POS KUPANG.COM, KUPANG -- Menjadi guru adalah sebuah kebanggaan, karena

POS KUPANG.COM, KUPANG -- Menjadi guru adalah sebuah kebanggaan, karena

memiliki tugas untuk mengajar, mendidik dan membimbing anak-anak bangsa menjadi generasi penerus masa depan yang baik dan berkualitas. Karena itu setiap guru harus

mampu memberikan yang terbaik demi membangun masa depan anak-anak bangsa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Rasyid Baswedan Ph.D., menyampaikan hal ini dalam sebuah surat kecil untuk bapak-ibu guru yang dibacakan Wakil Walikota Kupang, dr. Hermanus Man dalam perayaan hari guru nasional ke-20 dan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang ke-69 tingkat Kota Kupang yang dilaksanakan di GOR Flobamora, Senin (25/11/2014). "Negara memang sampai dengan saat ini belum menempatkan guru pada tempat yang seharusnya. Tetapi pendidikan harus tetap berjalan dengan baik untuk masa depan bangsa. Karena itu, di sinilah peran guru dibutuhkan untuk pembangunan sumber daya manusia bangsa ini," tegasnya.

Baswedan juga mengakui sampai saat ini fasilitas infrastruktur perlengkapan pendidikan masih terdapat kesenjangan antara sekolah- sekolah yang ada di perkotaan dan pedesaan. Namun semua proses pendidikan tidak boleh berhenti hanya karena alasan kekurangan infrastruktur. "Guru dan anak-anak harus bisa lebih kreatif untuk membangun pendidikan yang masih terbatas dari dukungan fasilitas," urainya. Baswedan dalam surat kecilnya juga mengajak para guru untuk menyongsong anak-anak bangsa dengan senang hati, untuk memajukan pendidikan bangsa ini. Karena kemajuan pendidikan hanya akan dapat dilakukan jika generasi bangsa ini memiliki sumber daya yang memadai. "Mendidik adalah tanggung jawab negara, tetapi secara moral, mendidik adalah tanggung jawab setiap warga negara, termasuk para guru," tegasnya. Karena itu, dalam perayaan Hari Guru dan HUT PGRI dengan tema Penguatan Implementasi Kurikulum 2013 Melalui Penegakan Kode Etik Guru untuk Mendukung Revolusi Mental Bangsa, Baswedan juga menghimbau para guru untuk memberikan teladan yang baik kepada anak-anak. Karena tanpa keteladanan, cita-cita untuk membangun pendidikan yang berkualitas Baswedan juga mengakui sampai saat ini fasilitas infrastruktur perlengkapan pendidikan masih terdapat kesenjangan antara sekolah- sekolah yang ada di perkotaan dan pedesaan. Namun semua proses pendidikan tidak boleh berhenti hanya karena alasan kekurangan infrastruktur. "Guru dan anak-anak harus bisa lebih kreatif untuk membangun pendidikan yang masih terbatas dari dukungan fasilitas," urainya. Baswedan dalam surat kecilnya juga mengajak para guru untuk menyongsong anak-anak bangsa dengan senang hati, untuk memajukan pendidikan bangsa ini. Karena kemajuan pendidikan hanya akan dapat dilakukan jika generasi bangsa ini memiliki sumber daya yang memadai. "Mendidik adalah tanggung jawab negara, tetapi secara moral, mendidik adalah tanggung jawab setiap warga negara, termasuk para guru," tegasnya. Karena itu, dalam perayaan Hari Guru dan HUT PGRI dengan tema Penguatan Implementasi Kurikulum 2013 Melalui Penegakan Kode Etik Guru untuk Mendukung Revolusi Mental Bangsa, Baswedan juga menghimbau para guru untuk memberikan teladan yang baik kepada anak-anak. Karena tanpa keteladanan, cita-cita untuk membangun pendidikan yang berkualitas

Hermanus Man juga menegaskan guru sebagai organisasi profesi merupakan mitra kerja pemerintah yang harus ikut memberikan kontribusi untuk kemajuan pembangunan Kota Kupang. "Mari kira bergandengan tangan untuk mendidik, dan membina anak-anak kita agar mereka menjadi generasi yang memiliki masa depan yang cerah," tegas Man. Pantauan Pos Kupang, Selasa (25/11/2014) kegiatan peringatan hari guru dan HUT PGRI tingkat Kota Kupang ini diwarnai berbagai tarian daerah yang dibawakan anak-anak sekolah dari sejumlah sekolah di Kota Kupang, yakni mulai dari tarian penjemputan dari anak-anak SMP Negeri 5 Kupang, hingga tarian Likurai yang dibawakan anak-anak SD Inpres Oepoi.(meo)

