79
e hasil produksinya untuk ekspor atau dipasarkan di dalam negeri f perusahaan pasangan usaha bukan perusahaan besar.
Adanya kriteria legal yang mengharuskan perusahaan pasangan usaha berbentuk Perseroan Terbatas, tentu saja merupakan hal yang
menyulitkan bagi perusahaan kecil karena perusahaan kecil cenderung merupakan usaha yang tidak berbadan hukum. Sementara itu disisi lain,
apabila untuk menjadi perusahaan pasangan usaha, perusahaan kecil harus berbenah diri dengan mengubah menjadi badan hukum Perseroan Terbatas
PT dan hal ini membutuhkan waktu, pengetahuan serta biaya yang tidak sedikit dan disinilah persoalan mendasar bagi usaha kecil itu sendiri
D. Prospek Perusahaan Modal Ventura Dalam Membiayai Perusahaan Kecil
Perusahaan Modal Ventura sebagai sarana pembiayaan memiliki peluang besar untuk mengembangkan usaha kecil, menengah dan koperasi, karena
mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh perusahaan lainnya. Seperti misalnya kedudukan perusahaan modal ventura yang bukan hanya akan terlibat
dengan menginvestasikan modalnya, melainkan sekaligus juga ikut berperan secara aktif dalam manajemen perusahaan yang dibantunya.
Karena perusahaan modal ventura itu sendiri dikelola secara profesional, maka hal ini akan memberikan dampak kepada pengusaha kecil yang pada
umumnya dikelola secara tradisional, berangsur-angsur akan menjadi profesional.
Keistimewaan Perusahaan Modal Ventura yang dapat dimanfaatkan untuk menegakkan pola usaha yang lebih adil dan merata adalah karena sifatnya yang
tidak akan pernah melakukan investasi secara permanen. Setelah masa itu berlalu,
80
perusahaan modal ventura dapat melakukan divestasi kepada pengusaha yang membantunya, yang berarti hasil usahanya akan kembali dimanfaatkan oleh yang
membantunya itu dan ini akan menciptakan sense of belonging serta menumbuhkan sikap profesional bagi usaha kecil, menengah dan koperasi.
Melihat struktur perekonomian di Indonesia, modal ventura dinilai lebih cocok diarahkan untuk membantu pengembangan sektor usaha kecil dan
menengah yang secara kuantitias jumlahnya jauh lebih banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Kebijakan penguatan usaha kecil dan menengah melalui
berbagai deregulasi sejak tahun 1983 telah memacu perkembangan dunia usaha dengan cepat. Munculnya berbagai lembaga keuangan secara variatif sebagai
sumber pembiayaan pembangunan menunjukkan kebutuhan untuk mengembangkan lembaga-lembaga keuangan konvensional yang dirasakan
memadai dalam mengikuti perkembangan dunia usaha.
102
Di samping kebijakan kemitraan usaha kecil dan menengah dengan usaha besar dalam kedudukan yang sejajar sebagai upaya pemerataan pembangunan juga
menunjang munculnya berbagai alternative lembaga pembiayaan kredit sebagai sumber pembiayaan uang konvensional tidak dapat dimanfaatkan oleh semua
segmen usaha. Maka dengan itu pemerintah mengembangkan kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antara
koperasi, swasta, dan Badan Usaha Milik Negara BUMN, serta antara usaha besar, menengah, dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional.
102
Dahlan Siamat, Modal Ventura : Alternatif Pembiayaan Usaha Kecil-Menengah, Jakarta: Manajemen Usahawan, 1996, selanjutnya disingkat Dahlan Siamat III, hlm. 62.
81
Hambatan Perusahaan Modal Ventura dalam melakukan pembiayaan kepada Usaha Kecil dan Menengah UKM antara lain adalah:
103
1. Misi pemerintah mengembangkan PMV tidak sesuai dengan International Good Practice
Berdasarkan wawancara dengan kelompok stakeholder, sejak awal pendirian PT. Bahana Artha Ventura yang menjadi holding company dari
perusahaan modal ventura di daerah lebih banyak bernuansa “politik”. Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara, PT. Bahana Artha Ventura
tidak dapat lepas dari tujuan BUMN yaitu sebagai agen pembangunan agent of development. Implikasi dari penugasan ini adalah Direksi PT.
