PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG IMPLEMENT

STRATEGI EKSPOSITORI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA 4 NEGERI MANADO SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

RUSTAM WOMBOO 10.2.3.007

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Persepsi Peserta Didik Tentang

Implemenstasi Strategi Ekspositori Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam Di SMA 4 Negeri Manado” ini adalah benar hasil karya penyusun sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikasi, tiruan, plagiasi, atau dibuatkan oleh orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum.

Manado, 14 Agustus 2015 Penyusun

Rustam Womboo 10.2.3.007

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Persepsi Peserta Didik Tentang Implemenstasi Strategi Ekspositori Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA 4 Negeri Manado”. yang disusun oleh Rustam Womboo, NIM 10 2.3 007, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah & Ilmu Keguruan pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam Sidang Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Jum’at tanggal 14 Agustus 2015 M bertepatan dengan 28 Syawal 1436 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I), dengan beberapa perbaikan.

Manado, 14 Agustus 2015 M

29 Syawal 1436 H DEWAN MUNAQASYAH

Ketua : Dr. Muh. Idris, M.Ag (……………..…………) Sekretaris

: Sahari, M.Pd.I (……………..…………) Munaqisy I

: Mastang Ambo Baba, M.Ag (……………..…………) Munaqisy II

: Mutmainah, M.Pd (……………..…………) Pembimbing I

: Dr. Muh. Idris, M.Ag (……………..…………) Pembimbing II : Mustafa, M.Pd.I

Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

Dr. Muh. Idris, M.Ag NIP. 19710515 200212 1 002

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri Manado.

Shawalat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, para keluarganya, kerabatnya, sahabatnya dan insya Allah percikan rahmatNya akan sampai kepada seluruh umat beliau yang senantiasa teguh mengamalkan ajarannya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangannya, namun berkat inayah dari Allah Swt, serta bimbingan dosen- dosen, doa dari kedua orang tua, dan semangat dari teman-teman, alhamdulillah kekurangan dan hambatan-hambatan yang menghampiri dapat dihadapai dan diselesaikan.

Untuk itu, penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. Rukmina Gonibala, M.Si selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, Dr. Yasin, M.Si selaku Wakil Rektor I , Dr. Yusno A. Otta, M.Ag selaku Wakil Rektor II, Dr. Evra Willya, M.Ag selaku Wakil Rektor III

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado yang telah meberikan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

2. Dr. Muhammad Idris, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan sekaligus menjadi Pembimbing I Penulis beserta seluruh staf dan karyawan serta Wadek I, II dan III yang telah memberikan pelayanan yang sangat memudahkan mahasiswa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

3. Ketua jurusan dan sekretaris jurusan Pendidikan agama Islam yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

4. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang sejak penulis menimba ilmu di kampus hijau IAIN Manado tidak henti-hentinya memberikan ilmu kepada penulis hingga mencapai akhir dari tugas perkuliahan.

5. Seluruh pegawai Perpustakaan IAIN Manado yang selalu memberikan pelayanan yang baik keada seluruh mahasiswa terutama kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Mustafa, M.Pdi selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu dan pikiran dalam membantu penulis khususnya pada saat penyusunan skripsi sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

7. Kedua Orang Tua terkasih Bapak Ako Womboo dan (Almarhumah) Ibunda Hani G. Hasan yang telah memberikan kasih sayang yang tidak terhingga serta semangat sehingga penulis dapat menempuh pendidikan sampai pada tingkatan mahasiswa, kakak tercinta Ninco Womboo beserta suaminya Kaslan Akutaly dan ka Suryanti Wagimin yang telah memberikan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Guru terutama guru-guru muslim yang berada di SMA Negeri 4 Manado yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk dapat melakukan penelitian di SMA Negeri 4 Manado, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Guru mursyid saya Ust. H. Rizal Kasim, S.Ip,.M.Si yang telah mengarahkan serta memotivasi hidup penulis dalam hal kebaikan dan memberikan ilmu agama serta motivasi dalam penyelesaian skripsi.

