik mangarutu dan mandila-dilai dimainkan dengan memaksimalkan fungsi lidah, teknik mangangguk dimainkan dengan memaksimalkan fungsi tiupan nafas dan penekanan lidah, dan teknik mangenet dimainkan dengan memaksimalkan tiupan nafas dan permainan jari, dan teknik manganak -anaki dimainkan dengan memaksimalkan fungsi lidah dan permainan Misalnya teknik mangarutu dan mandila-dilai dimainkan dengan memaksimalkan fungsi lidah, teknik mangangguk dimainkan dengan memaksimalkan fungsi tiupan nafas dan penekanan lidah, dan teknik mangenet dimainkan dengan memaksimalkan tiupan nafas dan permainan jari, dan teknik manganak -anaki dimainkan dengan memaksimalkan fungsi lidah dan permainan

3.4.2.1 Teknik permainan lidah

Dalam teknik permainan lidah, unsur yang paling berperan penting adalah lidah. Teknik permainan lidah dapat dibagi menjadi 2 (dua) teknik yakni mangarutu (double tonguing) dan mandila-dilai (single tonguing).

3.4.2.1.1 Mangarutu

Mangarutu adalah teknik permainan lidah dengan kombinasi double tonguing yang memberikan penekanan ritem lidah seperti melafalkan kata “tu” dan “ru” dengan mengeluarkan desis tiupan tanpa mengeluarkan suara/bunyi dari mulut. Kata “tu” dilafalkan pada penekanan ritem pertama dan kata “ru” dilafalkan pada penekanan ritem kedua. Pola mangarutu dikembangkan dengan melipatgandakan not seperempat (1/4) atau not seperdelapan (1/8) menjadi not seperenambelas (1/16). Teknik ini sering muncul pada berbagai lagu/repertoar yang bertempo sedang atau cepat yang memiliki ritem rapat dengan not seperenambelas (1/16). Teknik mangarutu biasanya lebih enak dan nyaman jika dimainkan untuk repertoar yang bertempo sedang/cepat dibandingkan repertoar yang bertempo lambat, karena jika dimainkan pada lagu atau repertoar lambat kesannya akan terdengar kasar dan seakan dimainkan tidak pada tempatnya. Contoh teknik mangarutu dapat dilihat sebagai berikut :

Contoh :

Keterangan :

 Setiap nada pertama dan nada ganjil pada pola teknik mangarutu di atas

ditiup dengan menggunakan penekanan lidah seperti pelafalan kata “tu”, sedangkan nada kedua dan nada genap yang lain ditiup dengan meggunakan penekanan lidah seperti pelafalan kata “ru”.

Secara praktis, teknik memainkan pola mangarutu pada repertoar dapat dilihat pada penggalan melodi gondang siburuk berikut ini:

3.4.2.1.2 Mandila-dilai

Mandila -dilai merupakan teknik permainan lidah dengan memberikan tekanan atau aksen lebih pada setiap nada yang dimainkan. Dalam istilah musik, teknik ini lazim dikenal dengan istilah staccato. Untuk menghasilkan teknik mandila -dilai atau staccato dalam permainan sulim biasanya diimitasikan dengan cara menekan lidah seperti mengucapkan kata “tut” .Biasanya teknik ini dapat Mandila -dilai merupakan teknik permainan lidah dengan memberikan tekanan atau aksen lebih pada setiap nada yang dimainkan. Dalam istilah musik, teknik ini lazim dikenal dengan istilah staccato. Untuk menghasilkan teknik mandila -dilai atau staccato dalam permainan sulim biasanya diimitasikan dengan cara menekan lidah seperti mengucapkan kata “tut” .Biasanya teknik ini dapat

3.4.2.2 Mangangguk (Teknik permainan lidah dan tiupan)

Di dalam teknik permainan ini yang paling berperan penting adalah penekanan lidah dan keras lembutnya tiupan nafas. Teknik permainan yang melibatkan lidah dan tiupan ini dinamakan teknik mangangguk.