Bahana Artha Ventura berupaya untuk memberikan manfaat sebesar- besarnya pembiayaan dari lembaga ini kepada UKM, yang ditunjukkan
dengan melakukan penyertaaan kepada UKM dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya, tanpa fokus yang jelas.
Implikasinya, sejak awal operasional perusahaan modal ventura lebih banyak berorientasikepada menyediakan pembiayaan untuk
sebanyak-banyaknya UKM di seluruh Indonesia. Pada dasarnya penyertaan perusahaan modal ventura dilakukan kepada perusahaan
individu yang berstatus Perseroan Terbatas PT. Namun dalam kenyataannya, karena ketidakjelasan tujuan dan misi, maka dalam
perjalanannya pembiayaan kepada UKM yang dilakukan PT. Bahana
103
Andi Ikhwan, Strengthening Venture Capital Company As A Source of Mid-Term Finance For SME In Indonesia Bahasa Indonesia
, Jakarta: ADB Technical Assistance SME Development State Ministry for Cooperatives SME, 2001, hlm. 13-17.
82
Artha Ventura melalui perusahaan modal ventura daerah sangat bervariasi, baik ditinjau dari sektor usaha, skala usaha, maupun nilai penyertaan.
2. Pemerintah tidak melakukan monitoring secara efektif Semua perusahaan modal ventura yang diwawancarai Astra Mitra
Ventura, PMVD dan PNM Modal Ventura menjelaskan bahwa setiap 6 bulan sekali harus menyampaikan laporan perkembangan kegiatan usaha
kepada Departemen Keuangan. Permasalahannya, perusahaan modal ventura tidak memperoleh umpan balik dari instansi yang mengelola
laporan dimaksud. Paling tidak diduga ada dua faktor yang menyebabkan monitoring oleh instansi pemerintah tidak berjalan efektif, yaitu:
a Kapasitas sumber daya manusia terbatas dalam memberikan feed back.
b Sebagai dampak dari ketidakjelasan fokus pemerintah pada saat mendirikan perusahaan modal ventura mengakibatkan instansi
pemerintah yang bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan hanya melakukan aktivitas tidak lebih sebagai
pengumpul laporan dan tidak memahami laporan dimaksud akan dipergunakan lebih lanjut untuk apa.
3. Hambatan internal PMV a Persepsi PMV bahwa penyertaan kepada UKM sebagai misi sosial
Salah satu PMV yang dibangun oleh PT. Astra International pada awalnya dilakukan dengan pertimbangan untuk mengsukseskan
program pemerintah, yaitu kemitraan antara perusahaan besar dan
83
UKM. Implementasinya, penyertaan modal yang dilakukan perusahaan modal ventura dimaksud kepada UKM dilakukan dengan pendekatan
yang tidak komersial, atau dengan perkataan lain lebih dominan bantuan atau pemberian subsidi. Hal yang menarik, disadari oleh
pengelolanya bahwa dengan menggunakan pendekatan yang tidak komersial mengakibatkan kinerja pengembalian dari UKM yang
menjadi PPU tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dampak buruk dari penggunaan pendekatan pelaksanaan program ketimbang pendekatan
komersial semakin dirasakan sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi, sehingga sampai saat ini perusahaan modal ventura
dimaksud masih mengalami kerugian. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga dialami oleh PMVD,
utamanya yang menjadi persepsi dari pengelola PMVD generasi pertama. Wawancara yang dilakukan dengan pengelola PMVD dan PT.
Bahana Artha Ventura menunjukkan bahwa generasi pertama yang mengelola PMVD umumnya mempunyai persepsi bahwa pembiayaan
kepada UKM yang menjadi PPU lebih dominan sebagai wujud dari pelaksanaan tugas pemerintah dalam rangka memberikan kemudahan
penyediaan modal bagi UKM, akibat kesulitan UKM mengakses bank umum.
b Sumber daya manusia PMV tidak sesuai dengan penyertaan kepada UKM
84
UKM yang menjadi PPU dari PMV baik swasta atau BUMN sangat bervariasi. Hasil wawancara yang dilakukan dengan PT.