10. Kepada saudara-saudari saya Keluarga Besar Majelis Ilmu dan Dzikir Himpunan Remaja Tadzkir Akbar (HARTA) SULUT yang telah memotivasi dan menemani penulis dalam kehidupan sehari-hari, terkhusus Murobbi Ust. Akbar Mamosey yang selalu memberikan nasehat dalam kebaikan.

11. Kepada saudara-saudari Keluarga Besar Mapala BUMI IAIN Manado, saudara Zevichard Bayihi, Muh. Rusli Djuma, Mas Joko, Fuad A.R Yusuf, Mindawati Sambayang, Muh. Luthfi Tongka, Faisal Djafar, Agus Setiono dan saudara- saudari yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membuat hidup penulis makin berwarna.

12. Teman-teman seperjuangan PAI 1 angkatan 2010 yang telah banyak berjasa dalam memberikan motivasi dalam hidup penulis.

13. Teman-teman mahasiswa KKN Posko 11 Suharno Ismail, Taufik, Rahmad Kasim, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak pelajaran hidup pada kehidupan penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi.

Akhirnya, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan menjadi amal jariyah serta mendapatkan berkah dari Ilahi Rabbi. Amin....

Manado, 14 Agustus 2015 Penyusun

Rustam Womboo 10.2.3.007

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang unggul dengan berupaya menyempurnakan iman, taqwa, dan akhlak. Manusia yang unggul dapat membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. 1

Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang dipelajari di sekolah, mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai ke pendidikan tinggi. Hal ini menunjukan betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam rangka pembentukan suatu kepribadian yang sesuai dengan tujuan dan tuntunan serta falsafah bangsa dan agama Islam. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya Pendidikan Agama Islamdi sekolah mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat.

1 M. Athiyah Al-Absyari, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,(cet. VII, Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 5

Sebagaimana yang tercantum dalam ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1993 2 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara. Pendidikan Agama Islam merupakan

salah satu mata pelajaran pokok yang sangat penting dan berpengaruh besar dalam pembentukan sikap peserta didik. Penerapan Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran akan dapat membentuk kepribadian yang mulia pada peserta didik. Materi Pendidikan Agama Islam sebenarnya bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, tetapi juga mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, Pendidikan Agama Islam ternyata dapat menjadi dasar ataupun acuan untuk mata pelajaran lainnya dan menjadi primadona bagi masyarakat, orang tua, dan peserta didik. Sayangnya, dalam realita yang ada banyak peserta didik yang beranggapan bahwa mata pelajaran agama sebagai pelajaran kelas dua, membosankan dan tidak menarik.

Pengajar dan belajar merupakan dua komponen pokok dalam pembelajaran. Keduanya memiliki tujuan yang hendak dicapai, yaitu sesudah mengikuti proses belajar mengajar, pelajar dapat menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu sesuai dengan proses mengajar

tersebut. 3 Untuk mengetahui lebih jauh tentang implementasi Pendidikan Agama

Islam dalam proses pembelajaran maka terdapat dua terminologi yang perlu diperjelas yaitu belajar dan mengajar. Menguasai dan mengembangkan bahan

2 www.tatanusa.co.id/tapmpr/93TAPMPR-II.pdf , Diakses pada tanggal 20 September 2014

3 Hasibuan dan Moedjiono, Proses Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), h. 13

pengajaran komponen yang terlibat antara lain pelajar, materi yang diajarkan, dan strategi yang digunakan dalam memberikan pelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam. Tugas pendidik atau pendidik adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat membuat peserta didik untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Pendidik sebaiknya memiliki kemampuan dalam memilih metode atau strategi pembelajaran yang tepat. Ketidaktepatan dalam penggunaan metode atau strategi pembelajaran akan menimbulkan kejenuhan bagi peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat dipahami yang akan mengakibatkan peserta didik menjadi apatis. Oleh karena itu, pendidik tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan mengajar, tetapi juga mewujudkan kompleksitas peran sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya secara kreatif.

Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam”. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri peserta didik. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh peserta didik. Artinya, strategi ceramah yang digunakan pendidik ketika mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam”. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri peserta didik. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh peserta didik. Artinya, strategi ceramah yang digunakan pendidik ketika mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada

Strategi mengajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari pendidik kepada peserta didik namun banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil belajar lebih baik. Untuk itu seorang pendidik perlu menggunakan metode-metode dalam menyampaikan pelajarannya. Metode pelajaran sangat beraneka ragam dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu, strategi pembelajaran menekankan pada proses belajar peserta didik aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar dan juga strategi mengajar yang dipilih sepatutnya disesuaikan dengan bentuk belajar atau hasil belajar yang diharapkan diperoleh peserta didik.

Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dari adanya interaksi antara seorang pendidik dengan lingkungannya. Proses pembelajaran seharusnya menekankan pada metode atau cara bagaimana mengajarkan kepada peserta didik, proses pembelajaran dilaksanakan dalam rangka memberi kesempatan kepada peserta didik memperoleh pengalaman belajar, proses pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk mempelajari mata pelajaran, prosesnya dapat beraneka ragam mulai dari yang sederhana dengan Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dari adanya interaksi antara seorang pendidik dengan lingkungannya. Proses pembelajaran seharusnya menekankan pada metode atau cara bagaimana mengajarkan kepada peserta didik, proses pembelajaran dilaksanakan dalam rangka memberi kesempatan kepada peserta didik memperoleh pengalaman belajar, proses pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk mempelajari mata pelajaran, prosesnya dapat beraneka ragam mulai dari yang sederhana dengan

Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam al-Quran:

Terjemahnya : “Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah)

dengan jelas"(QS.Yaasin :17) 5

Pembelajaran konsep cenderung dan kebanyakan masih menggunakan metode ceramah yang terkesan membosankan, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan pendidik dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berfikir peserta didik, atau dengan kata lain belum melakukan yang namanya pengajaran bermakna, hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya metode yang digunakan kurang bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar peserta didik menjadi sulit

ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis. 6 Ketidaktertarikan peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam terkait dengan model pembelajaran konvensional yang masih diterapkan oleh pendidik, seperti metode ceramah dan tanya jawab. Model pembelajaran konvensional kurang menarik bagi peserta didik dan cenderung

4 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Pembelajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h. 15

5 Al-Alim, Al-Quran dan Terjemahannya, Edisi Ilmu Pengetahuan, (Bandung: Al-Mizan Publishing House), h. 442

6 Hasibuan dan Moedjiono, op., cit. h. 23 6 Hasibuan dan Moedjiono, op., cit. h. 23

4 Manado. Para peserta didik kurang berminat bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan, bahkan ada peserta didik yang tidak serius atau mengantuk. Peserta didik yang mendapatkan nilai kognitifnya bagus belum bisa dikatakan telah berhasil jika nilai sikap dan keterampilannya kurang. Begitu pula sebaliknya, jika sikap dan/atau bagus tetapi kognitifnya kurang, belum bisa dikatakan Pendidikan Agama Islam itu berhasil. Inilah yang belum memenuhi harapan dan keinginan bersama. Contoh lainnya, hampir sebagian orang tua peserta didik SMA Negeri 4 Manado menginginkan peserta didiknya bisa membaca al-Quran, namun bisakah orang tua mengandalkan kepala sekolah agar peserta didiknya bisa membaca al-Quran sedangkan praktek Pendidikan Agama Islam di sekolah, baru mencapai pada bisa atau tidaknya membaca Al- Qur’an, mengerti dan mampu melaksanakan pokok-pokok ajaran agama atau kewajiban-kewajiban ‘ainiyah seperti syarat dan rukun shalat.

