Pandangan para Ekoteolog

4.4 Pestisida : Agenda Revolusi Hijau

Pestisida mulai diperkenalkan pertama kalinya oleh bangsa Cina pada tahun 900 M, dengan memakai senyawa arsenat. Berkembangnya pestisida di kalangan bangsa

54 Mujahidin Imam Fahmid, Gagalnya Politik Pangan Di Bawah Rezim Orde BAru, Kajian Ekonomi Politik Pangan di lndonesia (Jakarta: Yayasan Studi Perkotaan (Sandi Kota) dan Institute For

Social and Political Economic Issues (ISPEI), 2004), 7 55 Araf Al dan Puryadi Awan, Perebutan Kuasa Tanah (Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama,

2002), 47

Cina, menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah lebih maju di bidang pertanian, hal ini dibuktikan dengan kenyataan mengenai pengenalan pestisida yang pertama kali dilakukan oleh manusia karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini masih bertahan cukup lama, sekalipun tidak dapat dipungkiri bahwa hama-hama sudah menunjukkan gejala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak sengaja, banyak penemuan yang mulai dikembangkan, misalnya racun tembakau yang mulai diperkenalkan kepada masyarakat mulai tahun 1960 di Eropa. Pada waktu itu, metode yang digunakan masih sangat sederhana sebab perkembangan teknologi belum begitu banyak. Tembakau direndam di dalam air selama satu hari satu malam, kemudian air rendaman yang ada digunakan untuk menyemprot atau disiramkan kepada tanaman, dan ternyata racun nikotin tersebut cukup efektif sebagai obat sekaligus racun pembunuh hama. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di daratan Eropa, di Malaysia dan sekitarnya misalnya, orang lebih mengenal bubuk pohon deris yang mengandung bahan aktif rorenon sebagai zat pembunuh. Bubuk atau bahan ini dihasilkan dari

golongan tanaman Legiminosae yakni Deris Eliptica. 56

Semenjak ditemukannya bahan-bahan aktif yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, perkembangan pestisida semakin berkembang. Berbagai upaya dilakukan guna mendapatkan jenis-jenis pestisida yang baru dan maanfaat yang lebih baik lagi dalam mengatasi hama pada tanaman serta lebih ampuh. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pestisida yang dihasilkan tidaklah merupakan satu-satunya obat mujarab yang paling ampuh untuk mengatasi hama tanaman, seiring dengan berkembangnya dunia

56 Isvasta Ekha, Dilema Pestisida: Tragedi Revolusi Hijau (Jogjakarta: Kanisius, 1988), 26 56 Isvasta Ekha, Dilema Pestisida: Tragedi Revolusi Hijau (Jogjakarta: Kanisius, 1988), 26

yang merupakan sebuah babak baru dari perkembangan industri pestisida di dunia 57 . Pada akhirnya manusia (petani) mulai menggantungkan diri pada “obat yang sakti ini” yakni pestisida yang merupakan akibat dari industri yang semakin berkembang.

Sisi negatif dari pestisida ini yang menurut saya tidak diketahui oleh masyarakat pada umumnya, sehingga jumlah permintaan semakin betambah banyak.

Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 1986 tercatat 371 formulasi yang telah terdaftar dan diijinkan penggunaannya dan 38 formulasi yang baru mengalami proses pendaftaran ulang, sehingga ada 215 bahan aktif yang sudah terdaftar serta beredar di lingkungan para petani. Dalam bidang pengendalian hama tanaman, kita masih mengandalkan penggunaan pestisida. Oleh karena itu kebutuhan akan pestisida setiap tahunnya selalu meningkat. Pada tahun 1979 pengadaan pestisida bersubisidi dan non subsidi untuk tanaman pangan dan perkebunan adalah 9.166 ton/kiloliter sedangkan pada tahun 1985 naik menjadi 38.837 ton/kiloliter. Pestisida yang digunakan lebih banyak

pada tanaman pangan daripada tanaman perkebunan 58 pada akhirnya tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan pestisida akan terus bertambah selama belum adanya

57 Isvasta Ekha, Dilema Pestisida: Tragedi Revolusi Hijau, . . . 27 58 Perbandingan itu mulai terbalik, di mana untuk sekarang penggunaan pestisida digunakan

semakin merata baik untuk tanaman pangan, tanaman perkebunan bahkan tanaman yang akan dijual untuk kebutuhan sehari-hari.