OPINI: Surat Guru untuk Sang Menteri

Johan Wahyudi Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Soloraya

Sumber : http://joglosemar.co/2014/11/opini-surat-guru-untuk-sang- menteri.html

Yang Terhormat Bapak Anies Baswedan, PhD

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Terlebih dahulu, marilah kita bersyukur kepada Allah SWT karena masih diberi kesempatan dan kesehatan sehingga bisa menunaikan tugas dengan baik. Dengan gemar bersyukur, tentu kita berharap agar Allah berkenan melimpahkan beragam nikmat berikutnya. Selanjutnya, perkenankanlah saya untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Bapak atas kepercayaan yang diberikan Presiden Republik Indonesia untuk memangku jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ke-26 Republik Indonesia.

Bapak Menteri yang saya hormati,

Saat ini, 2,92 juta guru di Indonesia sedang merasakan kegelisahan yang teramat sangat. Mereka benar-benar menantikan sosok menteri yang mengerti secara benar tentang dunia pendidikan. Menteri pendidikan yang mampu memberikan teladan pada pola pikir dan kebijakannya. Bukan seorang menteri yang pandai berteori seraya mengadopsi sistem pendidikan luar negeri dan mengebiri potensi kearifan lokal. Dunia pendidikan seakan dijadikan ajang uji coba tanpa memikirkan dampak buruknya yang luar biasa.

Ketika mendengar kabar bahwa Bapak dipercaya Bapak Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2014-2019, sontak kami menyambut kabar itu dengan suka cita. Kami langsung teringat dengan Gerakan Indonesia Mengajar di mana Bapak merupakan inisiatornya. Gerakan itu sungguh sangat mulia karena bisa membuka mata hati dan pikiran semua warga negara, khususnya guru, bahwa Indonesia bukanlah Jawa. Indonesia adalah sebuah negara besar yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan potensinya masing-masing. Maka, pendidikan seharusnya diarahkan agar bisa dinikmati oleh semua warga negara tanpa kecuali karena Undang-Undang Dasar 1945 pun mengamanatkan hal tersebut.

Kamis (13/11/2014), Bapak menyerukan semua orang agar mereka mengunjungi guru pada Hari Guru 25 November kemarin. Sungguh, kami langsung menitikkan air mata. Kami tak pernah menyangka bahwa seorang menteri memberikan empati dan simpati nan begitu tinggi. Terlebih, dengan ksatria, Bapak mengungkapkan kejujuran melalui pernyataan bahwa di tiap karya kita ada jejak nyata pendidikan yang diberikan oleh bapak ibu guru kita.Kami berterima kasih untuk pengakuan itu. Namun, kami saat ini sedang dipusingkan oleh beragam permasalahan sebagai guru. Kami memiliki tiga permasalahan untuk Bapak perhatikan, yaitu nasib Kurikulum 2013, Ujian Nasional (UN) dan tunjangan profesi. Pertama, nasib Kurikulum 2013. Kurikulum baru itu bertujuan membentuk generasi yang cerdas dan bermoral sehingga aspek kognitif harus diimbangi dengan aspek afektif dan psikomotorik. Sayangnya, justru aspek afektif lebih dominan dibandingkan dengan kognitif karena guru harus mengamati ratusan siswa setiap hari. Kondisi ini menyebabkan frekuensi guru untuk mendidik siswa menjadi berkurang karena guru harus melakukan penilaian sikap.

Kami heran dengan pencetus kurikulum baru itu bahwa sebenarnya tugas guru tak hanya mengajar di kelas, tetapi juga sederet tugas lain, seperti menjadi wali kelas, pustakawan, pengelola laboratorium, bendahara sekolah, dan wakil kepala sekolah. Dengan kondisi demikian, bagaimana mungkin guru bisa mendidik para siswa dengan benar sedangkan semua kewajiban di atas juga perlu dituntaskan. Oleh karena itu, kami berharap agar Bapak berkenan meninjau kembali penerapan kurikulum baru itu dengan memertimbangkan kondisi nyata di lapangan.