Bahana Artha Ventura secara jelas menggambarkan bahwa UKM yang memperoleh pembiayaan dari PMVD tersebar dari usaha
perorangan hingga kelompok, baik untuk skala usaha kecil dan menengah, maupun usaha mikro. Sektor usaha yang memperoleh
pembiayaan juga sangat bervariasi dari sektor pertanian hingga sektor jasa, baik di sektor formal maupun sektor informal. Beberapa PMVD
juga memberikan pembiayaan kepada usaha grass root, seperti pedagang kaki lima, pedagang eceran, petani, dan nelayan. Disamping
itu, nilai pembiayaan PMV juga sangat bervariasi, akan menimbulkan permasalahan kepada staf PMV yang akan melakukan due diligence
terhadap calon PPU. Berbeda dengan pembiayaan yang dilakukan bank,
pembiayaan yang dilakukan oleh PMV seharusnya tidak hanya dalam bentuk keuangan tetapi juga dalam bentuk jasa non keuangan, seperti
aspek produksi, pemasaran. Masalahnya, untuk memberikan paket tersebut kepada PPU yang dengan sektor yang sangat bervariasi dari
pertanian hingga jasa dan jumlah yang sangat banyak tentunya memerlukan staf dengan latar belakang yang sangat beragam dan
dalam jumlah yang banyak. Kenyataannya, berdasarkan wawancara dengan pengelola PMVD, jumlah staf PMVD yang ada saat ini
terbatas dan dengan latar belakang pengalaman sebagian besar
85
perbankan. Dalam kenyataannya dilapangan, ada juga beberapa PMVD yang bekerjasama dengan BDS dalam memberikan paket
bantuan non keuangan kepada UKM. Meskipun demikian, kegiatan monitoring dan pembinaan yang dilakukan perusahaan modal ventura
kepada PPU hanya dapat dilakukan dalam frekuensi yang terbatas, karena keterbatasan pegawai dan latar belakang yang dimiliki.
Menurut salah seorang pengelola PMVD, sampai saat ini di Indonesia tidak ada pendidikan tentang modal ventura. Kalaupun PT. Bahana
Artha Ventura telah melakukan beberapa pelatihan kepada Venture Capital Officer
VCO, tetapi hal ini hanya untuk staf dari PMVD. Akibatnya, PMVD terpaksa harus menerima staf dengan latar
belakang perbankan. Akibat keterbatasan pegawai dan latar belakang pegawai yang
ada mengakibatkan dilapangan paket pembiayaan yang diberikan PMV lebih banyak terkesan sebagai paket bantuan keuangan dan tidak
merupakan satu paket antara keuangan dan non keuangan seperti yang idealnya dilakukan oleh perusahaan modal ventura di beberapa negara.
Implikasinya pembiayaan dari PMV di lapangan tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan pembiayaan bank umum, yaitu hanya
memberikan pembiayaan keuangan, dan tidak cukup kuat untuk bantuan non keuangan. Lebih jauh, kondisi ini menyebabkan UKM
yang menjadi PPU tidak akan siap untuk memasuki pasar modal sebagai strategi “exit mechanism” yang umumnya dilakukan oleh
86
perusahaan modal ventura di beberapa negara. Dengan perkataan lain, perusahaan modal ventura yang seharusnya berfungsi sebagai
inkubator dalam mempersiapkan UKM untuk masuk ke pasar modal tidak akan terlaksana, karena ketidaksesuaian antara kemampuan
pegawai perusahaan modal ventura dengan sangat bervariasinya pembiayaan yang dilakukan perusahaan modal ventura saat ini.
4. Hambatan dari sisi UKM a UKM lebih familiar dengan konsep kredit
Idealnya, pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan modal ventura kepada UKM dilakukan dalam bentuk penyertaan modal
equity participation dan obligasi konversi. Namun dalam kenyataannya, hampir seluruh pembiayaan yang dilakukan perusahaan
modal ventura kepada UKM saat ini dalam bentuk pola bagi hasil, baik dalam bentuk revunue atau profit sharing. Pada awalnya penyertaan
kepada UKM dilakukan dalam bentuk partisipasi saham atau obligasi konversi. Permasalahannya, dari sisi UKM lebih familiar untuk
melakukan pembayaran setiap bulan seperti layaknya angsuran kredit dan jika pada akhir tahun penyertaan UKM harus mengembalikan
jumlah modal penyertaan atau obligasi konversi, maka UKM merasa terlalu berat untuk melakukan pembayaran sekaligus.
