Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

E. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapaitujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang

17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaranberorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2011), h. 180 17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaranberorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2011), h. 180

lain :

a) Berorientasi pada Tujuan Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu pendidik harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai

oleh peserta didik. 19 Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik

memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori.

18 M. Chalish, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), h. 128

19 Direktorat Tenaga Kependidikan, (Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya), Jakarta : Dipdiknas, 2008), h. 33

b) Prinsip Komunikasi Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi pendidik berfungsi sebagai sumber pesan dan peserta didik berfungsi sebagai penerima pesan. Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan.

Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (peserta didik) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap pendidik dapat menghilangkan setiap gangguan yang bisa mengganggu proses komunikasi.

c) Prinsip Kesiapan Peserta didik dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu pendidik harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala peserta didik belum siap untuk menerimanya. Dalam teori konektionisme, “kesiapan” merupakan satu hokum belajar. Inti dari hokum ini adalah bahwa setiap individu akan merespons dengan cepat dari setiap stimulus manakala dirinya sudah memiliki kesiapan, sebaliknya tidak mungkin setiap individu akan merespons setiap stimulus yang muncul manakala dia belum ada kesiapan untuk menerimanya.

d) Prinsip Berkelanjutan Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong peserta didik untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa peserta didik pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri. Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan pendidik untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran. 20

20 M. Chalish, op., cit. h. 130

Kelebihan dari Strategi Ekspositori ini ialah :

1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori pendidik bisa mengontrol urutan dan membatasi sejauh mana materi pelajaran yang ingin pendidik sampaikan.

2. Strategi pembelajaran ekspositori dapat membantu pendidik dengan leluasa memberikan gambaran materi pelajaran dengan jelas dan detail kepada peserta didik.

3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori pendidik dapat mengetahui sejauh mana peserta didik mengetahui dan memahami materi pelajaran yang telah pendidik ajarkan.

4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini peserta didik dapat memahami materi pelajaran yang cukup luas secara baik, dengan waktu pembelajaran yang cukup singkat.

5. Peserta didik dapat memberikan keterangan atau berbicara terkait topik materi pelajaran setelah mendengarkan dengan seksama materi pelajaran yang pendidik ajarkan.

6. Penerapan strategi pengajaran tidak terbatas pada jumlah peserta didik yang banyak. 21

Kelemahan dari Strategi Ekspositori :

1. Penerapan strategi pengajaran terbatas hanya pada peserta didik yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak dengan baik.

21 John Afifi, Innovasi-innovasi Kreatif Manajemen Kelas & Pengajaran Efektif, (Jogjakarta: Diva Press, 2014), h. 132

2. Strategi pengajaran tidak efektif diterapkan di dalam kelas yang sebagian besar peserta didiknya memiliki tingkat kecerdasan kurang dari cukup (nilai rata-rata di bawah 6).

3. Strategi pengajaran tidak efektif diterapkan di dalam kelas yang tidak memiliki manajemen kelas yang baik.

4. Strategi pengajaran tidak dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam bidang sosialisasi (hubungan dan kerja sama yang baik dengan peserta didik lain), pembelajaran mandiri (tanpa adanya guru yang mendampingi), serta pengembangan ide/pemikiran.

5. Keberhasilan penerapan strategi pengajaran bergantung sepenuhnya pada kemampuan guru dalam mengajar, yang meliputi persiapan pengajaran, penyampaian materi pelajaran, rasa percaya diri, semangat mengajar, dan motivasi peserta didik.

6. Strategi pengajaran yang di terapkan oleh guru yang tidak memliki kemampuan yang baik dalam mengajar dapat membuat peserta didik pasif menerima materi pelajaran dan bukan aktif bertanya. 22

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA LAYANAN PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

19 247 18

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91