Kedua,masalah Ujian Nasional (UN). Bukan rahasia lagi bahwa semua sekolah selalu berlomba-lomba untuk meluluskan siswanya meskipun kondisinya tak mendukung tujuan itu. Peristiwa kecurangan massif yang terjadi di Lamongan, Jawa Timur menjadi bukti bahwa sekolah sangat Kedua,masalah Ujian Nasional (UN). Bukan rahasia lagi bahwa semua sekolah selalu berlomba-lomba untuk meluluskan siswanya meskipun kondisinya tak mendukung tujuan itu. Peristiwa kecurangan massif yang terjadi di Lamongan, Jawa Timur menjadi bukti bahwa sekolah sangat

Seharusnya, UN tak menjadi penentu kelulusan, tetapi sekadar dijadikan piranti untuk memetakan mutu pendidikan. Semua siswa berhak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih berdasarkan prestasinya. Oleh karena itu, istilah ―lulus‖ perlu diganti dengan ―tamat‖ yang berarti

telah menyempurnakan jenjang pendidikan. Selanjutnya, sekolah tujuan perlu melakukan pengujian. Di sinilah akan ditentukan tingkat kecerdasan siswa sehingga siswa pandai dan kurang pandai akan terlihat. Dengan proses seleksi alam, siswa yang kurang pandai akan memiliki rasa malu karena nilainya jelek dan tidak diterima di sekolah favorit. Dengan pemberlakukan UN, nyaris tidak bisa dibedakan antara siswa pandai dan kurang pandai karena mereka mendapatkan nilai yang hampir sama, yaitu di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pemberlakuan KKM merupakan pembodohan tersistem karena memaksa guru untuk memberikan nilai baik kepada siswa yang tidak baik. Lalu, untuk apa diadakan UN jika sudah bisa ditebak hasilnya?

Ketiga,penyaluran tunjangan profesi guru. Pasal 16 ayat 1 UU Guru dan Dosen menyebutkan bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Itu berarti bahwa guru berhak mendapat tunjangan profesinya selagi sudah menunaikan kewajibannya. Sayangnya, banyak guru mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan dengan proses mendapatkan tunjangan itu.

Seperti telah diketahui bahwa penyaluran tunjangan itu diserahkan kepada pemerintah daerah berdasarkan jadwal yang telah diatur. Namun, pemerintah kota/daerah sering menunda pencairan itu dengan alasan-alasan tertentu. Selain permasalahan penyaluran tunjangan, guru harus berhadapan dengan syarat pemerolehan yang kian sulit. Demi mendapatkan

24 jam mengajar per pekan, guru harus pontang-panting mengajar ke beberapa sekolah.

Kondisi itu tentu membuat guru menjadi tak nyaman karena kondisi fisik sudah terkuras sehingga pembelajaran pun tentu tak bisa dilakukan dengan efektif. Atas dasar itulah, kami berharap agar persyaratan pemerolehan tunjangan profesi guru tak dipersulit.

Bapak Menteri yang saya hormati,

Kami memahami pernyataan Bapak bahwa guru harus memperbaiki metode mengajarnya di sekolah. Kami sependapat bahwa semua jenis materi akan mudah dipahami oleh para siswa jika guru sudah menggunakan metode mengajar yang tepat. Untuk mencapai tujuan itu, Bapak ingin mengundang para pakar metodologi mengajar dan guru-guru yang berpengalaman guna mendapatkan hasil yang optimal. Sungguh itu program yang sangat baik.

Namun, Bapak perlu memahami pula bahwa setiap guru memiliki latar pendidikan dan penempatan yang beragam. Latar pendidikan guru sangat berpengaruh terhadap pembentukanmind set jiwa pendidiknya. Banyak guru berasal dari lembaga non-LPTK sehingga tidak memiliki dasar-dasar jiwa pedagogic. Selain itu, banyak guru ditempatkan di daerah yang teramat minim fasilitasnya. Dengan keterbatasan itu, guru perlu dilatih agar lingkungan itu dapat dikembangkan sebagai media pembelajaran. Untuk semua itu, semangat kerja keras menjadi sebuah keharusan.

There is awill there is away yang berarti bahwa jalan akan ditemukan jika ada kemauan. Bapak telah menggagas ide itu dan kami mendukungnya. Kini, kami berharap agar Hari Guru 2014 menjadi tonggak terbentuknya jiwa KH Dewantoro modern yang mengembalikan ruh guru, yaitu ing ngarso sung tuladha(guru yang mampu menjadi teladan bagi siswanya), ing madyo mbangun karsa(guru yang mampu menjadi pembangkit semangat), dan tut wuri handayani (guru yang mampu menjadi pendorong dari belakang). Kami optimis bahwa cita- cita itu bias tercapai. Semoga… Teriring salam.