Maka sekolah tampaknya belum bisa memberikan harapan itu karena terbatasnya alokasi waktu atau jam pelajaran di sekolah. Kita tahu bersama bahwa sekarang di Kota Manado pada umumnya orangtua mengandalkan pendidikan Islam di sekolah saja, karena beralasan sibuk dan jarang sekali ada tempat-tempat yang memungkinkan mereka untuk belajar agama Islam. Jadi pendidik ini kalau dipercaya untuk mendidik Pendidikan Agama Islam di sekolah, keislaman mereka adalah tanggung jawab moral. Oleh karena itu jangan hanya mengandalkan pendidik-pendidik yang hanya mengajar di sekolah saja, akan lebih baik apabila

menciptakan berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang memungkinkan mereka bisa belajar agama Islam lebih banyak lagi. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado yang terbilang cukup minoritas jumlah peserta didik muslim yang hanya 151 orang kemudian peserta didik muslim di sekolah tersebut hanya mengandalkan pendidikan agamanya hanya dari sekolah. Namun bagi peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang memperoleh Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak terlalu banyak mengahadapi masalah, karena mereka bisa mendapatkan di sekolah dan bisa juga belajar agama Islam secara penuh di lingkungan asrama yang mereka tinggali.

Kondisi semacam inilah yang dihadapi oleh peserta didik yang mempelajari agama Islam. Peserta didik hanya belajar agama Islam dari sisa waktu yang dimiliki oleh orang tuanya yang paham dan mengerti akan agama Islam dan orang tua seperti ini sangatlah sedikit jumlahnya. Peserta didik SMA Negeri 4 Manado belajar agama Islam dengan mengundang ustadz ke rumahnya. Hasil observasi penulis dilapangan melihat banyak peserta didik yang hanya mengandalkan Pendidikan Agama Islam dari sekolahnya tanpa mendapatkan tambahan belajar agama dari tempat lain. Padahal dalam Pendidikan Agama Islam banyak yang mesti dikuasai oleh peserta didik, seperti berkaitan dengan pengetahuan, penanaman akidah, praktek ibadah, pembinaan perilaku atau yang dalam Undang-Undang disebut pembinaan akhlak mulia.

Kendala dan tantangan sangat utama dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SMA Negeri 4 Manado antara lain karena waktunya sangat terbatas, yaitu hanya 2 jam pelajaran per minggu. Menghadapai kendala dan

tantangan ini, maka pendidik yang menjadi ujung tombak pembelajaran di sekolah, perlu merumuskan model pembelajaran sebagai implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya kurikulum mikro pada kurikulum agama Islam di sekolah. Cara yang bisa ditempuh pendidik dalam menambah pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pembelajaran ekstra kurikuler dan tidak hanya pembelajaran formal di sekolah. Pembelajaran dilakukan bisa di sekolah, yaitu di kelas atau di mushalah. Bisa pula di rumah atau di tempat yang disetujui, waktu belajarnya tentu diluar jam pelajaran formal. Cara ini memang membutuhkan tambahan fasilitas, waktu, dan tenaga pendidik, tapi itulah tantangan pendidik yang tidak hanya mengajar tetapi memiliki semangat pendidikan untuk menyebarkan ilmu di manapun dan kapanpun. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antara pendidik dan orang tua. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado hanya menjadi pelengkap mata pelajaran umum yang nilainya hanya bisa dilihat pada raport peserta didik ketika selesai ujian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pengaruh positif Pendidikan Agama Islam bagi peserta didik di sekolah ini sungguh sangat minim. Penanaman nilai-nilai agama Islam baik dari segi sikap dan perilaku sejatinya seorang muslim yang beriman dan bertaqwa belum tercermin kepada peserta didik SMA Negeri 4 Manado.

Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum penuh tantangan, karena secara formal penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah waktunya sangat sedikit dan terbatas. Jadi apa yang bisa mereka peroleh dalam pendidikan Islam yang hanya 2 jam pelajaran. Jika sebatas hanya

memberikan pengajaran agama Islam yang lebih menekankan aspek kognitif, mungkin pendidik bisa melakukannya, tetapi kalau memberikan pendidikan yang meliputi tidak hanya kognitif tetapi juga sikap dan keterampilan, pendidik akan mengalami kesulitan. Melihat hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan kearah pencapaian pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya. Pembelajaran hendaknya lebih bervariasi metode, model apapun strateginya guna mengoptimalkan potensi peserta didik. Upaya-upaya pendidik dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan peserta didik mencapai tujuan yang direncanakan.

