CI RI

CI RI

Light Intensity to Color Gradation and Carotenoids 503 dimana: CR = Consistensy Rasio CI = Consis-

rendah dari setiap perlakuan yaitu 1514 Lux. tensy Index RI = Random Index

Rendahnya intensitas cahaya yang masuk per- Pengukuran karotenoid di lakukan dengan meng-

airan akan menghambat karang hermatipik ter- ambil bagian karang lalu sebanyak 5 ml. Ba-

utama alga simbiotik untuk melakukan proses gian karang yang diambil kemudian disaring

fotosintetik (Jones and Yellowlees, 1997). In- dengan kertas whatman GF/F. Hasil saringan

tensitas cahaya rendah menimbulkan hilang- kemudian ditambahkan menggunakan air la-

nya alga simbiotik pewarna dari jaringan L. hemp- ut streril untuk menjadikan 10 ml per- sam-

richii yang tidak dapat memaksimalkan caha- pel. Hasil saringan di centrifuge selama 5 me-

ya untuk melakukan fotosintesis menghasilk- nit dengan kecepatan 1000 rpm. Endapan yang

an nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembang- terbentuk ditambahkan 10 ml aseton 90% dan

an L. hemprichii yang pada akhirnya karang dihomogenisasi selama 1 menit.

mengalami pemutihan. Hal ini sesuai dengan Glynn (1996) yang mengungkapkan bahwa se-

dengan kecepatan rendah menggunakan vor- lama pemutihan terjadi karang kehilangan 60–90% tex. Sampel disimpan dalam ruang gelap pada

dari jumlah zooxanthellae-nya dan zooxanthe- suhu -20 o

C selama 24 jam. Sampel yang su- llae yang masih tersisa dapat kehilangan 50–80% dah disimpan lalu didiamkan pada suhu ruang

dari pigmen fotosintesisnya. hingga tabung reaksi terlihat mengembun. Ha-

sil berupa supernatan diambil dan diukur kon- Rata-rata nilai warna M-TCF yang diperoleh sentrasinya menggunakan spektrofotometer pa-

(gambar 1.), menunjukkan intensitas cahaya ber-

da panjang gelombang 480 nm, 510 nm, dan pengaruh terhadap intensitas warna karang L. 750nm. Hasil yang di peroleh kemudian di hi-

hemprichii (F=6,247; df=3; p=0,008). Uji lan- tung menggunakan rumus konsentrasi karote-

jut BNT atau LSD menunjukkan terdapat per- noid.

bedaan antara perlakuan ICT (intensitas caha- ya lampu 4547 Lux) terhadap perlakuan K (in-

tensitas cahaya matahari 3001 Lux) (p=0,43), Pengukuran parameter kualitas air meliputi su-

=7 C − car .6×[(Abs480nm–Abs750nm)–(1.49×Abs510nm–Abs750nm)].

perlakuan ICS (intensitas cahaya lampu 3028 hu, pH, dan salinitas. Pengukuran suhu dila-

Lux) (p=0,40), dan perlakuan ICR (intensitas kukan setiap hari sekali, pengukuran pH, dan

cahaya lampu 1514 Lux) (p=0,001). Perlaku- salinitas dilakukan setiap 3 hari sekali. Data

an K tidak menunjukkan perbedaan yang sig- hasil penelitian diuji analisis normalitas, ho-

nifikan terhadap perlakuan ICS (intensitas ca- mogenisitas, analisis sidik ragam (ANOVA) ser-

haya lampu 3028 Lux) (p=0,968) dan perla- ta analisis regresi pada koefisien determinasi

kuan ICR (intensitas cahaya lampu 1514 Lux) dan korelasi. Apabila terdapat perbedaan, di-

(p=0,062).

lanjutkan dengan uji BNT (Steel and Torrie, Hasil dari pengukuran warna sampel yang di- 1993).

dapat, kemudian mencari nilai prioritas terting- gi dan rasio konsistensi menggunakan meto-

de Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk HASIL DAN PEMBAHASAN

memilih warna karang yang lebih diprioritask- an dari setiap perlakuan. Metode AHP memer-

Rata-rata nilai warna M-TCF L. hemprichii pa- lukan interaksi dan konsistensi pengguna agar

da perlakuan K 4,49, perlakuan ICT sebesar solusi yang dihasilkan optimal. Nilai rata-rata 6,6, perlakuan ICS sebesar 5,47, dan perlaku-

prioritas tertinggi dimiliki perlakuan ICT ya- an ICR sebesar 4,48. Warna L. hemprichii per-

itu 0,424 disusul perlakuan ICS yaitu 0,226, lakuan ICT lebih tinggi dibandingkan dengan

kemudian perlakuan K yaitu 0,194, dan perla- perlakuan lain yang dapat diduga L. hempri-

kuan ICR yaitu 0,157. Hasil tersebut menun- chii membutuhkan intensitas cahaya medium

jukkan bahwa warna merah karang L. hempri- sampai intensitas cahaya tinggi dalam kelang-

chii pada perlakuan ICT lebih pekat dari pada sungan hidup. Sedangkan warna L. hemprichii

perlakuan K, ICS, dan ICR. Pada Tabel 1, da- perlakuan ICR mendapat nilai warna merah ter-

pat dilihat bahwa pengamatan hari ke-3 hingga endah selama pengamatan. Hal tersebut dise-

hari ke-15 diperoleh nilai rasio konsisten yaitu babkan menggunakan intensitas cahaya paling

≤ 0,1 menunjukkan keputusan dari 5 panelis

504 Ahmad Mustawa 1 et al.

Gambar 1 Rata-rata intensitas warna karang L. hemprichii pada intensitas cahaya yang berbeda

Tabel 1 Pengukuran Consistency Indeks (CI) dan Consistency Rasio (CR) menggunakan metode Ana- lytic Hierarchy Process (AHP)

Waktu Pengamatan (Hari) Consistency Indeks (CI)

Consistency Rasio (CR)

dalam mencocokkan warna karang L. hemp- richii sesuai dengan warna pada M-TCF ada- lah konsisten. Hal tersebut sesuai dengan Sa- aty (1980) menyakatan bahwa jika CR ≤ 0,1 maka nilai matriks perbandingan berpasangan pada matriks kriteria konsisten dan solusi yang dihasilkan optimal.

Pemberian intensitas cahaya yang berbeda ter- hadap kandungan pigmen karotenoid L. hemp-

Gambar 2 Konsentasi Total Karotenoid karang L. richii memperoleh hasil yang berbeda hingga

hemprichii

akhir penelitian. Selama pengamatan kandung- an karotenoid cenderung mengalami penurun-

alami penurunan. Hal tersebut sesuai dengan an (Gambar 2). Grafik pada perlakuan K dan

pernyataaan Wahyuni and Widjanarko (2014), ICT dengan intensitas cahaya 4547 Lux, sela-

bahwa pengaruh intensitas cahaya tinggi yang ma pengamatan mengalami peningkatan dari

diterima pigmen karotenoid secara terus me- hari ke-3 hingga hari ke-9 perlakuan ICT men-

nerus dapat mempengaruhi penurunan konsen- jadi puncak konsentrasi pigmen karotenoid se-

trasi karotenoid serta menyebabkan terjadinya lama pemeliharaan dengan nilai 0,939 µg pada

degradasi.

hari ke-9. Hal ini terjadi karena teraktivasinya pigmen karotenoid terhadap paparan intensitas cahaya tinggi yang tidak mampu lagi diserap oleh pigmen klorofil. Akan tetapi, pemelihara-

SIMPULAN

an pada hari ke-12 sampai hari ke-15 menga- lami penurunan dengan konsentrasi pada akhir

Perbedaan intensitas cahaya memberikan pe- pengamatan yaitu 0,660µg. Pigmen karoteno-

ngaruh terhadap warna merah pada karang L. id tidak mampu lagi menyerap semua caha-

hemprichii dan pengurangan intensitas cahaya ya yang diterima sehingga karotenoid meng-

pada karang L. hemprichii memberikan penga-

Light Intensity to Color Gradation and Carotenoids 505 ruh yang signifikan terhadap konsentrasi pi-

ld temperature stress. Marine Ecology Pro- gmen total karotenoid serta jumlah konsentrasi

gress Series , 248:85–97. pigmen total karotenoid karotenoid akan me-

Shenkar, N., Fine, M., Kramarsky-Winter, E., ningkat pada cahaya tinggi.

and Loya, Y. (2006). Population dynami- cs of zooxanthellae during a bacterial blea- ching event. Coral Reefs, 25(2):223–227.

Pustaka Steel, R. G. and Torrie, J. H. (1993). Prinsip dan prosedur statistika. PT Gramedia Pus-

Bhagooli, R. and Hidaka, M. (2003). Com- taka Utama, Jakarta , 747. parison of stress susceptibility of in hospite

Tyas, K. N. (2006). Adaptasi kedelai terha- and isolated zooxanthellae among five co-

dap intensitas cahaya rendah melalui efisi- ral species. Journal of Experimental Marine

ensi penangkapan cahaya. Disertasi. Seko- Biology and Ecology , 291(2):181–197.

lah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Brown, B., Ambarsari, I., Warner, M., Fitt,

Bogor .

W., Dunne, R., Gibb, S., and Cummings, D. Wahyuni, D. T. and Widjanarko, S. B. (2014). (1999). Diurnal changes in photochemical

Pengaruh jenis pelarut dan lama ekstraksi efficiency and xanthophyll concentrations in

terhadap ekstrak karotenoid labu kuning de- shallow water reef corals: evidence for pho-

ngan metode gelombang ultrasonik [in press toinhibition and photoprotection. Coral Re-

april 2014]. Jurnal Pangan dan Agroindus- efs , 18(2):99–105.

tri , 3(2):390–401.

Downs, C. A., Kramarsky-Winter, E., Woo- Wind, Y. and Saaty, T. L. (1980). Marketing dley, C. M., Downs, A., Winters, G., Lo-

applications of the analytic hierarchy pro- ya, Y., and Ostrander, G. K. (2009). Cellu-

cess. Management science, 26(7):641–658. lar pathology and histopathology of hypo-

salinity exposure on the coral stylophora pistillata. Science of the Total Environment, 407(17):4838–4851.

Glynn, P. W. (1996). Coral reef bleaching: facts, hypotheses and implications. Global change biology , 2(6):495–509.

Jones, R. J. and Hoegh-Guldberg, O. (1999). Effects of cyanide on coral photosynthesis: implications for identifying the cause of co- ral bleaching and for assessing the enviro- nmental effects of cyanide fishing. Marine Ecology Progress Series , 177:83–91.

Jones, R. J. and Yellowlees, D. (1997). Re- gulation and control of intracellular algae (= zooxanthellae) in hard corals.

Phi-

losophical Transactions of the Royal So- ciety of London B: Biological Sciences , 352(1352):457–468.

Rani, C., Jompa, J., and Amiruddin (2004). Pertumbuhan tahunan karang keras porites lutea di kepulauan spermonde: hubungan- nya dengan suhu dan curah hujan. Torani, 14(4):195–203.

Santoso, A. D. (2011). Pemutihan terumbu ka- rang. Jurnal Hidrosfir Indonesia, 1(2). Saxby, T., Dennison, W. C., and Hoegh- Guldberg, O. (2003). Photosynthetic res- ponses of the coral montipora digitata to co-

506 Ahmad Mustawa 1 et al.