Mangangguk merupakan teknik permainan sulim dengan penggarapan sebuah nada yang bersifat ritmik dengan memunculkan 2 (dua) nada yang sama dengan jenis warna yang berbeda yakni nada oktaf atas (nada balikan) dan nada oktaf bawah dalam interval dan wilayah nada satu oktaf. Dalam hal ini, ritme dari satu ketuk nada panjang tersebut dilipatgandakan ke dalam bentuk not Mangangguk merupakan teknik permainan sulim dengan penggarapan sebuah nada yang bersifat ritmik dengan memunculkan 2 (dua) nada yang sama dengan jenis warna yang berbeda yakni nada oktaf atas (nada balikan) dan nada oktaf bawah dalam interval dan wilayah nada satu oktaf. Dalam hal ini, ritme dari satu ketuk nada panjang tersebut dilipatgandakan ke dalam bentuk not

Keterangan :  Nada “g” oktaf bawah (g) yang menghasilkan bunyi “hu” dan nada “g “

oktaf atas (g’) yang menghasilkan bunyi “tu” menunjukkan pola garapan ritmis dalam teknik mangangguk.

3.4.2.3 Mangenet (Teknik permainan jari dan tiupan)

Teknik mangenet merupakan kebalikan dari mangangguk dimana teknik ini dimainkan dengan permainan jari dan tiupan nafas. Mangenet adalah suatu teknik permainan nada dengan cara membuka dan menutup sedikit demi sedikit lobang nada oleh jari dan mengkombinasikannya dengan keras-lembutnya tiupan nafas yang bertujuan untuk menghasilkan nada yang bunyinya terkesan seperti ratapan tangis. Teknik ini merupakan salah satu teknik yang bersifat improvisatoris yakni pengembangan teknik yang biasanya dimainkan di luar melodi lagu atau repertoar Teknik mangenet merupakan kebalikan dari mangangguk dimana teknik ini dimainkan dengan permainan jari dan tiupan nafas. Mangenet adalah suatu teknik permainan nada dengan cara membuka dan menutup sedikit demi sedikit lobang nada oleh jari dan mengkombinasikannya dengan keras-lembutnya tiupan nafas yang bertujuan untuk menghasilkan nada yang bunyinya terkesan seperti ratapan tangis. Teknik ini merupakan salah satu teknik yang bersifat improvisatoris yakni pengembangan teknik yang biasanya dimainkan di luar melodi lagu atau repertoar

Contoh penggalan melodi dalam bentuk instrumen sulim dengan teknik mangangguk :

Contoh penggalan melodi lagu dalam bentuk instrumen sulim dengan menggunakan teknik mangangguk yang diakhiri dengan teknik mengenet :

Keterangan :  Teknik mangenet dalam penggalan melodi di atas dapat dilihat dalam pengembangan pola nada akhir yakni dari bentuk nada akhir penggalan Keterangan :  Teknik mangenet dalam penggalan melodi di atas dapat dilihat dalam pengembangan pola nada akhir yakni dari bentuk nada akhir penggalan

 Untuk menghasilkan nada “es” dalam penggalan nada diperoleh melalui teknik mangenet yakni dengan cara membuka sedikit demi sedikit nada “d” (posisi nada keenam ditutup secara utuh) pada sulim dengan nada dasar “F=1” sehingga lobang nada keenam yang ditutup secara utuh menjadi terbuka setengah bagian sehingga perlahan akhirnya membentuk nada “es”.

3.4.2.4 Manganak-anaki (Teknik permainan lidah dan jari)

Dalam teknik permainan ini yang paling memiliki peranan penting adalah fungsi lidah dan jari artinya, teknik manganak-anaki dapat terjalin jika ada kerja sama yang baik antara lidah dan jari. Manganak-anaki merupakan sebuah teknik dengan pola permainan nada yang mengkombinasikan permainan lidah dengan jari dalam penggarapan ritem dasar dari suatu komposisi lagu. Secara bentuk, Pola penggarapan pada teknik menganak-anaki sebenarnya sama dengan pengembangan pola mangarutu, yaitu sama-sama dikembangkan dengan cara melipatgandakan not seperempat (1/4) atau not seperdelapan (1/8) ke dalam bentuk not seperenambelas (1/16). Yang membedakannya hanya pada teknik memainkannya. Mangarutu lebih memaksimalkan fungsi lidah, sedangkan manganak-anaki lebih memaksimalkan fungsi lidah dan jari, sehingga menghasilkan karakter bunyi yang berbeda.