alternatif atau cara untuk mengendalikan hama. 59 Hal lain yang mengkhawatirkan adalah penggunaan pestisida yang masih tinggi dan masih meningkat pada beberapa sistem tanam. Data dari California menunjukkan bahwa dari tahun 1991 sampai 1995 pemakaian pestisida meningkat dari 161 menjadi 212 juta pon bahan aktif. Kenaikan ini bukan karena kenaikan areal tanam, karena luas tanaman di seluruh negara bagian tetap sama selama periode ini. Sebagian besar kenaikannya terutama pada pestisida beracun, banyak di antaranya terkait dengan kanker, yang digunakan pada tanaman

seperti stroberi dan anggur. 60

Di Amerika Latin misalnya, penggunaan pestisida pada umumnya meningkat, terutama pada sistim produksi berskala besar. Penjualan pestisida meningkat dua kali lipat di wilayah ini antara tahun 1976 dan 1980, melebihi prediksi industri. Dampak ekologis pertanian modern ada secara terus-menerus di Amerika Serikat dan Amerika Latin 125 pertumbuhan konsumsi, baik melalui impor dan produksi dalam negeri, sepanjang tahun 1980an. Bagian Amerika Latin dari pasar pestisida global, saat ini sekitar 10 persen, terus mengalami kerutan. Brasil sendiri menyumbang hampir 50 persen dari jumlah total di wilayah tersebut, diikuti oleh Meksiko, Argentina, dan Kolombia. Dari tahun 1980 sampai 1986, penjualan pestisida meningkat secara dramatis di Brasil dan Argentina. Jika tren saat ini terus berlanjut, biaya untuk pengendalian hama kimia Amerika Latin diperkirakan mencapai US $ 3,97 miliar oleh Tahun 2000. Penggunaan pestisida yang meningkat tersebut telah menyebabkan

59 Subiyakno Sudarmo, Pestisida (Jokjakarta: Kanisius, 1991), 9 60 Miguel A. Altieri and Clara Ines Nicholls dalam tulisan Ecological Impacts of Modern Agriculture in the United States and Latin America, 124 59 Subiyakno Sudarmo, Pestisida (Jokjakarta: Kanisius, 1991), 9 60 Miguel A. Altieri and Clara Ines Nicholls dalam tulisan Ecological Impacts of Modern Agriculture in the United States and Latin America, 124

pestisida pada pekerja pertanian dan keluarga mereka. 61

4.4.1 Jenis-jenis Pestisida

Dalam buku pestisida tanaman yang ditulis oleh Subiyakto Sudarmo 62 , pestisida dapat digolongkan berdasarkan fungsi dan asal katanya, seperti:

 Akarisida, yang berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata akari yang artinya kutu. Fungsi dari pestisida jenis ini yakni untuk membunuh kutu

pada daun tumbuhan,  Herbisida, yang berasal dari bahasa latin herba yang artinya tanaman setahun. Jenis pestisida ini berfungsi untuk membunuh gulma atau

tumbuhan pengganggu  Insektisida, yang berasal dari bahasa latin insectum yang artinya potongan, keratin, segmen tubuh yang fungsinya untuk membunuh serangga.  Predisida, yang berasal dari bahasa Yunani praeda yang artinya pemangsa, berfungsi untuk membunuh predator.

61 Miguel A. Altieri and Clara Ines Nicholls, Ecological Impacts of Modern Agriculture in the United States and Latin America, 125

62 Subiyakno Sudarmo, Pestisida Tanaman (Jogjakarta: Kanisius, 1988), 21

 Mollusisida, yang berasal dari bahasa Yunani molluscus yang artinya berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput atau keong

Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari

dan tidak mudah terurai. 63

Selain itu juga ada beberapa bahan kimia yang biasanya digunakan oleh para petani, yang tidak menggunakan akhiran sida:  Defoliant yakni zat yang digunakan untuk menggugurkan daun supaya

memudahkan panen,  Zat pengatur tumbuh yang berfungsi untuk mmeperlambat, menghentikan atau juga mempercepat pertumbuhan tanaman.  Repellen yakni zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau hama.

 Desinfestan merupakan zat yang berfungsi untuk membasmi hama, gulma, tikus dan organism pengganggu lainnya.  Inhibitor merupakan zat yang digunakan untuk menekan pertumbuhan

batang dan tunas. 64

Pada kesimpulannya bahwa jenis-jenis pestisida yang penulis sebutkan di atas membawa dampak buruk bagi kehidupan ekosistem dan lingkungan khususnya dalam

63 E.G. Sa’id, Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua. Agrotek, Vol. 2(1). 1994. IPB, Bogor, hal 71-72.

64 Subiyakno Sudarmo, Pestisida Tanaman, . . 23-23 64 Subiyakno Sudarmo, Pestisida Tanaman, . . 23-23

4.4.2 Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 Tentang Peredaran,

Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida. 65

Dalam rangka melindungi keselamatan manusia dan juga sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati serta agar supaya penggunaan pestisida dapat digunakan dengan lebih efektif maka peraturan tentang peredaran, penyimpnana dan penggunaan pestisida diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973:

 Setiap pestisida harus didaftarkan kepada menteri pertanian melalui Komisi Pestisida untuk dimintakan ijin penggunaannya,  Hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diijinkan oleh Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan,  Pestisida yang penggunaannya telah terdaftar dan atau dijinkan oleh Menteri Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan

yang ditetapkan dalam ijin pestisida itu,

65 PP No. 7 Th. 1973 ttg Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.pdf

 Setiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang ditetapkan di dalam pendaftaran dan ijin masing-masing pestisida. Sedangkan menurut The United States Federal Enviromental Pesticide Control Act, bahwa: Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus

untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya atau dengan kata lain semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau

pengering tanaman. 66

Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad mahkluk hidup yang telah lama mati dan virus yang dipergunakan untuk menjaga tumbuhan agar tetap tumbuh dengan subur dan menghasilkan panen yang banyak. Menurut penulis bahwa pestisida di satu sisi memberikan pengaruh yang positif tetapi juga pengaruh yang negatif. Pengaruh yang positif yakni: pertama, memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman atau hasil pertanian. Dalam hal ini peranan pestisida menjadi teman bagi para petani, yang membantu dalam menjaga tanaman sehingga hasil panen dapat melimpah. Kedua, memberantas gulma pengganggu tanah atau tanaman. Kehadiran pestisida pada akhirnya membantu para petani agar tidak lagi bersusah payah untuk mencabut rumput ataupun membersihkan gulma atau tanaman pengganggu dengan

66 Dalam Subiyakno Sudarmo, Pestisida , . . .16 66 Dalam Subiyakno Sudarmo, Pestisida , . . .16

Sedangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida yakni: pertama, bahwa pestisida digunakan adalah untuk mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman agar cepat tumbuh. Tanaman dipaksa agar tumbuh dengan cepat tanpa memperhatikan kualitas hasil tanaman. Kedua, pestisida digunakan untuk memberantas atau mencegah hama liar pada ternak dan hewan peliharaan. Ketiga, pestisida digunakan untuk memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman atau air dan keempat, pestisida merupakan racun yang dapat mematikan makhluk hidup, sehingga dalam penggunaannya dapat memberikan pengaruh yang buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan secara umum. Salah satu contoh, pestisida yang disemprotkan dapat mencemari udara dan apabila terkena langsung paparan sinar matahari dapat ikut terbawa angin dan ketika dihirup oleh manusia maupun makhluk lain dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar atau 75% aplikasi pestisida dilakukan dengan cara disemprotkan, baik itu untuk mematikan hama ataupun untuk membersihkan kebun sebelum ditanam.

Beberapa penelitian telah dilakukan yang mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang diakibatkan dari penggunaan pestisida yakni: 67 pertama, keracunan terhadap Manusia. Keracunan pestisida secara kronik maupun akut dapat terjadi pada pemakai dan pekerja yang berhubungan langsung dengan pestisida, misalnya petani, pengecer pestisida, pekerja gudang pestisida dan lain-lain. keracunan tersebut terjadi karena kontaminasi melalui mulut atau saluran pencernaan, kulit dan juga pernafasan. Kedua, keracunan terhadap ternak dan hewan piaraan. Keracunan pada ternak maupun hewan yang dipelihara (sebagain besar di ladang atau kebun) dapat terjadi secara langsung dan tidak langusng. Secara langsung mungkin pestisida digunakan untuk melawan penyakit pada ternak, sedangkan secara tidak langsung digunakan untuk membunuh serangga hama atau serangga lainnya, hal ini dapat terjadi ketika hewan peliharaan secara tidak langsung memakan bahan yang mengandung racun atau zat kimia tersebut. Ketiga, keracunan terhadap satwa liar. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dan berlebihan dapat menimbulkan keracunan yang berakibat kematian pada satwa atau binanatang liar seperti burung, lebah, serangga penyerbuk yang binatang lainnya yang hidup di alam bebas. Keracunan tersebut dapat terjadi secara langsung karena terjadi kontak dengan pestisida, maupun secara tidak langsung karena melalui rantai makanan. Keempat, keracunan terhadap tanaman. Beberapa insektisida dan fungisida yang langsung digunakan pada tanaman dapat mengkibatkan kerusakan pada tanaman.