Pendekatan strategi Ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh pendidik. 7

Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan oleh pendidik. Biasanya pendidik menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan yang dikenal dengan istilah metode ceramah. Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh pendidik serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respon yang diberikannya pada saat pemberian pertanyaan oleh pendidik. Komunikasi yang diberikan oleh pendidik dalam interaksinya dengan peserta didik adalah komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi.

7 S. Nasution, op., cit. h. 30

Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar peserta didik kurang optimal sebab terbatas pada mendengarkan uraian pendidik, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada pendidik. Pendidik yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada peserta didik menggunkan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-lain di samping memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan. Strategi Ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada pendidik (teacher centered approach).

Dikatakan demikian sebab pendidik memegang peran sangat dominan. Melalui strategi ini pendidik menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai oleh peserta didik dengan baik.

Implementasi strategi pembelajaran Ekspositori di SMA Negeri 4 Manado sudah menjadi metode pembelajaran sudah sejak lama. Kendala utama metode tersebut belum dijalankan seutuhnya, tergantung pendidik yang memberikan pengajaran. Pada observasi dilokasi penelitian penulis melihat strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan di antaranya:

1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori pendidik bisa mengontrol urutan dan

membatasi sejauh mana materi pelajaran yang ingin pendidik sampaikan.

2. Strategi pembelajaran ekspositori dapat membantu pendidik dengan leluasa memberikan gambaran materi pelajaran dengan jelas dan detail kepada peserta didik.

3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori pendidik dapat mengetahui sejauh mana peserta didik mengetahui dan memahami materi pelajaran yang telah pendidik ajarkan.

4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini peserta didik dapat memahami materi pelajaran yang cukup luas secara baik, dengan waktu pembelajaran yang cukup singkat.

5. Peserta didik dapat memberikan keterangan atau berbicara terkait topik materi pelajaran setelah mendengarkan dengan seksama materi pelajaran yang pendidik ajarkan.

6. Penerapan strategi pengajaran tidak terbatas pada jumlah peserta didik yang banyak. 8

Fokus utama metode ini adalah kemampuan akademik peserta didik dan pengaruh bagi perilaku peserta didik. Karena itu pemilihan strategi Ekspositori menjadi salah satu pilihan dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka penulis menarik judul penelitian dengan “Persepsi Peserta Didik Tentang Implemenstasi Strategi Ekspositori Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sma 4 Negeri Manado”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini sebagai berikut:

8 John Afifi, Innovasi-innovasi Kreatif Manajemen Kelas & Pengajaran Efektif, (Jogjakarta: Diva Press, 2014), h. 132

1. Bagaimana implementasi strategi Ekspositori pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 4 Manado dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik?

2. Bagaimana persepsi peserta didik terhadap implementasi strategi Ekspositori pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 4 Manado?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini dan agar lebih terarah, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini ialah:

1. Peneliti hanya membahas tentang persepsi implementasi strategi Ekspositori yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 Manado.

2. Peneliti hanya akan membahas apakah implementasi strategi Ekspositori berhasil menumbuhkan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Manado.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penullisan skripsi ini ialah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana persepsi peserta didik tentang implementasi strategi Ekspositori pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 4 Manado.

2. Untuk mengetahui Apakah implementasi strategi Ekspositori pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 4 Manado dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik.

E. Kegunaan Penellitian

1. Kegunaan Ilmiah

a) Memberikan solusi alternatif strategi pembelajaran bagi pendidik terhadap keberhasilan peserta didik dalam menerima mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.

b) Mengembangkan potensi diri dalam menulis karya ilmiah, khususnya bagi pribadi penulis maupun kalangan akademisi, dalam memberikan informasi kepada dunia pendidikan akan pentingnya strategi Ekspositori dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik terhadap Pendidikan Agama Islam.

