Pengaruh Perubahan Terhadap Organisasi

Reintroduction Introduction a Practive new Introduction a practive A faniliar to the organization new to the industry I----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------I Low Degree of compexity,cost,and uncertainty HightPotential fot resistance to change Sumber : Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, Organizational Behaviour, 2000 : 663 Setiap cara perubahan mempunyai tingkat resiko yang berbeda baik kompleksitas biaya ketidakpastian dan potensial kegagalan terhadap perubahan. Bila menggunakan adaptive change, maka resiko yang mungkin timbul sangat rendah, Sedangkan bila menggunakan cara kedua , yaitu inovative change tingkat resiko sedang, sebaliknya bila menggunakan radically inovative change tingkat resiko tinggi.

C. Pengaruh Perubahan Terhadap Organisasi

Meskipun perubahan organisasi memiliki tujuan yang baik, namun dalam pelaksanaannya dapat ditemui berbagai hambatan. Hambatan tersebut menurut Gareth dalam LAN 2004 : 31 ”ada pada tingkat organisasional, fungsional dan individual”. 1. Hambatan Organisasional Struktur dan budaya organisasi dapat menjadi hambatan untuk berubah. Ketika organisasi menyusun struktur organisasinya, tersusunlah pola hubungan tugas yang stabil yang berpengaruh terhadap hubungan antar pegawainya. Seiring dengan berjalannya waktu, ketika terjadi perpindahan pegawai, hubungan tugas tetap tidak berubah. Itulah sebabnya struktur Adaptive Change Inovative Change Radically Inovative Changr organisasi menjadi resisten terhadap perubahan. Itu pula yang menyebabkan merubah struktur organisasi tidaklah mudah. Norma-norma dan nilai-nilai dalam budaya organisasi juga resisten untuk berubah. Ketika rasa rasa memiliki begitu kuatnya, maka baik para pimpinan ataupun para pegawainya akan berupaya untuk mencegah setiap perubahan yang akan mengancam posisi mereka dalam organisasi. Adanya koalisi para pimpinan juga dapat menjadi penghalang untuk berubah. Koalisi yang berbeda akan melihat perubahan dengan kacamata yang berbeda pula. Hal tersebut dikarenakan perbedaan kepentingan, atau ketidaksetujuan mereka terhadap perubahan yang akan dilakukan. 2. Hambatan Fungsional. Struktur dan budaya organisasi pada tingkatan fungsional juga dapat menjadi penghalang untuk berubah. Seperti halnya pada tingkatan manajerial. Manajer fungsional juga akan berupaya melobi sesuai kepentingan mereka sendiri dan mencoba untuk mempengaruhi proses perubahan sehingga perubahan yang terjadi dapat menguntungkan mereka. Tingkat ketergantungan tugas antar fungsi-fungsi yang ada juga mengakibatkan sulit mencapai perubahan, karena perubahan pada satu fungsi akan mempengaruhi seluruh fungsi yang lain. Semakin tinggi ketergantungan antar fungsi akan semakin sulit untuk mencapai perubahan. 3. Hambatan Individu Adanya prasangka buruk terhadap perubahan dapat mempengaruhi persepsi individu para manajer terhadap suatu situasi dan dapat menyebabkan mereka menginterprestasikan perubahan sesuai dengan keinginan mereka untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Alasan lain mengapa pegawai resisten terhadap perubahan adalah adanya stress dan ketidaknyamanan dalam bekerja, baik untuk manajer maupun pegawai. Pegawai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan rutin yang dapat mempermudah mereka untuk mengendalikan situasi dan membuat keputusan- keputusan yang sudah terprogram. Ketika rutinitas terganggu maka para pegawai mengalami stress. untuk mengurang stres mereka cenderung untuk kembali pada kebiasaan-kebiasaan lama mereka. Beberapa strategi mengatasi keengganan untuk melakukan perubahan, atau jalan keluar yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi perubahan menurut LAN 2004 : 34-35 adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan dan komunikasi Membantu para pegawai melihat perubahan secara logika dengan komunikasi. Keengganan ini dikarenakan adanya kesalahan dalam menyampaikan informasi. Dengan adanya komunikasi yang efektif, para pegawai menerima fakta secara penuh dan menyeluruh, maka tidak ada kesalahpahaman dan keengganan akan mereda. 2. Partisipasi Dengan cara melibatkan para pegawai dalam melakukan perubahan. Pegawai yang dilibatkan akan kesulitan untuk menolak suatu keputusan perubahan karena mereka juga ikut berpartisipasi dalam keputusan tersebut. 3. Fasilitasi dan dukungan Memberikan konseling terhadap pegawai yang merasa stres terhadap perubahan, pemberian pelatihan kepada para pegawai dalam rangka penyesuaian perubahan organisasi. 4. Manipulasi Memutarbalikkan fakta atau membuat suatu fakta lebih menarik, menahan informasi tertentu yang diinginkan, dan menciptakan isu palsu yang memungkinkan perubahan diterima oleh para pegawai. 5. Pemaksaan Menerapkan ancaman atau kekuatan langsung terhadap para penolak perubahan.

D. Perubahan Organisasi Pemerintah.