Akhirnya, meskipun pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyertaan modal atau obligasi konversi, tetapi untuk meringankan
87
beban UKM, maka pengembalian dilakukan per bulan, seperti yang dilakukan dalam membayar angsuran kredit dari bank.
Familiarnya konsep UKM terhadap kredit ketimbang equity participation juga disebabkan karena UKM tidak mengerti tentang
konsep equity participation dan obligasi konversi yang umumnya dilakukan oleh perusahaan modal ventura. Kondisi ini terjadi karena
sosialisasi mengenai konsep modal ventura terbatas hanya di tingkat propinsi. Seluruh perusahaan modal ventura yang ditemui menyatakan
bahwa pemahaman UKM yang berlokasi di kabupaten atau kota terhadap konsep modal ventura hampir tidak ada, dan umumnya
perusahaan modal ventura hanya dipandang sebagai lembaga pembiayaan alternative yang tidak mensyaratkan agunan. Dengan
perkataan lain, pengertian UKM terhadap konsep modal ventura sebagian besar adalah bahwa PMV merupakan lembaga pembiayaan
yang menyediakan pinjaman dengan tidak mensyaratkan agunan seperti yang dipersyaratkan bank.
b Kepemilikan usaha UKM lebih dominan sebagai usaha keluarga Idealnya UKM yang memperoleh penyertaan dari PMV adalah
mempunyai badan hukum dalam bentuk Perseroan Terbatas. Kondisi ini menjadi persyaratan mengingat penyertaan yang dilakukan oleh
PMV baik dalam bentuk saham atau obligasi konversi membutuhkan informasi kondisi keuangan yang transparan tentang pemisahan antara
keuangan keluarga dan keuangan perusahaan. Jadi secara jelas dapat
88
dipisahkan antara aset dan hutang keluarga dan perusahaan, sehingga penyertaan yang dilakukan perusahaan modal ventura dapat
diperhitungkan proporsinya dalam keuangan perusahaan yang memperoleh penyertaan.
Masalahnya, jika dilihat variasi nilai penyertaan yang dilakukan oleh perusahaan modal ventura antara Rp 500.000 hingga Rp 2 Milyar,
maka dapat diduga bahwa banyak UKM yang menjadi PPU tidak berbadan hukum PT dan menurut perusahaan modal ventura yang
ditemui adalah struktur kepemilikan usaha UKM yang menjadi PPU dominan adalah bisnis keluarga. Implikasi lain dari struktur
kepemilikan usaha bisnis keluarga, adalah adanya resistensi dari pemilik usaha untuk menerima penyertaan dari luar perusahaan,
apalagi sampai kondisi keuangan perusahaannya diketahui oleh perusahaan modal ventura sebagai calon investor. Disisi lain,
keterbukaan informasi dan transaparansi calon PPU menjadi persyaratan utama dalam due diligence yang dilakukan perusahaan
modal ventura. Implikasinya, dengan adanya “emotional attachment” yang sangat kuat melekat pada struktur kepemilikan usaha UKM yang
dominan sebagai usaha keluarga menyebabkan “ketidakrelaan” untuk memperoleh penyertaan dari perusahaan modal ventura, baik dalam
bentuk saham atau obligasi konversi. Kondisi ini yang kemudian menyebabkan UKM sepertinya tidak siap untuk menerima penyertaan
89
dari perusahaan modal ventura seperti yang umumnya dilaksanakan, dan lebih menyukai pola bagi hasil.
