f. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang maslah kebutuhan oksigenasi antara lain riwayat keperawatan, pola batuk dan produksi sputum, sakit dada, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
Pengkajian keperawatan pada maslah kebutuhan oksigen meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan gangguan hidung dan tenggorokan,
seperti epitaksis kondisi akibat luka kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada system peredaran darah, dan kanker, obstruksi
nasal kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor dan influenza, dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian
keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada
tenggorokan, kenaikan suhu tubuh sehingga sekitar 38,5 derajat celcius, sakit kepala, lemas sakit perut hinggga muntah-muntah pada anak-anak, faring
berwarna merah, adanya edema Hidayat,2006.
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat, dan
berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan
saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadapa lingkungan tempat tingggal pasien
apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna,
kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh
pasien Hidayat,2006.
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada
apabila posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu
inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit Hidayat,2006.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan system kardiopulmonal.Teknik inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik ini.
Saat melakukan teknik inspeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sampai keujung kaki klien untuk mengkajikulit dan warna membran mukosa,
penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernafasan, dan gerakan dinding dada.Setiap kelainan harus diperiksa selama
palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Palapasi dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah.Dengan palpasi, jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat
mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada dadad thrill, angkatan dada heaves, dan titik implus jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan perawat
untuk meraba adanya massa atau benjolan diaksila dan jaringan payudara. Palpasi pada ekstremitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer,
temperature kulit, warna, dan pengisian kapiler.
Perkusi adalah tindakan mengetuk-mengetuk suatu objek untuk menentukan adanya udara, cairan atau benda padat di jaringan yang berada
dibawah objek tersebut malasanos,barkauskas, dan Stoltenberg-allen,1990. Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang diketuk dengan
menetukan kedalaman 4 sampai 6cm. lima nada perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup, datar dan timpani. Perkusi memungkinkan perawat
menetukan adanya cairan yang tidak normal, udara di paru-paru, atau kerja
diagfragma.
Penggunaan auskultasi memapukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan jantung yang normal maupun tidak normal. Auskultasi sistem kardiovaskular
harus meliputi pengkajin dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2 yang normal, mendeteksi adanya bunyi S3 dan S4 yang tidak normal, dan bunyi murmur, serta
bunyi gesekan. Pemeriksaan harus mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas bunyi murmur. Auskultasi juga digunakan untuk
mengidentifikasi bunyi bruit diatas arteri karotis, aorta abdomen, dan ateri
femoral. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di
Universitas Sumatera Utara
sepanjang lapangan paru, anterior, posterior, dan lateral. Suara nafas tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan di suatu
lapangan paru, atau terjadi obstruksi, auskultasi juga dilakukan untuk mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang dilakukan untuk
meningkatkan status pernafasan Potter Perry,2005 Pemeriksaan Diagnostik untuk masalah oksigenasi antara lain rontgen
dada, fluroskopi, bronkografi, angiografi, endoskopi, radio isotop dan media stinoskopi.Penapisaan yang dapat dilakuakan, misalnya untuk melihat lesi paru
pada penyakit tuberculosis, mendeteksiadanya tumor, benda asing, pembengkakakn paru, penyakit jantung, dan untuk melihat strukur yang abnormal.
Juga penting untuk melengkapi pemeriksaan fisik dengan gejala tidak jelas, sehingga dapat menentukan besarnya kelainan, lokasi, dan keadaanya,
misalnyakelainan jaringan dan tulang pada dinding toraks, diagfragma yang abnormal, kemampuan berkembang diagfragma pada waktu respirasi, dan
keadaan abnormal posisi jantung. Ukuran jantung dan sekitarnya daerah mediastinum, trakheobronchial yang abnormal, penebalan pleura, adanya cairan
pleura, keadaan normal dari ukuran paru, serta distribusi yang abnormal dari arteri
dan vena pulmonalis.
Fluroskopidilakukan untuk mengetahui mekanisme kardiopulmonum, misalnya kerja jantung, diagfragma, dan konraksi paru.Bronkografibertujuan
untuk melihat secara visual bronkus sampai dengan cabang bronkus pada penyakit
gangguan bronkus atau kasus displacement dari bronkus.Angiografi digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosis tentang keadaan paru, emboli atau tumor
paru, aneurisma, emfisema, kelainan konginetal, dan lain-lain.
Endoskopi bertujuan untuk melakukan iagnostik dengan cara mengambil secret buntuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biopsi jaringan, untuk
memeriksa sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat letak terjafinya perdarahan; untuk terapeutik, misalnya mengambil benda asing dan
menghilangkan sekret yang menutupi lesi.
Radio Isotopbertujan untuk menilai lobus paru, melihatb adanya emboli paru,.Ventilasi scanning untuk mendeteksi ketidaknormalan ventilasi, misalnya
Universitas Sumatera Utara
pada emfisema.Scanning gallium untuk mendeteksi peradangan pada paru. Pada keadaan normal, paru hanya menerima sedikit atau sama sekali tidak gallium yang
lewat, teteapi gallium sangat banyak terdapat pada infeksi.
Mediastinoskopi merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat penyebaran tumor. Mediastinostomi bertujuan untuk memeriksa mediatinum
bagian depan dan menilai aliran limpa pada paru, biasanya dilakukan pada
penyakitbsaluran pernapasan bagian atas. Hidayat,2006. 2. Analisa Data
Klien yang mengalami perubahan tingkat oksigenasi dapat memiliki diagnose keperawatan yang awalnya dari kardiovaskular atau pulmoner. Setiap
diagnosa keperawtan harus didasarkan pada batasan karakteristik dan melibatkan etiologi terkait. Label diagnostik divalidasi dengan menggunakan batasan
karakteristik atau tanda dan gejala Potter Perry,2005 3. Rumusan Masalah
Maslah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen ini, antara laintidak efektifnya jalan napas, tidak efektifnya pola napas, gangguan
pertukaran gas, penurunan perfusi jaringan, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur, dan resiko terjadi iskemik otak.
Tidak efektifnya jalan napasmenggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan secret, penyempitan
jalan napas oleh karena spasme bronchus dan lain-lain. Tidak efektifnya pola napasmerupakan suatu kondisi dimana pola nafas,
yaitu inspirasi dan ekspirasi, menunjukkan tidak normal.Penyebabnya bisa karena kelemahan neuromuscular, adanya sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan,
dan lain-lain. Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan yang dimana terjadi
ketidak seimabangan antara oksigen yang di hirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa
karena perubahan membrane alveoli, kondisi anemia, proses penyakit, dan lain- lain.
Universitas Sumatera Utara
Penurunan perfusi jaringan merupakan keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen.Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovolemia,
retnsi karbon doksida, penurunan cardiac output, dan lain-lain. Intoleransi aktivitas merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, produksi energy
yang di hasilkan menurun, dan lain-lain Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu.
Kesulitan bernafas sesak nafas menyebabkan seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan
penyakit yang dideritanya. Gangguan oksigen mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang.Hal
tersebut disebabkan oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak berkurang, gangguan perfusi jaringan otak, dan lain-lain.Akibatnya, otak
kekurangan oksigen sehingga berisiko terjadi kerusakan jaringa otak Potter Perry,2005.
4. Perencanaan