Dalam hal ini sistem kerjasama antara fungsi lidah dan jari dapat ditunjukkan melalui penekanan lidah pada bentuk ritem pertama yang kemudian disambut oleh jari pada ritem berikutnya. Teknik penekanan lidah pada ritem yang pertama dilakukan seperti pelafalan kata “tu” dan penekanan ritem yang kedua yang disambut oleh jari dilakukan dengan teknik peniupan seperti melafalkan kata “wu”, sehingga apabila kerjasama ini terjalin dengan baik, maka bunyi yang dihasilkan akan membentuk 2 (dua) warna yang berbeda dari 2 (dua) nada yang sama. Teknik ini biasanya muncul ketika memainkan lagu atau repertoar yang bertempo sedang ataupun cepat. Secara praktis, teknik memainkan pola manganak- anaki pada repertoar dapat dilihat pada contoh penggalan repertoar Sihutur Sanggul berikut ini:

Keterangan :

 Pola not seperenambelas pada teknik manganak-anaki sama dengan pengembangan pola not seperenambelas pada teknik mangarutu , yang membedakannya hanyalah pada teknik memainkan dan produksi bunyinya. Jika diimitasikan ke dalam bentuk bunyi, pola not seperenambelas pada teknik manganak-anaki tersebut dimainkan dengan membentuk pola “tuwutuwu tuwutuwu”, sedangkan pola not seperenambelas yang dimainkan pada teknik mangarutu dimainkan dengan membentuk pola “turuturu turuturu”.

3.4.2.5 Mangaroppol (Kombinasi teknik permainan lidah, jari dan tiupan)

Di dalam teknik permainan sulim, mangaroppol merupakan sebuah teknik yang paling kompleks dibandingkan teknik yang lain karena teknik ini mampu memaksimalkan ketiga fungsi yakni lidah, jari, dan tiupan nafas dalam porsi yang relatif sama. Selain itu mangaroppol juga merupakan sebuah teknik permainan yang memadukan berbagai teknik ke dalam satu bentuk permainan.

Pada prinsipnya, setiap pemain sulim memiliki karakter yang berbeda-beda dalam bermain. Ada seorang pemain sulim yang memiliki ciri khas mangarutu dalam setiap permainannya, ada pula orang tidak mampu memakai teknik mangarutu sehingga mengakibatkan dia bermain dengan memakai teknik manganak -anaki sebagai ciri khasnya, dan ada pula pemain sulim yang tidak bisa memainkan kedua-duanya sehingga dia selalu memakai teknik mangangguk dalam setiap permainannya baik ketika memainkan lagu atau repertoar yang lambat maupun yang cepat.

Tetapi selain daripada ketiga bentuk ciri khas pemain di atas ada pula seorang pemain sulim yang mampu memainkan ketiga bentuk karakter permainan tersebut. 20 Orang yang mampu memainkan ketiga bentuk karakter permainan tersebut di atas biasanya selalu menyuguhkan lagu atau repertoar yang dimainkan dengan metode penggabungan ketiga teknik tersebut yang dinamakan dengan teknik mangaroppol. Ketiga bentuk permainan tersebut merupakan teknik dasar yang pada prinsipnya harus diketahui oleh setiap pemain sulim. Oleh karena itu, seorang pemain sulim yang baik diharapkan mampu memainkan teknik mengaroppol dalam setiap memainkan sebuah lagu atau repertoar tertentu. Contoh

20 Tingkat kemudahan antara ketiga teknik permainan tersebut tergantung pada kebiasaan

dan kemampuan sipemain itu sendiri. Masing-masing teknik tersebut diperoleh melalui proses yang berbeda-beda, ada yang belajar secara otodidak (marsiajar sandiri) dan ada yang belajar dari seorang guru/ahli sulim (marguru) dan kemampuan sipemain itu sendiri. Masing-masing teknik tersebut diperoleh melalui proses yang berbeda-beda, ada yang belajar secara otodidak (marsiajar sandiri) dan ada yang belajar dari seorang guru/ahli sulim (marguru)

Keterangan :  Pola “tu ru” mewakili teknik mangarutu  Pola “tu wu” mewakili teknik manganak-anaki  Pola “tu hu” mewakili teknik mangangguk