HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7 Hasil Regresi Model 2

GC = α 0 + α 1 AUDSIZE + α 2 TENURE + α 3 LNFEE + α 4 BANKRUPT + α 5 RETURN + α 6 ALAG + α 7 PGC + ε..................................(2)

Variabel Ekspektasi Koefisien p-value

0.049 ** Pseudo R-squared

p-value (prob >LR)

GC = 1 jika perusahaan mendapat opini going concern dan 0 jika sebaliknya, AUDSIZE = 1 jika perusahaan diaudit KAP Big 4 dan 0 jika sebaliknya, TENURE = jumlah tahunmenugasan audit, LNFEE= natural logaritma dari jumlah fee audit,BANKRUPT = nilai prediksi kebangkrutan Z-score, RETURN = return saham, ALAG = jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya opini audit, PGC = 1 jika perusahan mendapat opini going concern pada tahun sebelumnya dan 0 jika sebaliknya, *signifikan 10% **signifikan 5% ***signifikan 1%

Pengujian Hipotesis 4

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis 4, berikut ini dijabarkan penghitungan variabel opinion shopping. Variabel opinion shopping didapat dari hasil regresi Model Pelaporan Audit, setelah melakukan regresi probit, didapatlah nilai α sehingga kita memperoleh persamaan berikut:

GC = -3,025 -0,114AS -5,236ASxPGC -0,353BANKRUPT-7,280RETURN + 0,031 ALAG+ 8,237PGC

Dari persamaan tersebut, kita dapat membangun variabel opinion shopping (OS). GC 1 adalah opini yang diprediksi ketika perusahaan melakukan pergantian auditor. Nilai

GC 1 didapat dengan persamaan :

GC 1 = -3,025 -0,114 (1)-5,236(1)xPGC -0,353BANKRUPT-7,280RETURN + 0,031 ALAG+ 8.237PGC

Sedangkan GC 0 adalah opini yang diprediksi ketika perusahaan tidak melakukan pergantian auditor. NilaiGC 0 diperoleh dari persamaan :

GC 0 = -3,025 -0,114(0)-5,236(0) xPGC -0,353BANKRUPT-7,280RETURN + 0,031 ALAG+ 8.237PGC

Selisih dari kedua nilai dari persamaan tersebut membentuk variabel opinion shopping (OS). Kemudian setelah mendapatkan nilai variabel opinion shopping, kita dapat menguji pengaruh opinion shopping terhadap pergantian auditor dengan Model 3. Argumenen bahwa opinion shopping dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari opini going concernhanya dapat dibuktikan apabila variabel opinion shoppingberpengaruh signifikan terhadap keputusan pergantian auditor.

Dari tabel 8 terlihat bahwa probability LR-statistic sebesar 0,0050. Sehingga dapat dikatakan bahwa model yang digunakan signifikan karena nilainya < 1%. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.Uji McFadden‘s Pseudo R-squared dalam penelitian ini digunakan untuk melihat kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Pada tabel dibawah dapat dilihat koefisien Pseudo R-squared sangat kecil dengan nilai sebesar 0,0535. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 5,35%. Sedangkan 94,65% sisanya dijelaskan faktor-faktor lain diluar penelitian ini. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor lain di luar penelitian ini lebih dominan mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 8 Hasil Regresi Model 3

AS = β 0 + β 1 OS + β 2 BANKRUPT + β 3 RETURN + β 4 ALAG + β 5 SIZE + ε..(3)

Variabel Ekspektasi Koefisien p-value

0.001 *** Pseudo R-squared

p-value (prob >LR)

AS = 1 jika perusahaan melakukan pergantian auditor dan 0 jika sebaliknya, OS= opinion shopping, BANKRUPT = nilai prediksi kebangkrutan Z-score, RETURN = rata-rata return saham bulanan, SIZE = natural logaritma dari total aset *signifikan 10% **signifikan 5% ***signifikan 1%

Dari tabel 8 juga terlihat bahwa opinion shopping mempunyai koefisien positif sebesar 0,281 dengan signifikansi sebesar 0,117. Karena signifikansinya > 5%, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa opinion shopping tidak mempengaruhi keputusan pergantian auditor pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menyatakan fenomena opinion shopping terjadi dan membuat perusahaan dapat menghindari opini going concern.