Selamat Hari Guru! Surat untuk Ibu dan Bapak Guru dari Pak Menteri

Ditulis pada 24 November 2014 Sumber : https://abinyaraja.wordpress.com/2014/11/24/selamat-hari-guru-surat-untuk-ibu-dan-bapak-

guru-dari-pak-menteri/ Selamat Hari Guru

Surat untuk Ibu dan Bapak Guru dari Pak Menteri

Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati dan muliakan, Semoga Ibu dan Bapak Guru dalam keadaan sehat, bahagia, dan penuh semangat saat surat ini menemui Ibu dan Bapak sekalian. Seiring dengan peringatan Hari Guru ini, atas nama pemerintah, saya menyampaikan apresiasi kepada Ibu dan Bapak Guru semua yang telah mengemban tugas mulia serta mengabdi dengan hati dan sepenuh hati. Izinkan saya dengan rendah hati menyampaikan rasa hormat, rasa terima kasih, dan rasa bangga atas pengabdian Ibu dan Bapak sekalian.

Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih

Mewakili seluruh bangsa hadir di kelas, di lapangan, bahkan sebagian harus mengabdi dengan fasilitas ala kadarnya demi mencerahkan dan membuat masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kita. Saya ingin menggarisbawahi bahwa persiapan masa depan bangsa dan negara Indonesia ini dititipkan pada Ibu dan Bapak Guru. Saya menyadari masih banyak tanggung-jawab pemerintah pada Guru yang belum ditunaikan dengan tuntas. Kita harus mengakui bahwa bangsa ini belum menempatkan guru sebagaimana seharusnya. Guru memiliki peran yang amat mulia dan amat strategis.

Saya percaya bahwa cara kita memperlakukan guru hari ini adalah cermin cara kita memperlakukan persiapan masa depan bangsa ini. Kita harus mengubah diri, kita harus meninggikan dan memuliakan guru.

Pemerintah di semua level harus menempatkan guru dengan sebaik-baiknya dan menunaikan secara tuntas semua kewajibannya bagi guru. Pekerjaan rumah pemerintah, di semua level masih banyak, mulai dari masalah status kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan guru harus dituntaskan.

Meskipun demikian, dibalik semua permasalahan yang ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Di pundak Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, ada wajah masa depan kita. Setiap hari Ibu dan Bapak Guru menemui wajah masa depan Indonesia, dan di ruang-ruang kelas itulah anak-anak bersiap bukan saja untuk menyongsong tetapi juga untuk memenangkan masa depan.

Hari-hari di depan kelas tentu menyedot energi. Anak-anak yang menuntut perhatian. Tugas-tugas Guru yang menumpuk. Masih banyak ruang kelas yang tak memadai, fasilitas belajar yang ala kadarnya, atau suhu udara yang tidak selalu bersahabat, ibu dan bapak guru yang saya hormati, teruslah hadir membawa senyum; berbekal kerahiman, songsonglah anak- anak bangsa ini dengan kasih sayang; hadirlah dengan hati dan sepenuh hati.

Kita semua sadar bahwa pendidikan adalah ikhtiar fundamental dan kunci untuk kita dapat memajukan bangsa. Potensi besar di Republik ini akan dapat dikembangkan jika manusianya terkembangkan dan terbangunkan.

Kualitas manusia adalah hulunya kemajuan dan pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas manusia.

Pada kesempatan ini saya mengajak kita semua untuk melihat pendidikan bukan semata-mata urusan negara, urusan pemerintah. Tanpa mengurangi peran negara, karena negara masih harus menyelesaikan tanggung-jawab yang belum tuntas dan meningkatkan kinerjanya, saya mengajak semua warga bangsa Indonesia untuk ikut bekerja sama demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Ya, secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab negara, tetapi secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Saya mengajak semua kalangan, mari terlibat untuk membantu sekolah, guru, madrasah, balai belajar, dan taman belajar. Kita terlibat untuk mendorong kemajuan pendidikan. Untuk itu pula, kepada Guru, Kepala Sekolah, dan Tenaga Kependidikan mari kita bukakan pintu lebar-lebar. Kita mengajak dan memberi ruang kepada masyarakat untuk ikut terlibat, memikirkan, dan berbuat untuk kemajuan dunia pendidikan kita.

Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan,

Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona berkarakter mulia. Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan. Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya.