2. Kegunaan Praktis

a) Bagi penulis agar dapat menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya proses belajar mengajar dengan strategi Ekspositori sehingga bisa di aplikasikan dalam dunia pendidikan.

b) Bagi lembaga pendidikan agar bisa menjadi pertimbangan sehingga strategi Ekspositori ini dapat digunakan di sekolah-sekolah untuk dapat memberikan solusi terhadap masalah-masalah belajar yang di hadapi peserta didik pada umumnya dan peserta didik muslim pada khususnya.

F. Definisi Operasional

1) Implementasi Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa “implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktifitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin. 9

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh- sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut.

2) Strategi Kata Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the art of the general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk

9 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Cet. IV, Bandung: Cv. Afabeta,2006),h.25 9 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Cet. IV, Bandung: Cv. Afabeta,2006),h.25

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan kedua kata tersebut.

3) Ekspositori Strategi pengajaran ekspositori merupakan strategi pengajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi pelajaran melalui media ceramah dengan sedetail-detailnya, agar peserta didik dapat menyerap dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan secara maksimal. Strategi pengajaran ekspositori adalah bentuk pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. Sebab, strategi ini menuntut peserta didik untuk dapat selalu aktif bertanya, dan bukannya pasif menerima materi pelajaran. 10

10 John Afifi, op., cit. h.132

4) Pendidikan Agama Islam Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab Tarbiyah dengan kata kerjanya Rabbā yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara. Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dalam membimbing anak yang beragama Islam, sehingga ajaran Islam benar-benar diketahui, dimiliki, dan diamalkan oleh peserta didik baik tercermin

dalam sikap, tingkah laku maupun cara berpikirnya. 11

11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (cet. IV, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2004), h. 3

BAB II LANDASAN TEORITIK

A. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dipandang relevan dengan penelitian ini. Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah:

1. Penelitian Sri Mujiah, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012. berjudul Korelasi Implementasi Strategi Pembelajaran Ekspositori Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara implementasi strategi pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas

V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/201. 1 Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara implementasi strategi

pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas

V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dari rt5% (0,367) <rxy (0,897) > rt 1% (0,463), maka data tersebut signifikan. dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara implementasi strategi pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012.

1 http: //eprints .walisongo. ac. Id /1709/3/113911175_.pdf, Diambil pada tanggal 17 Juni 2015, pada jam 16.00 WITA.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadziroh (2011) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010, berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Pokok Peristiwa Fathu Makkah Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori di Kelas

V MI Ky Ageng Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar mata pelajaran SKI materi pokok peristiwa Fathu Makkah di kelas V MI Ky Ageng Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak setelah menggunakan strategi pembelajaran ekspositori hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dengan KKM 60 tiap siklusnya dimana pada pra siklus tingkat ketuntasan 5 peserta didik atau 32% menjadi 12 peserta didik atau 72% pada siklus I meningkat lagi pada siklus III yaitu ada 15 peserta didik atau 94%. Begitu juga tingkat keaktifan peserta didik juga mengalami peningkatan setiap siklus dimana pada siklus I tingkat keaktifan pada kategori aktif sekali dan aktif ada 11 peserta didik atau 68% dan di siklus II sudah mencapai 14 peserta didik atau 88%. Ini menunjukkan hasil belajar sudah melebihi indikator keberhasilan yang

diinginkan dan hipotesis tindakan terwujud. 2 Dari dua kajian pustaka di atas, perbedaan keduanya terhadap penelitian

skripsi ini adalah kedua kajian pustaka di atas menggunakan jenis penelitian Kuantitatif, sedangkan penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif. Kedua kajian pustaka menggunakan satu strategi pembelajaran, yaitu

2 http: //eprints .walisongo. ac.Id /1709/3/113911175_.pdf, diambil pada tanggal 18 Juni 2015, pada jam 17.20 WITA 2 http: //eprints .walisongo. ac.Id /1709/3/113911175_.pdf, diambil pada tanggal 18 Juni 2015, pada jam 17.20 WITA

B. Teori Persepsi

Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Persepsi adalah proses individu ketika mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka untuk memberikan arti bagi lingkungannya. Persepsi menurut para ahli adalah :

1. Bimo Walgito menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya.

2. Davidoff berpendapat bahwa persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.

3. Bower memberikan definisi yang hampir sama dengan kedua tokoh di atas bahwa persepsi adalah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu.