c Transparansi kondisi keuangan UKM dan validitas laporan keuangan UKM
Berbagai studi menunjukkan bahwa salah satu permasalahan yang dimiliki UKM di Indonesia adalah kelemahan manajemen, baik
dari sisi pengelolaan usaha maupun keuangan. Disisi lain, penyertaan yang idealnya dilakukan oleh perusahaan modal ventura dalam bentuk
equity participation mensyaratkan pengelolaan usaha yang baik dan
laporan keuangan yang transparan. Pengelolaan usaha yang baik menjadi persyaratan karena penyertaan yang dilakukan oleh
perusahaan modal ventura pada akhirnya diharapkan menghasilkan capital gain
yang tinggi. Sedangkan transparansi laporan keuangan menjadi sangat penting karena menurut peraturan pemerintah
penyertaan modal dari perusahaan modal ventura kepada UKM tidak boleh menjadi mayoritas dan untuk itu diperlukan penilaian yang
mensyaratkan potret dari kondisi keuangan calon PPU yang baik. Kelemahan dari aspek pengelolaan usaha dan transaparansi kondisi
keuangan menjadi sumber utama permasalahan pada saat perusahaan modal ventura akan melakukan audit sebagai rangkaian kegiatan dari
due diligence yang harus dilakukan sebelum melakukan penyertaan.
Konsep penyertaan modal dari sebuah perusahaan modal ventura kepada UKM juga tidak terbatas dalam dukungan finansial,
90
tetapi juga perusahaan modal ventura ikut berpartisipasi dalam manajemen PPU. Partisipasi perusahaan modal ventura dalam
manajemen PPU lebih banyak dalam bentuk sebagai komisaris, tetapi ada juga perusahaan modal ventura yang menempatkan salah seorang
stafnya di perusahaan yang menjadi PPU untuk melakukan kegiatan monitoring setiap hari. Berdasarkan wawancara dengan pengelola
perusahaan modal ventura, validitas data dan informasi yang diberikan oleh UKM sebagai calon PPU sangat rendah, sehingga untuk
melakukan penyertaan baik dalam bentuk equity atau obligasi konversi menjadi sulit dilakukan.
Kelemahan tersebut semakin menjadi lebih berat karena tidak semua UKM familiar dengan penggunaan komputer dalam penyusunan
laporan keuangan. Pada saat yang sama, bentuk monitoring yang umumnya dipergunakan perusahaan modal ventura mempergunakan
sistem yang seharusnya dioperasionalkan dengan menggunakan komputer. Sehingga yang terjadi adalah pola pencatatan yang
dipersyaratkan perusahaan modal ventura tidak familiar dengan kondisi UKM.
Meskipun modal ventura merupakan usaha yang beresiko tinggi namun beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk keberhasilan modal ventura,
yaitu:
104
1. Keuntungan merupakan prioritas tinggi
104
Dahlan Siamat II, Op.Cit, hlm. 581-582.
91
Sasaran utama modal ventura haruslah memaksimalkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan modal ventura dalam melakukan
investasi akan memperoleh keuntungan yang lebih menarik. Modal ventura yang berhasil adalah yang dapat menikmati keuntungan yang
diterima dari perusahaan pasangan usaha setelah divestasi. 2. Peraturan yang fleksibel
Ketentuan investasi dan operasi perusahaan modal ventura harus fleksibel sehingga arus modal dapat lebih lancar dalam memanfaatkan
setiap peluang. 3. Kualitas investasi
Akses pada peluang investasi yang berkualitas tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan modal ventura. Di samping itu,
keadaan perekonomian suatu negara ikut menjadi faktor pendukung kegiatan modal ventura, yang menciptakan peluang bagi sektor-sektor
usaha dan tersedianya entrepreneur yang handal. Perusahaan yang berada pada posisi atas, dengan prospek yang bagus dan dikelola secara baik,
merupakan pasangan usaha yang ideal untuk dibiayai. Namun untuk memperoleh akses pada perusahaan seperti ini sering mengalami kesulitan
karena alasan-alasan tertentu. Pertama, perusahaan yang berkualitas baik biasanya perusahaan keluarga, yang umumnya hampir tidak menghendaki
pembiayaan dalam bentuk penyertaan saham dari pihak luar. Kedua, pengusaha tidak tertarik menyerahkan sebagian sahamnya kepada orang-
orang luar karena dengan demikian, akan membuka kesempatan untuk ikut
92
campur menentukan kebijakan operasional perusahaan. Ketiga, perusahaan yang telah mapan sulit untuk diyakinkan mengenai nilai tambah yang