Pengaruh Tingkat Ketergantungan Auditor pada klien terhadap opini going concern

Dari hasil regresi Model 1 dan Model 2 di atas kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat ketergantungan auditor pada klien tidak berpengaruh terhadap opini going concern pada perusahaan yang megalami kesulitan keuangan. Hal ini disimpulkan setelah melihat bahwa arah koefisien variabel untuk mengukur tingkat ketergantungan auditor pada klien berlawanan dengan hipotesis. Selain itu, hanya variabel masa penugasan audit (TENURE) yang berpengaruh signifikan, sedangkan variabel ukuran KAP (AUDSIZE) dan natural logaritma feeaudit (LNFEE) tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian Lennox (2006) yang Dari hasil regresi Model 1 dan Model 2 di atas kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat ketergantungan auditor pada klien tidak berpengaruh terhadap opini going concern pada perusahaan yang megalami kesulitan keuangan. Hal ini disimpulkan setelah melihat bahwa arah koefisien variabel untuk mengukur tingkat ketergantungan auditor pada klien berlawanan dengan hipotesis. Selain itu, hanya variabel masa penugasan audit (TENURE) yang berpengaruh signifikan, sedangkan variabel ukuran KAP (AUDSIZE) dan natural logaritma feeaudit (LNFEE) tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian Lennox (2006) yang

Masa penugasan audit (TENURE) berhubungan positif dengan opini going concern. Hal ini berlawanan dengan argumen bahwa masa penugasan audit yang panjang cenderung dapat mengurangi tingkat independensi auditor. Namun, hal ini juga mengindikasikan bahwa masa penugasan audit yang panjang mempermudah auditor untuk mendeteksi masalah going concern dibanding masa penugasa audit yang pendek. Hasil ini sejalan dengan penelitian Lennox (2006) dan Gosh dan Moon (2005) bahwa masa penugasan audit yang panjang membuat auditor lebih memahami bisnis klien sehingga mempermudah dalam mendeteksi masalah going concern.

Variabel prediksi kebangkrutan (BANKRUPT) berpengaruh signifikan terhadap opini going concern pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Hal ini terlihat dari hasil regresi model 1 dimana nilai p-value variabel BANKRUPT< 5%. Nilai koefisiennya juga sesuai dengan yang diprediksikan yaitu negatif. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai prediksi kebangkrutan maka semakin kecil kemungkinan menerima opini going concern. Hasil ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya antara lain Mutchler (1997), Chen dan Cruch (1997), Lennox (2002).

Variabel return saham (RETURN) berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Hal ini terlihat dalam hasil regresi model 1 dimana p-value < 5%. Arah hubungannya juga sesuai dengan yang diprediksi yaitu negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang ada bahwa return saham berhubungan negatif dengan opini going concern karena Return Saham merupakan indikator keuangan yang juga dilihat auditor.

Variabel Audit Lag (ALAG) berpengaruh signifikan terhadap opini going concern dengan nilai koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama auditor menerbitkan laporan audit maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Hasil ini sesuai dengan penelitian Mutcler (1997) dan Louwers (1998). Auditor melakukan penundaan penerbitan opini sehingga audit lag semakin panjang dengan tujuan agar dapat memberikan waktu bagi manajemen menghadapi masalah going concern.

Opini Going concern tahun sebelumnya (PGC) juga berpengaruh signifikan terhadap opini going concern pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan.

Opini Going concern tahun sebelumnya berhubungan positif dengan opini going concern karena terdapat persistensi dalam penerbitan opini. Hasil ini juga konsisten dengn beberapa penelitian yang telah ada antara lain Kaplan dan William (2012) dan Mutcler (1997).

Pengaruh Opinion shopping terhadap Pergantian Auditor

Dari hasil regresi probit model 3, dapat disimpulkan bahwa opinion shopping tidak terjadi di Indonesia. Hasil tersebut memang bertentangan dengan penelitian Lennox (2002), namun sejalan dengan penelitian Tong Lu (2006) dan Praptitorini dan Januarti (2011).

