Konsep Pendekatan Teori Semangat Jiwa Tempat dalam Rancangan Arsitektur

6.4. Konsep Pendekatan Teori Semangat Jiwa Tempat dalam Rancangan Arsitektur

6.4.1. The Structure of Place (Struktur Khas dari Suatu Wilayah)

• Gambaran situasi geografis wilayah (geographical situation). Museum Gempa Jogja yang direncanakan menjadi bagian lingkungan binaan dalam setting geografis Jogja yang rawan terjadi gempa sehingga bangunan museum yang direncanakan memiliki struktur yang lebih kuat terhadap gempa (meminimalkan kerusakan akan pengaruh gempa), yaitu dengan struktur yang rigid, dengan pembebaan struktur yang lebih stabil, dan mengantisipasi bencana banjir akibat gempa yang • Gambaran situasi geografis wilayah (geographical situation). Museum Gempa Jogja yang direncanakan menjadi bagian lingkungan binaan dalam setting geografis Jogja yang rawan terjadi gempa sehingga bangunan museum yang direncanakan memiliki struktur yang lebih kuat terhadap gempa (meminimalkan kerusakan akan pengaruh gempa), yaitu dengan struktur yang rigid, dengan pembebaan struktur yang lebih stabil, dan mengantisipasi bencana banjir akibat gempa yang

• Kepekaan terhadap situasi setempat/kedudukan bangunan terhadap lingkungan. Museum Gempa Jogja yang direncanakan seoptimal mungkin memanfaatkan potensi sekitar secara menyatu, yaitu menjadikan ruang terbuka sekitar dapat dioptimalkan sebagai view ke luar bangunan (dari ketinggian tertentu) dan potensi ruang terbuka ini menjadi potensi view ke dalam site secara maksimal. Untuk menjadikan museum ini menyatu dengan lingkungan, maka dilakukan kesinambungan tampilan visual dengan lingkungan sekitar. Kedudukan bangunan dikembangkan dalam rangka membentuk sebuah museum yang dapat menjadi sebuah monumen Peringatan dengan sekuens pengalaman ruang yang dihadirkan.

• Kekhasan karakter dalam tipologi bangunan lokal {local building typology), tampilan fisik bangunan, langgam arsitektur, kualitas estetis lokal dan pola pemukiman setempat (regional settlement pattern).

Tipologi bangunan menggunakan tipologi bangunan umah kampung, bukan menggunakan Joglo yang berwujud sebuah sifat kemegahan, memunculkan bangunan “ningrat” diantara bangunan-bangunan sekitarnya, mengakibatkan ketidakselarasan dengan lingkungan sekitar, cenderung merusak lingkungan sekitar. Penggunaan tipologi bangunan kampung bertujuan agar selaras dengan semboyan orang Jawa sepi ing pamrih, rame ing gawe, hamemayu hayuning bawana. (Magnis-Suseno, F, 2001: 138; Subagyo, R, 1973;229). Tipologi lainnya menggunakan tumpangsari dari rumah Joglo dalam ruangan yang bersifat formal seperti ruang serbaguna dan ruang pimpinan museum.

6.4.2. Representasi mental masyarakat (Mentality People) dan aktivitas maupun kebiasaan-kebiasaan penduduknya (keseharian maupun sesaat/temporal) Pada kelompok kagiatan dalam Museum Gempa Jogja, dalam hal ini ruang restorannya, direncanakan didesain mengadopsi dari budaya makan masyarakat Jogja yang telah membudaya, yaitu warung angkringan, sehingga suasana yang ditimbulkan dalam restoran nanti akan bersifat santai dan penuh kekeluargaan, sebuah suasan harmonis dalam

Budaya jagongan, dalam perencanaan rancangan Museum Gempa Jogja melahirkan sebuah pemikiran pemunculan ruang komunal bersama dalam rancangan. Ruang komunal yang dapat diakses secara langsung, bebas oleh pengunjung museum. Dimana penghadiran ruang komunal ini sekaligus sebagai upaya penangan mental recovery masyarakat akibat gempa Jogja silam. Dengan begitu akan memunculkan budaya mangan ora mangan asal kumpul ke dalam rancangan yang akan memunculkan suasana kebersamaan, keselarasan, saling berdampingan dapat lebih terasa, yang lama kelamaan akan mumudarkan suasana stress masyarakat akibat bencana gempa Jogja, dan menumbuhkan keyakinan adanya kemudahan dalam setiap kesusahan dari Sang Maha Kuasa.

6.4.3. Pemberdayaan potensi lokal (potensi masyarakat setempat)

Material kayu yang melimpah di wilayah Jogja dan mudah Pengerjaannya, juga lebih dikuasai teknologi pengerjaanya oleh masyarakat, dieksplorasi penggunaannya dalam rancangan Museum Gempa Jogja. Kerajinan tangan (teknologi lokal) masyarakat juga diaplikasikan dalam elemen bangunan seperti pada partisi, plafound ruang maupun elemen bangunan yang lain. Serta penggunaan material batu alam yang juga melimpah hampir disemua daerah di wilayah Jogja.

6.4.4. Simbol-kiasan-kenangan Suatu tempat akan memiliki makna khusus bagi orang-orang yang mendapatkan pengalaman dari tempat tersebut, ruang dan gatra yang bermakna untuk mengekspresikan bencana gempa dan merepresentasikan bencana dalam rangka mengingat dan mengenang yang pada ujungnya untuk mengingatkan betapa dahsyat kuasa Ilahi, sehingga akan memunculkan rasa syukur dan perasaan rendah terhadap kebesaran Ilahi Rabbi.