Gejala Klinis Pemeriksaan Penunjang

Universitas Sumatera Utara kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Pada stadium ini sebaiknya dilakukan miringotomi agar tidak terjadi ruptur spontan Djaafar, Helmi, dan Restuti, 2007. 4 Stadium Resolusi Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akh irnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terj adi walaupun tanpa pengobatan Djaafar, 2001. 5 Stadium Komplikasi Infeksi yang berkelanjutan k arena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi dapat menyebabkan ruptur dari membran timpani dan keluarnya nanah dari telinga tengah ke liang telinga luar . Yates, dan Anari, 2008; Djaafar, Helmi, dan Restuti, 2007.

2.3.5. Gejala Klinis

Gejala klinis otitis media akut tergantu ng pada umur dan stadium penyakit. Pada bayi dan anak kecil gejala khas otitis media akut adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5°C pada stadium supurasi, anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang -kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur dengan tenang. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, gejala utamanya nyeri telinga Abdoerrachman, 1990. Gejala klinis OMA biasanya di dahului oleh gejala infeksi salur an nafas bagian atas berupa batuk, pilek dan panas dalam beberapa hari. Apabila proses penyembuhan tidak terjadi maka proses selanjutnya akan timbul gejala sumbatan tuba eustachius yang akut. Gejala dan tanda penyakit OMA itu sendiri bias dimulai dengan di tandai adanya Universitas Sumatera Utara nyeri telinga otalgia, keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, tinitus.

2.3.6. Pemeriksaan Penunjang

Pada kebanyakan kasus OMA, pemeriksaan lebih lanjut tidak dibutuhkan karena diagnosis bias dilihat dari gejala dan tanda klinis. Bila gejala berat, hitung darah sering menunjukkan leukositosis, dan kultur darah dapat mendeteksi bakteremia selama periode demam tinggi. Kultur dari sekret telinga dapat membantu dalam pemilihan antibiotik pada pasien yang menunjukkan kegagalan terapi lini pertama. Bila OMA yang rekuren terjadi bersamaan dengan infeksi rekuren di sistem lain, maka defisiensi imun harus dipertimbangkan dan pemeriksaan yang tepat harus dilakukan Djaafar, 2001. 2.3.7. Penatalaksanaan Pengobatan otitis media ak ut tergantung dari stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi pengobatan terutama untuk membuka kembali tuba Eustachius, untuk itu diberikan dekongestan nasal HCl efedrin 0,5 dalam larutan fisiologik untuk anak 12 tahun, dan HCl efedrin 1 dalam larutan fisiologik bagi yang berumur 12 tahun Djaafar, 2001 . Disamping itu dapat diberikan antibiotika untuk infeksinya. Sesuai prevalensi organisme penyebab otitis media akut, maka terapi terpilihnya adalah ampisilin 50 – 100 mgkg BBhari yang diberikan setiap 6 jam selama 10 hari. Terapi terpilih lainnya kombinasi penisilin dan sulfisoksazol 120 mgkg BBhari dalam dosis terbagi setiap 6 jam selama 10 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, dapat diberikan eritromisin 50 mgkg BBhari. Pada stadium hiperemis pengobatan diberikan antibiotika, analgetika untuk nyeri, serta dekongestan nasal dan antihistamin atau kombinasi keduanya. Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotik, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindarkan. Universitas Sumatera Utara Pada stadium perforasi membran timpani telah pecah dan terdapat sekret purulen, biasanya analgetika tidak diperlukan, tetapi diperluk an perawatan lokal bagi telinga. Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3 selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari Djaafar, 2001 . Harus dihindarkan masuknya air ke dalam liang telinga sampai penyembuhan sempurna, karena dapat ditunggangi kontaminasi tersebut. Pada stadium resolusi maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrana timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edem mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 mi nggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi masoiditis hari Djaafar , 2001.

2.3.8. Komplikasi

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Tentang Penularan Dan Pencegahan Hepatitis B

5 42 76

Efektivitas dance/movement therapy Terhadap penurunan tingkat stres Mahasiswa matrikulasi penerimaan mahasiswa baru Fakultas kedokteran universitas sumatera utara 2012 Berdasarkan depression, anxiety and stress scale

14 116 72

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Pengaruh Radikal Bebas Terhadap Timbulnya Penyakit.

2 57 63

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 Tentang Trikomoniasis Sebagai Penyakit Menular Seksual

1 35 82

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 11

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 4

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 1 7

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 3

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

0 0 22