Wilayah Rawan Bencana Gambaran Umum Kondisi Daerah

52 PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

2.1.6 Wilayah Rawan Bencana

Bencana yang berpotensi melanda wilayah Jakarta adalah banjir dan genangan air, kebakaran serta gempa bumi. Bencana yang menjadi perhatian khusus bagi Jakarta adalah banjir. Banjir dan genangan air di Jakarta utamanya disebabkan oleh curah hujan lokal yang tinggi, curah hujan yang tinggi di daerah hulu yang berpotensi menjadi banjir kiriman, dan Rob atau air laut pasang yang tinggi di daerah pantai utara. Selain itu, terjadinya banjir dan genangan air di Jakarta juga disebabkan oleh sistem drainase yang tidak berfungsi dengan optimal, tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah dan berkurangnya wilayah-wilayah resapan air akibat dibangunnya hunian pada lahan basah atau daerah resapan air serta semakin padatnya pembangunan fisik. Hal lainnya adalah prasarana dan sarana pengendalian banjir yang belum berfungsi maksimal. Wilayah terdampak banjir di DKI Jakarta pada tahun 2016 sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini, di mana terjadi pergeseran wilayah terdampak ke wilayah selatan Jakarta. Gambar 2.12 Peta Banjir Tahun 2016 Sumber : BPBD Provinsi DKI Jakarta 53 PENYELENGGARAAN PEMERINTAH Hal lain yang dapat memperparah dampak banjir dan genangan adalah penurunan permukaan tanah land subsidence. Secara umum laju penurunan tanah yang terdeteksi adalah sekitar 1-15 cm per tahun, bervariasi secara spasial maupun temporal. Beberapa faktor penyebab terjadinya penurunan tanah yaitu pengambilan air tanah yang berlebihan, penurunan karena beban bangunan settlement, penurunan karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan ­ lapisan tanah, serta penurunan karena gaya ­ gaya tektonik. Beberapa daerah yang mengalami subsidence cukup besar yaitu Cengkareng Barat, Pantai Indah Kapuk, sampai dengan Dadap. Nilai subsidence paling besar terdapat di daerah Muara Baru. Sementara untuk Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan nilai subsidence relatif kecil. Peta penurunan tanah DKI Jakarta dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar berikut. 54 PENYELENGGARAAN PEMERINTAH G a m b ar 2. 1 3 P e ta P enu runan M uka Tanah d i P rovi nsi D K I Jakar ta S um ber : R T R W P rov ins i D K I J ak ar ta 203 55 PENYELENGGARAAN PEMERINTAH Bencana lain yang sering terjadi di Jakarta adalah kebakaran. Bencana ini umumnya terjadi di lokasi permukiman padat penduduk dan lingkungan pasar yang pada umumnya disebabkan oleh arus pendek listrik. Bahaya kebakaran diperkirakan akan terus menjadi ancaman apabila tidak tumbuh kesadaran masyarakat untuk hidup dengan budaya perkotaan. Di wilayah DKI Jakarta terdapat 53 Kelurahan rawan bencana kebakaran. Pada bulan November 2016, terdapat 56 kejadian bencana kebakaran di Jakarta dengan sebaran sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut Gambar 2.14 Peta Lokasi Kebakaran Bulan November Tahun 2016 Sumber : BPBD Provinsi DKI Jakarta Terkait dengan potensi gempa bumi, di sekitar Jakarta diperkirakan terdapat 10 sumber gempa dengan potensi terbesar di sekitar Selat Sunda, yang selama ini aktif dan berpotensi menimbulkan risiko bencana. Berdasarkan data seismik kegempaan seluruh Indonesia, di selatan Jawa bagian barat terdapat seismic gap daerah jalur gempa dengan kejadian gempa yang sedikit dalam jangka waktu lama yang juga menyimpan potensi gempa yang tinggi terhadap Jakarta. Kondisi Jakarta Bagian Utara yang merupakan batuan atau tanah lunak akan lebih rentan terhadap dampak gempa 56 PENYELENGGARAAN PEMERINTAH dibandingkan wilayah Jakarta bagian selatan. Kawasan rawan bencana di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar berikut. Berdasarkan peta kawasan rawan bencana gempa bumi Jawa bagian barat, potensi gempa bumi di wilayah DKI Jakarta termasuk kategori tingkat menengah sampai rendah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri telah menyusun peta zonasi gempa Level I – Level II, yaitu sampai dengan peta kondisi kerentanan batuantanah dan respon gempa berdasarkan data sekunder. 57 PENYELENGGARAAN PEMERINTAH G a m b ar 2. 15 P et a K a w asan R aw an B encana A lam d i P rovi ns i D K I J akar ta S um ber : R T R W P rov ins i D K I J ak ar ta 203 58 PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

2.1.7 Demografi