Bayangkan Ibu dan Bapak Guru yang terhormat, kelak anak-anak kita akan hidup di era baru. Mereka hidup di era yang korupsi sudah dianggap sebagai sesuatu yang basi, sesuatu yang bukan lagi kelaziman, dan tidak semata- mata dipandang sebagai persoalan pelanggaran hukum, tetapi lebih dari itu korupsi menyangkut persoalan harkat dan martabat kemanusiaan.

Pada suatu saat, ketika anak-anak kita, murid-murid itu telah dewasa dan berkiprah di dalam masyarakat, mereka kelak bisa bertutur, ―Saya belajar jujur, dan belajar integritas dari Guru‖. Seraya, nama Ibu/Bapak Guru

disebut. Ibu dan Bapak Guru mungkin saja tidak mendengar langsung ucapan-

ucapan itu, tetapi yakinlah bahwa melalui anak didik yang meneladani Ibu/Bapak Guru itulah aliran pahala untuk Ibu dan Bapak tidak akan pernah berhenti. Pahala yang tiada henti-hentinya melalui anak-anak didik yang menjadi manusia berkarakter mulia, yang menjalani hidup dengan kejujuran dan berintegritas.

Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya.

Akhirnya, kepada seluruh Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, saya sampaikan apresiasi. Sekali lagi, atas nama pemerintah, saya sampaikan terima kasih. Ikhtiar mulia ini harus kita teruskan. Suatu saat kelak, Ibu dan Bapak Guru dapat melakukan refleksi atas apa yang sudah dijalani sambil bersyukur bahwa di saat Indonesia sedang mengubah wajahnya menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih jujur, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cerah, Ibu dan Bapak Guru memegang peran penting.

Kelak Ibu dan Bapak dapat berkata, ―Saya disana, saya terlibat. Sekecil apapun saya ikut mendidik generasi lebih baik. Saya ikut melahirkan

generasi baru dan ikut berkontribusi membuat wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan.‖

Selamat meneruskan pengabdian mulia, selamat menginspirasi, dan Selamat Hari Guru.

Salam hangat, Anies Baswedan

Guruku Pahlawanku

Wednesday, 26 November 2014, 14:15 WIB Sumber : http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/14/11/26/nfmxhc44-guruku-pahlawanku

"Peran kaum guru dalam perubahan, seperti keberadaan nabi-nabi tanpa senjata." (Niccolo Machiavelli, filosof Italia: 1456-1527).

Tanggal 25 November terasa milik semua guru. Profesi guru merupakan suatu kemuliaan dan kebanggaan tersendiri. Sebab, guru mengemban peran strategis dan menjadi tumpuan perubahan nasib bangsa.

Peran terbesar guru adalah transformer sosial, perumus dan artikulator bagi problematika kehidupan kebangsaan, bahkan kemanusiaan universal. Maka fungsi melayani, mengajar, menginspirasi anak-anak bangsa menjadi Peran terbesar guru adalah transformer sosial, perumus dan artikulator bagi problematika kehidupan kebangsaan, bahkan kemanusiaan universal. Maka fungsi melayani, mengajar, menginspirasi anak-anak bangsa menjadi

Saat ini masyarakat semakin memberhalakan harta dan jabatan, hidup dengan kepentingan-kepentingan individual tanpa peduli sesama. Kekerasan berlabel sara sudah tak terhitung jumlahnya. Lalu apa solusinya? Menurut para filosof, "pendidikanlah" senjata paling ampuh untuk menepis serangan radikalisme, hedonisme, dan eksklusivisme semacam itu.

Pendidikan sebagai sarana humanisasi diharapakan mampu melahirkan wakil-wakil (khalifah) Tuhan untuk mengatur alam semesta dan peradabannya. Tentu peradaban yang selalu memihak pada kebenaran, keadilan, melawan kebatilan, kesenjangan, kebodohan, dan keserakahan (korupsi), serta menghapus hukum rimba, seperti yang dikatakan Thomas Hobbes (1588- 1679), manusia adalah pemangsa manusia lainnya, "homo homini lupus". Kemudian diganti dengan "homo homini socius", manusia adalah adalah sahabat bagi sesama.

Kehadiran kaum guru, sejatinya seperti diutusnya para pahlawan ke muka bumi. Sebagai penyelamat dari belenggu yang bertentangan dengan nilai- nilai kemanusiaan di atas. Lalu, apa saja tugas guru dalam menyelamatkan (salvation) manusia dari kehancuran dan kebinasaan?