4. Menurut Robbins yang mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna.

5. Menurut Purwodarminto, persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui

pengindraan. 3

Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.

a. Jenis Jenis Persepsi 4

1. Persepsi visual Persepsi visual dari indera penglihatan yaitu mata. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual adalah hasil dari apa yang kita lihat, baik

3 http://belajarpsikologi.com/pengertian-persepsi-menurut-ahli, Diambil pada tanggal 25 November 2015, Pada jam 16.00 WITA

4 http://putri-ayu-fib13.web.unair.ac.id/artikel_detail-PSIKOLOGI%20PELAYANAN- Persepsi.html, diambil pada tanggal 25 November 2016, Pada Jam 17.00 WITA.

sebelum kita melihat atau masih membayangkan serta sesudah melakukan pada objek yang dituju.

2. Persepsi auditori Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.

3. Persepsi perabaan Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera perabaan yaitu kulit.

4. Persepsi penciuman Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.

5. Persepsi pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

b. Proses Presepsi Persepsi merupakan bagian dari seluruh proses yang menghasilkan tanggapan yang dimana setelah rangsangan diterapkan keapada manusia. Subprosesnya adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan, dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama berikut:

1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2) Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai 2) Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai

3) Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Pada dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mencakup beberapa hal antara lain :

a) Fisiologis: Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

b) Perhatian: Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

c) Minat: Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk c) Minat: Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk

d) Kebutuhan yang searah: Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

e) Pengalaman dan ingatan: Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian- kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

f) Suasana hati: Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

a) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus: Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan a) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus: Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan

b) Warna dari obyek-obyek: Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

c) Keunikan dan kekontrasan stimulus: Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan

individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

d) Intensitas dan kekuatan dari stimulus: Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

e) Motion atau gerakan: Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

d. Peran Panca Indra Dalam Proses Persepsi Sudah terlihat bahwa faktor-faktor di atas menunjukkan peran panca indra, yang diamati adalah penglihatan, pendengaran, perabaan, perasa, dan penciuman. Peran panca indra ini sangatlah berpengaruh karena adanya gerakan rangsangan yang mempengaruhinya. Namun setiap indra menjelaskan masing masing perannya, yang berarti tidak sama.

C. Konsep Ekspositori

Strategi pengajaran ekspositori merupakan strategi pengajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi pelajaran melalui media ceramah dengan sedetail-detailnya, agar peserta didik dapat menyerap dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan secara maksimal. Strategi pengajaran ekspositori adalah bentuk pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. Sebab, strategi ini menuntut peserta didik untuk dapat selalu aktif bertanya, dan bukannya

pasif menerima materi pelajaran. 5 Ekspositori juga adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan

memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam

bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. 6 Peserta didik mengikuti pola yang ditetapkan oleh pendidik secara cermat.Penggunaan metode

Ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran peserta didik secara langsung.

Penggunaan metode ini peserta didik tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh pendidik. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat pada pendidik. Pendidik aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama- sama memberikan informasi.

5 John Afifi, op., cit. h. 132 6 S. Nasution, op., cit .h. 49

Pada umunya pendidik lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab. Metode ceramah banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah bisa menjangkau semua peserta didik dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas. Popham & Baker menjelaskan bahwa setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung selama 45 menit maupun yang informal yang hanya berlangsung selama 5 menit. Ceramah tidak dapat dikatakan baik atau

buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai menurut tujuan penggunaannya. 7 Menurut Hasibuan dan Moedjiono metode ceramah adalah cara

penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah lebih efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi dan pengertian. Mengemukakan bahwa metode ceramah adalah metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal. Komunikasi bersifat satu arah dan sering dilengkapi dengan alat bantu audio visual, demonstrasi, tanya jawab, diskusi singkat dan sebagainya. Lebih lanjut Hasibuan dan Moedjiono mengemukakan bahwa agar metode ceramah efektif perlu dipersiapkan langkah-langkah sebagai

berikut: 8

a) Merumuskan tujuan instruksional khusus yang luas.

b) Mengidentifikasi dan memahami karakteristik peserta didik.

c) Menyusun bahan ceramah dengan menggunakan bahan pengait.