67 Subiyakno Sudarmo, Pestisida , . . . 99-102

Hal ini dapat terjadi karena penggunaan formulasi atau takaran pestisida yang mengandung bahan aktif tertentu, dosis yang berlebihan atau mungkin pada saat penyemprotan suhu atau cuaca terlalu panas apalagi dilakukan pada siang hari, dan Kelima, keracunan terhadap Tanah. Pestisida sebagai racun, tidak hanya berdampak negatif bagi manusia, makhluk hidup lain dan juga mikro-organisme tetapi juga berdampak buruk bagi tanah. Terkadang manusia lupa bahwa, akibat tindakannya yang hanya mementingkan keberlangsungan hidupnya, lingkungan sendiri menjadi rusak. Tanah yang sering terkena pestisida akan mengakibatkan: (a) meningkatnya salinitas dan water logging; (b) perubahan status hara dalam tanah, gejala kekurangan hara, peningkatan toksisitas tanah; (c) pembentukan lapisan keras bawah tanah (hardpan); dan (d) peningkatan serangan hama dan penyakit dan

kerusakan tanaman. 68 Menurut data WHO 69 bahwa pestisida yang disemprotkan ke tanah hanya untuk membunuh hama atau gulma pengganggu tanaman, ada beberapa pestisida yang mungkin hanya jatuh ke permukaan tanah saja, tetapi ada jenis pestisida yang mengendap di dalam tanah yang memakan habis unsur hara dan membunuh cacing tanah. Tanah yang terkena pestisida secara terus-menerus akan menjadi kering dan tidak sehat, sehingga harus selalu disiram agar tetap basah, tanah akan menjadi lebih keras sehingga akan menghambat pertumbuhan akar tanaman. Tanah yang tidak disemprot pestisida diketahui memiliki kualitas yang lebih baik, dan mengandung kadar organik yang lebih tinggi sehingga meningkatkan

68 Pingali, P.L; M. Hossain, and R.V. Gerpacio. Asian rice bowls: the returning crisis?. IRRI and CAB International, 1997.

69 World Health Organization in 2000, Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan (Hazardaous Chemicals in Human dan Enviromental Health . (Ed.Bahasa Indonesia)

Palupi Widiastuti dan Monica Ester, 27 Palupi Widiastuti dan Monica Ester, 27

bisa mempercepat proses pelapukan bahan kimia pestisida. 70 Hal, ini yang tidak diketahui oleh sebagian besar masyarakat tani sehingga praktek penggunaan pestisida yang melebihi takaran masih menjadi fenomena menarik yang tetap terlihat. Ini menjadi poin penting yang akan dibahas oleh penulis berkaitan dengan bagaimana ekoteologi memandang pengaruh revolusi hijau terhadap gaya bertani yang ramah lingkungan.

Kesimpulan: menurut saya sekalipun sudah ada aturan yang mengatur tentang keberadaan, peredaran dan penggunaan pestisida maupun bahan kimia lain tetapi ketika tidak diikuti dengan pemahaman yang baik dari masyarakat maka yang akan terjadi adalah penggunaan pestisida akan semakin tidak bertanggungjawab. Sebagian besar bahaya yang ditimbulkan adalah bahaya negatif dan mengancam tidak saja keberlangsungan hidup manusia tetapi juga keberlangsungan makhluk hidup lainnya. Sehingga penggunaan pestisida harus diimbangi dengan pengetahuan masyarakat tani, tingkat pendidikan dapat menentukan apakah para petani selama ini paham atau sebaliknya. Hal sederhana yang terjadi ketika masyarakat masih tetap mempertahankan kegiatan bertani dengan penggunaan pestisida dengan dosis tinggi

70 Maksuk Ikhsan, Environmental Health Risk Analysis to Pesticides Exposure in Agricultural Area dalam Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27

September 2014, 716 September 2014, 716

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Pengaruh antara Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Model Think Pair and Share terhadap Hasil Belajar Muatan I

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Pengaruh antara Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Model Think Pair and Share terhadap Hasil Belajar Muatan IPA pada Siswa Kelas 4 Se

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Pengaruh antara Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Model Think Pair and Share terhadap Hasil Belajar Muatan IPA pada Siswa Kelas 4 Se

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Pengaruh antara Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Model Think Pair and Share terhadap Hasil Belajar Muatan IPA pada Siswa Kelas 4 Se

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Pengaruh antara Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Model Think Pair and Share terhadap Hasil Belajar Muatan IPA pada Siswa Kelas 4 Se

0 0 95

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi Antiretroviral (ARV) pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

0 0 18

31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi Antiretroviral (ARV) pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

0 1 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi Antiretroviral (ARV) pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

0 0 72

Dukungan Keluarga Terhadap Pengobatan TB Paru pada Anak di Balai Kesehatan Masyarakat Ambarawa Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Keluarga terhadap Pengobatan TB Paru pada Anak di Balai Kesehatan Masyaraka

0 0 37

BAB I Revolusi Hijau dan Kerusakan Lingkungan (Tinjauan Ekoteologi terhadap Pandangan Masyarakat Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi- NTT tentang Pengaruh Revolusi Hijau dalam Bertani) 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian Uni

0 0 22