Aturan kuadran

5.2. Aturan kuadran

a. Proyeksi simetris selebar 6° untuk setiap

zone. Koordinat proyeksi peta dapat didekati

b. Transformasi koordinat dari zone ke dengan aturan diatas atau ditetapkan oleh zone dapat dikerjakan dengan rumus surveyor secara pendekatan lokal jika belum yang sama untuk setiap zone di seluruh tersedia Bencmark disekitar lokasi dunia.

pengukuran. Sistem kuadran yang

c. Distorsi berkisar antara - 40 cm/ 1.000 digunakan pada pengukuran dan pemetaan m dan 70 cm/ 1.000 m.

berbeda dengan sistem koordinat matematis (trigonometri). Sistem kuadran matematis

Proyeksi TM-3 ° bertambah besar ke arah berlawanan jarum

Sistem proyeksi peta TM-3° adalah sistem jam. Alasan dari aturan kuadran ilmu ukur proyeksi Universal Tranverse Mercator tanah yang searah jarum jam adalah karena dengan ketentuan faktor skala di meridian peralatan pengukuran sudut menggunakan sentral = 0,9999 dan lebar zone = 3°. Sistem

bantuan magnet bumi yang nilainya proyeksi ini, sejak tahun 1997 digunakan bertambah besar searah jarum jam.

oleh bekas Badan Pertanahan Nasional Sistem kuadran koordinat geometrik

(BPN) sebagai sistem koordinat nasional berbeda dengan kuadran trigonometrik

menggunakan datum absolut DGN-95. karena alat-alat Ilmu Ukur Tanah arahnya

dari utara dan searah jarum jam.

Ketentuan sistem proyeksi peta TM-3° :

a. Proyeksi: TM dengan lebar zone 3°. Untuk menentukan suatu titik terhadap titik

b. Sumbu pertama (Y): Meridian sentral yang lainnya dipergunakan sistem koordinat. dari setiap zone.

Sistem koordinat yang dipergunakan adalah

c. Sumbu kedua (X) : Ekuator. koordinat siku-siku (kartesien) dan koordinat

d. Satuan : Meter.

polar.

e. Absis semu (T) : 200.000 meter + X. Menurut teori, sudut jurusan adalah sudut

f. Ordinat semu (U) : 1.500.000 meter + Y. yang dimulai dari arah utara geografis, maka

g. Faktor skala pada meridian sentral : arah utara diambil sebagai suatu salib

0,9999. sumbu. Pada waktu kaki bergerak OP:

Berhimpit dengan sb, yang positif α = 90 Berhimpit dengan sb, yang positif α = 180

Berhimpit dengan sb, yang positif α = 270 Berhimpit dengan sb, yang positif

α = 360 5.3. Sistem koordinat

Dengan demikian kaki yang bergerak OP Sistem koordinat permukaan bumi

melalui daerah-daerah 0-90, 90-180, 180- keseluruhan menggunakan sistem koordinat

270, 270-300, dimana daerah-daerah geografik (Geodetik) yang diukur dengan

tersebut disebut dengan: menggunakan derajat (degree) garis-garis

Kuadran I : 0 – 90 lingkaran yang menghubungkan kutub utara Kuadran II

: 90 – 180 ke kutub selatan dikenal dengan nama garis Kuadran III

: 180 – 270 bujur (longitude) atau garis-garis meridian. Kuadran IV

: 270 – 360 Nilai nol derajat garis meridian melalui kota Greenwich di kota inggris. Adalah 0 derajat

Dan kuadran berputar dengan jalannya sampai dengan 180 derajat Bujur Barat.

jarum jam. Disamping ini digambar garis AB Nilai garis meridian dari Greenwich ke arah

yang di sebellah kiri AB dan di sebelah timur dikenal dengan nama bujur timur yang

kanan α ba , Kedua arah BA dan AB besarnya adalah 0 derajat sampai dengan

mempunyai arah yang berlawanan, dengan 180 derajat Bujur Timur. Garis-garis

memperpanjang AB, maka didapat pula α ab

lingkaran yang tegak lurus terhadap garis dan α ba , pada sebelah kanan dapat meridian dikenal dengan nama garis lintang

ditentukan hubungan antar α ab dan α ba

(latitude). Nilai nol derajat garis lintang karena terbukti bahwa:

0 α memotong di tengah garis meridian yang

ba = α ab + 180

menghubungkan kutub utara dengan kutub Dengan uraian di atas tentang sudut selatan dikenal dengan nama garis ekuator

jurusan, maka didapat dua sifat yang atau garis katulistiwa. Nilai garis lintang dari penting dari jurusan tersebut:

ekuator ke kutub utara dikenal dengan

I. 0 0 ‹ α ‹ 360 (sudut jurusan terletak istilah lintang utara yang besarnya dari 0 antara 0º - 360º).

derajat sampai dengan 90 derajat Lintang

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24