berkaitan dengan investasi modal ventura pada perusahaannya karena mereka yakin bahwa mereka sendirilah yang lebih mengetahui apa yang
terbaik bagi perusahaannya. 4. Perusahaan modal ventura harus memiliki keahlian manajerial
Pembiayaan modal ventura, berupa penyertaan modal saham, berbeda dengan pembiayaan dalam bentuk uang debt financing dalam
beberapa hal. Pembiayaan modal ventura tidak diikat dengan jaminan apa pun dari pasangan usaha dan tidak mendapatkan pendapatan bungan
sebagaimana halnya dengan kredit bank. Oleh karena itu, hasil yang diperoleh dari perusahaan modal ventura setelah waktu yang cukup lama
sangat tergantung pada kemampuan perusahaan untuk meningkatkan nilainya. Untuk itu, perusahaan modal ventura membutuhkan keahlian
khusus untuk menilai resiko dan keuntungan atas setiap peluang investasi. 5. Perusahaan modal ventura harus mampu menggunakan berbagai
instrument keuangan Pembiayaan modal ventura harus dapat memanfaatkan beberapa
instrumen keuanagan, misalnya saham biasa, saham preferen, danatau obligasi konversi dalam rangka mengoptimalkan investasinya. Instrumen
keuangan tersebut masing-masing memiliki karakteristik sendiri. Perusahaan modal ventura harus mampu memutuskan jenis instrumen
mana yang paling menjanjikan prospek keuntungan untuk suatu investasi.
93
Berbagai alasan yang dapat dikemukakan bahwa prospek modal ventura pada masa yang akan dating cukup cerah, antara lain:
105
1. Trilogi pembangunan sebagai salah satu kebijakan pembangunan nasional dengan dimensi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, pada
gilirannya akan memacu perkembangan usaha kecil dan menengah dengan pesat. Namun demikian perkembangan ini harus diikuti
bersamaan dengan pemerataan hasil pembangunan. Modal ventura dengan kelebihannya melakukan penyertaan modal tanpa jaminan dan
memberikan bimbingan manajemen dan akses pemasaran diharapkan akan mampu mewujudkan pemerataan dan penguatan usaha kecil dan
menengah yang pada akhirnya dapat mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan memantapkan stabilitas nasional.
2. Kebijakan kemitraan usaha dengan usaha kecil dan usaha menengah diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran mengenai tanggung jawab
sosial dan korporasi. Kondisi semacam ini akan mendorong pengusaha besar untuk melakukan investasi pada perusahaan modal ventura
selanjutnya perusahaan modal ventura akan melakukan penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usaha.
3. Kecenderungan pertumbuhan perusahaan modal ventura yang semakin pesat pada akhir-akhir ini memberikan iklim yang kondusif bagi
pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta sektor perdangan yang semakin kuat yang memerlukan pendanaan yang cukup besar.
105
Sri Redjeki Hartono, Aspek Hukum Kegiatan Perusahaan Modal Ventura, Jakarta: Laporan Hasil Penelitian, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman,
19951996, hlm. 34.
94
Dari seluruh rangkaian kebijaksanaan pemerintah dalam rangka pemberdayaan usaha kecil dan menengah di Indonesia, dapat terlihat bahwa
pemerintah memberikan dukungan penuh kepada pengusaha kecil dan menengah untuk maju. Akan tetapi, upaya pemerintah ini tidak akan berhasil tanpa didukung
oleh semua pihak untuk mensukseskan komitmen politik pemerintah. Apalagi di tengah sulitnya kondisi keuangan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat
internasional. Salah satu cara untuk dapat membantu program pemerintah ini adalah melalui usaha pembiayaan modal ventura. Alternatif pembiayaan ini
sejalan dengan jiwa komitmen pemerintah, yaitu adanya pola kemitraan antara perusahaan modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha sebagai mitra
binaannya.
106
Adanya sasaran yang selalu diminati oleh perusahaan modal ventura, sudah selayaknya pengusaha kecil menjadikan modal ventura sebagai salah satu
alternatif pembiayaan untuk mengembangkan usaha, dikarenakan kecocokan awal sudah ada serta tinggal bagaimana mengolahnya menjadi kesatuan yang saling
membutuhkan dan menguntungkan.
106
Budi Rachmat, Op.Cit, hlm. 111.
95
BAB IV POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL