Kategori Gramatika Nomina

3.1 Kategori Gramatika Nomina

Menurut Sunarni (2010:81) kategori gramatikal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: kategori gramatikal yang berkolerasi dengan nomina terdiri dari : 1. Tei ‘takrif’ dan futei ‘tak takrif’, 2. Suu ‘jumlah’, 3. Sei ‘jenis’ dan kaku ‘kasus’ dan kategori gramatikal yang berkolerasi dengan verba terdiri dari : 1. Ninsho ‘persona’, 2. Taikyokusei ‘negasi’, 3. Jisei ‘’kala’, 4. Asupekuto ‘aspek’, 5. Hou ‘modalitas’ dan 6. Tai ‘voice’, 7. Ichi to shihai ‘persesuaian dan penguasaan.’

Berdasarkan bentuk, fungsi dan makna satuan linguistik dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu 1. Kategori leksikal: kelompok satuan bahasa yang dinyatakan dengan morfem bebas, dan 2. Kategori graatikal dinyatakan dengan morfem terikat.

Jenis kata merupakan klasifikasi kata berdasarkan pada tataran gramatika. Untuk mengklasifikasikannya perlu ditentukan kriteria/parameter. Parameter tersebut dapat beragam bergantung pada pemahaman seseorang terhadap kaidah gramatika suatu bahasa atau kesadaran seseorang terhadap rasa bahasanya. Oleh sebab itu, terdapat klasifikasi kata yang bervariatif.

Berdasarkan bentuk, fungsi, dan makna satuan linguistik menurut Nani Sunarni dan Jonjon Johana dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kategori leksikal dan kategori gramatikal. Kategori leksikal adalah kelompok satuan bahasa yang dinyatakan dengan morfem bebas, sedangkan kategori gramatikal dinyatakan dengan morfem terikat.

Kategori gramatikal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kategori gramatikal yang berkolerasi dengan nomina dan kategori gramatikal yang berkolerasi dengan verba.

Kategori gramatikal yang berkolerasi dengan nomina terdiri dari:

1. Tei ‘takrif’ dan Futei ‘ tak takrif’

2. Suu ‘jumlah’

3. Sei ‘jenis’

4. Kaku ‘kasus’ Menurut Takayuki meishi ‘nomina’ (1993:4) adalah:

Meishi to iu no wa watashitachi o mawari ni aru ‘‘mono’’ ya watashi tachi ga okonau koto wa meishi ga tsukararete imasu. ‘‘Toki’’ ya ‘‘basho’’ ni tsuite mo sono toki ya basho o meikaku ni shitari suru tame mo yobikata ga kimerarete imasu. Kono you na namae o arawasu kotoba o meishi to iimasu.

‘Nomina adalah kata yang dipakai untuk menyatakan sesuatu yang ada pada kita, dan sesuatu (peristiwa) yang terjadi pada kita. Cara penyebutannya sudah ditentukan walaupun merupakan keterangan waktu atau keterangan tempat. Cara penyebutan kata yang ini disebut dengan nomina.’

Sedangkan menurut Matsumura (1998: 1321) menjelaskan bahwa: 名詞とは品詞の一つ。物の名称で、自立語で、活用がない語。 Meishi to wa hinshi no hitotsu. Mono ya meishou de, jiritsugo de, katsuyou ga nai go.

Meishi merupakan salah satu jenis kata dan merupakan kata-kata yang dapat berdiri sendiri namun tidak dapat mengalami perubahan dan berfungsi untuk menyatakan nama benda. Berdasarkan dua teori tentang meishi di atas dapat disimpulkan bahwa meishi adalah salah satu jenis kata yang berfungsi untuk menyatakan orang, benda dan lain-lain, serta dapat menjadi subjek maupun objek dari keadaan yang digambarkan dalam suatu kalimat. Jadi, yang dimaksud nomina adalah kata-kata yang mengacu pada suatu hal atau kejadian. Selain itu, nomina juga merupakan kata yang digunakan untuk menunjukkan keterangan waktu dan keterangan tempat.

Menurut Takayuki (1993:4) nomina (meishi) digolongkan menjadi 4 macam, yaitu:

1. Nomina Biasa (普通名詞/Futsuu Meishi) Adalah nomina yang menyatakan nama-nama benda, barang, peristiwa, dan sebagainya yang bersifat umum. Misalnya: tsukue ‘meja’, sensei ‘guru’, gakusei ‘murid’, neko ‘kucing’, hon ‘buku’, jinsei ‘kehidupan manusia’, hoshi ‘bintang’, koofuku ‘kebahagiaan’, dan lain-lain.

2. Nomina Nama Diri (固有名詞/Koyuumeishi) Adalah nomina yang menyatakan nama-nama yang menunjukkan benda secara khusus

seperti: nama daerah, nama negara, nama orang, nama buku dan sebagainya. Misalnya: Nihon ‘Jepang’, Toukyou ‘nama tempat’, Yamada ‘nama orang’, Taheiyou ‘samudera pasifik’, chuugoku ‘negara China’, dan lain-lain.

3. Kata Ganti (代名詞/Daimeshi) Adalah nomina yang menunjukkan sesuatu secara langsung tanpa menyebutkan nama

orang, benda, barang, perkara, arah, tempat, dan sebagainya. Kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan orang disebut pronomina persona. ( 人 称 代 名 詞 /ninshoudaimeishi),

sedangkan kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan benda, barang, perkara, arah, dan tempat disebut prenomina penunjuk (指示代名詞/shijidaimeishi).

Contoh:

a. Sebagai pengganti orang, misalnya: watashi ‘saya’, anata ‘anda, kamu’, kare ‘dia laki-laki’, kanojo ‘dia perempuan’

b. Sebagai penunjuk benda, misalnya: kore ‘ini’, sore ‘itu dekat’, are ‘itu jauh’ dore ‘yang mana’

c. Sebagai penunjuk tempat, misalnya: soko ‘disini’, soko ‘disitu’, asoko ‘disana’, doko ‘dimana’ c. Sebagai penunjuk tempat, misalnya: soko ‘disini’, soko ‘disitu’, asoko ‘disana’, doko ‘dimana’

4. Kata Bilangan (数詞名詞/Suushimeishi) Adalah nomina yang digunakan untuk menunjukkan urutan dan jumlah.

Contoh:

a. Sebagai penunjuk urutan, misalnya: niban ‘nomor dua’, ichijikan ‘satu jam’, yonka ‘pelajaran keempat’

b. Sebagai penunjuk jumlah, misalnya: hitotsu ‘satu buah (menerangkan benda seperti telur, buah, dan lainnya)’, ippon ‘satu batang (untuk benda yang pipih atau panjang)’, sansatsu ‘tiga buah (untuk buku dan sejenisnya)’, ippiki ‘satu ekor (untuk binatang

kecil, seperti kucing)’, ichimai ‘satu lembar (untuk benda tipis, seperti perangko dan sejenisnya)’, ikken ‘satu buah (untuk benda berupa bangunan, rumah)’, hitori ‘satu orang (untuk manusia, orang)’

Meishi (kata benda) memiliki ciri-ciri seperti berikut :

1. Meishi (nomina) termasuk kelas kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi atau deklinasi. Kata-kata yang termasuk kelompok nomina tidak

mengalami perubahan misalnya kedalam bentuk lampau, bentuk negatif, dan sebagainya. Ciri yang pertama ini membedakan meishi dengan dooshi, keyooshi, keiyoodooshi, dan jodooshi. Keempat kelas kata yang disebutkan terakhir termasuk kelas kata yang mengalami konjugasi/deklinasi.

2. Meishi dapat menjadi subjek, objek, predikat dan adverbia, sehingga secara langsung dapat diikuti jooshi (partikel) atau jidooshi (verba bantu). Nomina yang diikuti joshi dan nomina yang diikuti jodooshi itu dapat membentuk sebuah bunsetsu.

3. Meishi bila diikuti jooshi (partikel) wa, ga, mo kosa, dake, atau sae dapat menjadi subjek atau tema dalam suatu kalimat.

Contoh:

a. 電車が来ました。 Densha ga kimashita.

b. 地球は丸い。 Chikyuu wa marui.

c. 先生も出席されます。 Sensei mo shusseki saremasu.

d. 私こそ失礼しました。 Watashi koso shitsurei shimashita.

e. 彼だけ来ました。 Kare dake kimashita.

f. 雨さえ降ってきた。 Ame sae futte kita.

4. Meishi bila diikuti jooshi (partikel) yo, diikuti jodooshi (verba bantu) da, desu rashii, dan diikuti jooshi (partikel) no + verba bantu yooda dapat menjadi predikat.

Contoh:

a. それは私の本よ。 Sore wa watashi no hon yo.

b. これは桜だ。 Kore wa sakura da

c. 父は音楽家です。 Chichi wa ongakuka desu.

d. 今日は本当に春らしい。 Kyoo wa hontoo ni haru rashii d. 今日は本当に春らしい。 Kyoo wa hontoo ni haru rashii

5. Meishi bila diikuti partikel o dapat menjadi objek Misalnya:

a. テレビを見ます。りんごを食べます。ピアノを弾きます。 Terebi o mimasu. Ringo o tabemasu. Piano o hikimasu.

6. Meishi bila diikuti partikel o, ni e, to, yori, kara, atau de dapat menjadi keterangan (adverbia).

Contoh :.

a. 空を飛ぶ。 Sora o tobu

b. 山に登る。 Yama ni noboru

c. 姉と出かける。 Ane to dekakeru

d. 空気より軽い。 Kuuki yori karui

e. ジャカルタから来ました。 Jakaruta kara kimashita

f. 病気で休む。 Byooki de yasumu

7. Ada juga meishi yang berfungsi sebagai adverbia tanpa diikuti partikel. Contoh:

a. 父は毎朝、散歩する。昨日火事があった。 Chichi wa maiasa sanpo suru, Kinoo kaji ga atta.

8. Sedangkan apabila meishi didikuti joshi (partikel) no maka dapat menerangkan meishi yang lainnya.

Contoh:

a. 世界の平和 Sekai no heiwa

b. 日本の歴史 Nihon no rekishi Menurut Sudjianto (1995: 35) meishi dibagi menjadi 5 jenis diantaranya adalah

sebagai berikut:

A. Futsuu meishi adalah kata yang menyatakan suatu benda/perkara. Dalam jenis meishi ini terdapat kata-kata sebagai berikut:

a. Gutaiteki na mono (nomina konkret) misalnya: uchi (rumah), gakkou (sekolah), ki (pohon), umi (laut), kuni (negara), hito (orang) dan lain-lain

b. Chuushouteki na mono (nomina abstrak) misalnya: Shiawase (kebahagiaan), seishin (jiwa), kimochi (perasaan), kioku (ingatan), heiwa (perdamaian) dan lain-lain

c. Ichi ya hougaku wo shimesu mono (nomina yang menyatakan letak/posisi/kedudukan dan arah/jurusan) misalnya: Migi (kanan), higashi (timur)

d. Settogo ya setsubigo no tsuita mono (nomina yang disisipi prefiks dan suffiks) misalnya: Gohan (nasi), okane (uang), manatsu (pertengahan musim) dan lain-lain

e. Fukugou meishi/ fukugou go (nomina majemuk) misalnya: Asa + hi = asahi (matahari pagi) Chika + michi = chikamichi (jalan pintas/terdekat)

f. Hofukugouka no hinshi kara tenjita mono (nomina yang berasal dari kelas kata lain) misalnya: Verba hikaru = hikari (sinar/cahaya) Adjektiva-i samui = samusa (dinginnya) Adjektiva-na majimeda , majimesa (rajinnya).

B. Koyuu meishi B. Koyuu meishi

C. Suushi adalah nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan/kuantitas. Kata-kata yang

termasuk sushi antara lain:

a. Suuryou no meishi (nomina yang menyatakan jumlah/kuantitas)

1. Hansuushi (numeria pokok) misalnya: Ichi, ni, san, hitotsu, futatsu, yotsu dan lain- lain

2. Hansuushi + josuushi (numeria pokok + kata bantu bilangan) misalnya: Ichiban (nomor satu), daisan (ketiga), daigokaime (yang kelima kalinya), dan lain-lain

D. Daimeishi adalah nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat/arah. Daimeishi juga dipakai untuk menggantikan nama-nama yang ditunjukkan. Dalam bahasa Indonesia

disebut dengan pronominal

a. Ninshou daimeishi

Adalah kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan orang (pronomina persona). Ninshou daimeishi (pronomina persona terdiri dari:

1. Jishou, yaitu pronominal persona yang digunakan untuk menunjukkan diri sendiri. Misalnya: watashi, ore, dan ware

2. Taishou, yaitu pronominal persona yang dipergunakan untuk menunjukkan orang yang menjadi pokok pembicaraan selain persona kesatu dan persona kedua .

Misalnya: kono kata, sono kata, ano kata

b. Shiji daimeishi Adalah kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan benda, barang, perkara, arah dan b. Shiji daimeishi Adalah kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan benda, barang, perkara, arah dan

1. Jibutsu ni kansuru mono (pronominal penunjuk benda) Misalnya: kore, sore, are, nani

2. Basho ni kansuru mono (pronominal penunjuk tempat) Misalnya: koko, soko, asoko, doko

3. Houkou ni kansuru mono (pronominal penunjuk arah) Misalnya: kochira, sochira, achira, dochira

E. Keishiki meishi Adalah nomina yang menyatakan formalitas dan menyatakan arti yang sangat abstrak

Misalnya: Toori (sebagaimana, sepertinya) Tokoro (waktu, hal, sedang, sesuatu, saat) Toki (pada waktu, ketika saat) dan lain-lain

Bahasa Jepang adalah bahasa yang kaya akan kosakata. Jenisnya pun sangat beragam tergantung dengan cara, standar, dan dari sudut apa kosakata tersebut dipandang. Misalnya dilihat dari kelas katanya. Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi bunrui. Hinshi berarti jenis kata ataukelas kata ( word class, part of speech ), sedangkan bunrui berart i penggo lo ngan, klasifikasi, kategori, atau pembagian. Jadi hinshi bunrui dapat berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karateristiknya secara gramatikal. Selain diklasifikasikan berdasarkan kelas katanya, kosakata dalam bahasa Jepang juga dapatdiklasifikasikan berdasarkan pada siapa yang menjadi penuturnya.

Seperti berdasarkan usia penutur, terdapat jidôgo atau yôjigo (bahasa anak-anak), wakamono kotoba (bahasa anak muda), dan rôjingo (bahasa orang tua). Berdasarkan jenis kelamin penutur, terdapat danseigo (bahasa laki-laki) dan joseigo (bahasa perempuan). Di samping beberapa yang telah diungkapkan di atas, kosakata dalam bahasa Jepang juga dapat diklasifikasikan perbedaan zaman, tempat, asal-usul (goshu) seperti wago, kango, dan gairaigo,dan sebagainya.

Murakami (1986: 24 dalam Dahidi: 2004) membagi kata tango dalam bahasa Jepang menjadi dua kelompok besar, yaitu jiritsugo dan fuzokugo. Kelas kata yang dengan sendirinya dapat menjadi bunsetsu seperti meishi nomina, dooshi verba, keiyoshi adjektiva atau ada juga yang menyebutnya i-keisyooshi adjektiva-i, keiyoodoshi atau ada juga yang menyebutnya na-keiyooshi, adjektiva-na, fukushi adverbia, rentaishi, prenomina, setsuzokushi, konjungsi, dan kandooshi interjeksi, itu semua termasuk kelompok jiritsugo, sedangkan kelas kata yang dengan sendirinya tidak dapat menjadi bunsetsu seperti kelas kata joshi partikel, dan jodooshi verba bantu termasuk kelompok fuzokugo. Yang dimaksud dengan jiritsugo adalah kelompok kata yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna, sedangkan fuzokugo adalah kelompok kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, ia baru bermakna dan berfungsi apabila bergabung dengan kata lain. Istilah jiritsugo hampir sama dengan istilah morfem bebas dalam bahasa Indonesia, dan fuzokugo mirip dengan istilah morfem terikat.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24