7 Ibid, h. 41 8 Hasibuan dan Moedjiono, op., cit. h. 27 7 Ibid, h. 41 8 Hasibuan dan Moedjiono, op., cit. h. 27

e) Merencanakan evaluasi secara terprogram. Metode retitasi adalah metode pembelajaran yang lebih dikenal dengan istilah pekerjaan rumah, meskipun sebutan ini tidak seluruhnya benar.

Metode tanya jawab digunakan bersama dengan metode ceramah, untuk merangsang kegiatan berfikir peserta didik, dan untuk mengetahui keefektifan pengajarannya, sebagaimana diutarakan Popham & Baker. Penerapan metode tanya jawab pendidik dapat mengatur bagian-bagian penting yang perlu mendapat

perhatian khusus. 9 Dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah harus peka terhadap

respon peserta didik. Skiner menjelaskan bahwa deskripsi hubungan antara stimulan dan respon tidaklah sesederhana yang diperkirakan, melainkan stimulan yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini artinya mempengaruhi respon yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekuensi yang akan mempengaruhi tingkah laku peserta didik. Untuk menciptakan terjadinya interaksi, menarik perhatian peserta didik dan melatih keterampilan peserta didik, metode ceramah biasanya dikombinasikan dengan metode tanya jawab dan pemberian tugas. 10 Resitasi atau tugas dapat pula dikerjakan di luar

rumah ataupun di dalam laboratorium. Pasaribu mengemukakan bahwa metode

9 S. Nasution, op., cit. h. 35 10 Hasibuan dan Moedjiono, op., cit .h. 34 9 S. Nasution, op., cit. h. 35 10 Hasibuan dan Moedjiono, op., cit .h. 34

pendidik apa yang telah dipelajari. 11 Menurut Sujadi penggunaan metode ceramah dan tanya jawab tersebut

masih ditambah dengan pemberian contoh-contoh berupa gambar-gambar, model bangunan, dan contoh rumus-rumus beserta penggunaannya. Pendidik menjelaskan materi dengan bantuan gambar atau model, untuk mempermudah

penanaman konsep bangun datar dan ruang. 12 Percival dan Elington menamakan model konvensionl ini dengan model

pembelajaran yang berpusat pada pendidik (The Teacher Centered Opproach). Dalam model pembelajaran yang berpusat pada pendidik hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh pendidik. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu. 13

Soemantri membedakan metode Ekspositori dan metode ceramah, dominasi pendidik dalam metode ekspositori banyak dikurangi. Pendidik tidak terus bicara, informasi diberikan pada saat-saat atau bagian-bagian yang diperlukan, seperti di awal pembelajaran, menjelaskan konsep-konsep dan prinsip baru, pada saat memberikan contoh kasus di lapangan dan sebagainya. Metode

11 Syaiful Sagala, op., cit. h. 61 12 Ibid, h .44 13 S. Nasution, op., cit. h. 68 11 Syaiful Sagala, op., cit. h. 61 12 Ibid, h .44 13 S. Nasution, op., cit. h. 68

Menurut Herman Hudoyo metode Ekspositori dapat meliputi gabungan metode ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan dan metode peragaan. Pentatito Gunawibowo dalam pembelajaran menggunkan metode Ekspositori, pusat kegiatan masih terletak pada pendidik. Dibanding metode ceramah, dalam metode ini dominasi pendidik sudah banyak berkurang. Tetapi jika dibanding dengan metode demonstrasi, metode ini masih nampak lebih

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA LAYANAN PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

19 247 18

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91