Variabel opinion shopping diharapkan berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor untuk mendukung argumen bahwa fenomena opinion shopping terjadi. Hal ini karena berangkat dari asumsi bahwa apabila kemungkinan menerima opini going concernpada saat melakukan pergantian auditor lebih besar dibanding mempertahankan auditor yang bertugas saat ini (OS>0), maka perusahaan tidak akan melakukan pergantian auditor (AS=0), tetapi apabila kemungkinan menerima opini going concern lebih besar saat mempertahankan auditor yang bertugas saat ini (OS< 0 ), maka perusahaan akan melakukan pergantian auditor (AS=1). Sehingga argumen opinion shopping hanya dapat didukung jika opinion shopping berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Dengan kata lain, opinion shopping mempengaruhi keputusan untuk mengganti atau mempertahankan auditor.

Hasil ini diperkuat dari analisa perbandingan antara opini yang diterima perusahaan yang melakukan pergantian auditor dan yang tidak melakukan pergantian auditor yang telah disebutkan dalam statistik deskriptif di mana persentase perusahaan yang melakukan pergantian auditor atau tidak melakukan pergantian auditor karena memperoleh opini going concern pada tahun sebelumnya hampir sama. Selain itu, tidak ada pula peningkatan opini yang signifikan karena pergantian auditor maupun karena mempertahankan auditor yang ada.

Variabel prediksi kebangkrutan (BANKRUPT) dan variabel return saham (RETURN) tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Hal ini mengindikasikan perusahaan indonesia menganggap opini yang akan didapat dengan mengganti atau mempertahankan auditor saat kondisi keuangan perusahaan buruk tidak akan jauh berbeda. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Nilai koefisiennya negatif menunjukkan adanya hubungan negatif Variabel prediksi kebangkrutan (BANKRUPT) dan variabel return saham (RETURN) tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Hal ini mengindikasikan perusahaan indonesia menganggap opini yang akan didapat dengan mengganti atau mempertahankan auditor saat kondisi keuangan perusahaan buruk tidak akan jauh berbeda. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Nilai koefisiennya negatif menunjukkan adanya hubungan negatif

Analisis Sensitivitas

Penelitian ini juga menggunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui robustness dari pengujian model.

1) Mengeluarkan Sampel Tahun 2008 Persentase perusahaan yang mendapat opini going concern paling banyak terjadi pada tahun 2008 yaitu 85,71%. Hal ini kemungkinan terjadi sebagai dampak dari krisis keuangan global yang terjadi di Eropa dan Amerika. Oleh karena itu, kondisi ekonomi pada tahun 2008 dapat dikatakan ekstrim sehingga dilakukan pengujian dengan mengeluarkan sampel tahun 2008 untuk menghilangkan efek krisis keuangan global terhadap tren opini going concern.

2) Menambah Variabel Kategori Berdasarkan Ukuran KAP dan Masa Penugasan Audit

Digunakan variabel dummy untuk melihat tingkat ketergantungan auditor dengan menggabungkan pengaruh ukuran KAP dan masa penugasan audit. Pertama, Ukuran KAP dibagi menjadi dua kelompok yaitu Big Four dan non Big Four. Kedua, masa penugasan audit juga dibagi menjadi dua kelompok yaitu panjang dan pendek. Untuk menentukan panjang atau pendeknya masa penugasan audit mengacu pada rata-rata masa penugasan audit. Dalam penelitian ini rata-rata penugasan 2,4 sehingga batas penentuan panjang pendeknya audit adalah 2,4. Jika masa penugasan audit ≤ 3 tahun maka dikategorikan masa penugasan audit pendek sedangkan jika masa penugasan audit > 3 tahun maka dikategorikan masa penugasan audit panjang.

Dari pembagian di atas didapatkan empat kelompok auditor yaitu kelompok 1 (KAP Big Four dan Masa Penugasan Audit Panjang), kelompok 2 (KAP Big Four dan Masa Penugasan Audit Pendek), kelompok 3 (KAP non Big Four dan Masa Penugasan Audit Panjang), dan kelompok 4 (KAP non Big Four dan Masa Penugasan Audit Pendek).

3) Mengubah variabel prediksi kebangkrutan dengan dummy variabel Variabel prediksi kebangkrutan yang digunakan dalam model ini mengambil nilai z-score revised altman model tanpa dilakukan pengelompokkan. Pada analisis sensitivitas kali ini dikelompokkan antara perusahaan yang sehat ditunjukkan dengan z-score di atas 2,90 diberi nilai 2, perusahaan yang berada dalam kategori abu-abu 3) Mengubah variabel prediksi kebangkrutan dengan dummy variabel Variabel prediksi kebangkrutan yang digunakan dalam model ini mengambil nilai z-score revised altman model tanpa dilakukan pengelompokkan. Pada analisis sensitivitas kali ini dikelompokkan antara perusahaan yang sehat ditunjukkan dengan z-score di atas 2,90 diberi nilai 2, perusahaan yang berada dalam kategori abu-abu

4) Mengubah return saham dari rata-rata return saham bulanan menjadi rata-rata return

saham mingguan Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata return saham bulanan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih riil, dalam analisis sensitivitas ini akan digunakan return saham mingguan. Dengan rumus yang sama dengan return saham bulanan, berbeda pada bagian jumlah minggu transaksi dalam satu tahun.

Hasil dari analisis sensitivitas dengan mengeluarkan sampel tahun 2008 tidak memberikan perbedaan dalam hasil regresi, di mana tingkat ketergantungan auditor dilihat dari ukuran KAP dan masa penugasan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Kemudian pengelompokkan auditor berdasarkan ukuran KAP dan masa penugasan audit juga tidak memberikan hasil yang berbeda. Tidak ada satupun kelompok auditor tersebut yang berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Analisis sensitivitas dengan mengubah variabel prediksi kebangkrutan tidak memberikan perbedaan. Variabel prediksi kebangkrutan dengan dummy variabel tetap memberikan pengaruh yang signifikan dengan arah koefisien yang sama baik untuk model 1 maupun model 3. Selanjutnya penggunaan rata-rata return saham mingguan juga tidak memberikan hasil yang berbeda untuk model 1. Namun, untuk model 3 variabel rata-rata return saham mingguan berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor dengan arah koefisien sesuai dengan yang diprediksi.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI, SKEPTISME, HUBUNGAN KLIEN DENGAN AUDITOR, UKURAN KAP TERHADAP KEPUASAN KLIEN DAN KEGUNAAN UNTUK STAKEHOLDER EKSTERNAL DALAM PERSPEKTIF KLIEN IBNU IRAWAN LILI SUGENG WIYANTORO HELMI YAZID EWING YUVISA IBRANI Universitas Sultan Ageng Ti

1 2 21

PERAN KEKHAWATIRAN MENDAPAT SANKSI PROFESIONAL DALAM PROFESIONALISMA DAN INDEPENDENSI AUDITOR: PENGUJIAN TEORI KOGNITIF SOSIAL FRANCISCA RENI RETNO ANGGRAINI Universitas Sanata Dharma ZAKI BARIDWAN SUWARDJONO HARDO BASUKI Universitas Gadjah Mada Abstract

0 0 20

Universitas Airlangga Abstract - 075 PENGARUH UMUR, GENDER, DAN PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU

0 1 27

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENENTUAN OPINI AUDIT

1 3 21

PENDAPAT GOING CONCERN: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013)

1 1 34

EVALUASI EMPIRIS TRANSPARANSI DAN VISIBILITAS PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN PERBANKAN BASIS INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING)

0 0 28

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA PENGHENTIAN PREMATUR (PREMATUR SIGN OFF) ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI KASUS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAWA TIMUR) KHOLIDIAH

0 1 45

UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP MINAT MAHASISWA MENJADI AKUNTAN PUBLIK

0 2 27

068 TINGKAT INTEGRASI SISTEM AKUNTANSI DAN DAMPAKNYA

0 0 23

PENGARUH PERUBAHAN OPINI AUDIT DAN LABA TAK TERDUGA TERHADAP WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN DALAM INDUSTRI KEUANGAN

0 0 27