Aspek Yuridis Pola Kemitraan Antara Pengusaha Kecil Dengan Perusahaan Modal Ventura Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil

(1)

ASPEK YURIDIS POLA KEMITRAAN ANTARA

PENGUSAHA KECIL DENGAN PERUSAHAAN MODAL

VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA

KECIL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

IRSAN CIPUTRA

100200181

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ASPEK YURIDIS POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL DENGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING

USAHA KECIL SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH: IRSAN CIPUTRA

NIM : 100200181

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui,

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha, S.H., M.Hum. NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. Ramli Siregar, S.H.,M.Hum. NIP :19590511198601101 NIP : 195303121983031002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Aspek Yuridis Pola Kemitraan Antara Pengusaha Kecil Dengan Perusahaan Modal Ventura Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil

ABSTRAK Irsan Ciputra*1 Budiman Ginting**

Ramli Siregar***

Usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan usaha kecil. Pengembangan UMKM selalu dihadapkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan permodalan dan manajemen. Kendala akses modal dari perbankan membuat UMKM memilih alternatif pembiayaan Modal Ventura. Modal Ventura adalah pembiayaan yang high risk dan sangat mungkin terjadi kegagalan usaha perusahaan pasangan usaha (UMKM). Seiring dengan berkembangnya kendala-kendala tersebut, muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai peraturan yang mengatur tentang keberadaan lembaga pembiayaan modal ventura di Indonesia, kemudian juga tentang eksistensi lembaga pembiayaan modal ventura sebagai alternatif pembiayaan dalam membiayai usaha kecil. Selain itu, muncul juga pertanyaan mengenai aspek perjanjian kerjasama antara lembaga pembiayaan modal ventura dengan perusahaan kecil dalam suatu pola kemitraan.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis secara normatif kualitatif.

Pada umumnya, unsur-unsur dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara lembaga pembiayaan modal dengan perusahaan yang dibiayainya di Indonesia seperti lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura, dan UKM berpedoman pada PerPres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, PerMenKeu Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, dan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang UKM, serta beberapa ketentuan-ketentuan hukum lain yang terkait. Persoalan utama bagi UMKM adalah modal, manajemen, dan teknologi. Adapun kriteria legal atas Perusahaan Pasangan Usaha haruslah berbadan hukum. Pembiayaan Modal Ventura termasuk dalam kategori High Risk Capital maka Perusahaan Modal Ventura harus selalu mengacu pada prinsip kehati-hatian dan selektif dalam memilih mitra usaha agar kegagalan dalam bermitra dapat dikurangi. Bagi pelaku UMKM dituntut untuk meningkatkan jiwa

entrepreneurship-nya khususnya dalam menghadapi persaingan global.

Kata Kunci: Kemitraan, Modal Ventura, Usaha Kecil       

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat yang telah diberikan-Nya selama ini, sehingga Penulis bisa menyelesaikan karya tulis skripsi ini dengan baik dan benar. Penulisan Skripsi yang berjudul: Aspek Yuridis Pola Kemitraan Antara Pengusaha Kecil Dengan Perusahaan Modal Ventura Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil adalah untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca skripsi ini. Kelak dengan adanya saran dan kritik tersebut, maka penulis akan dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan berkualitas, baik dari segi substansi maupun dari segi cara penulisannya.

Secara khusus, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua Penulis yang telah membesarkan, mendidik, dan mendukung Penulis hingga bisa menyelesaikan pendidikan formal Strata Satu (S1) ini.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah mengelola dan menyelenggarakan kegiatan universitas sesuai dengan visi dan misi USU.


(5)

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta membina tenaga pendidik dan mahasiswa di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah banyak membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

4. Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H., M.Hum., DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah banyak membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum.

5. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah banyak membantu Dekan dalam pelaksanaan kegiatan di bidang pembinaan dan pelayanan kesejahteraan mahasiswa.

6. Ibu Windha, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala saran dan kritik yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.


(6)

7. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Departemen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan dalam perkuliahan.

8. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi dan Dosen Pembimbing I. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi dan Dosen Pembimbing II. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan, kritikan, saran, bimbingan, dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

10. Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Orang tua Penulis yang telah menjadi semangat dan faktor pendorong bagi Penulis dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

12. Seluruh teman Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stanbuk 2010 yang selalu bersama Penulis dalam suka maupun duka pada saat menjalani masa perkuliahan.

13. Gracious KP, Zepryanto P. Saragih, Michael Timothy, Julia, Derrie Chandra, Frenky, Septha Lidya Purba, dan sahabat-sahabat seperjuangan dari Grup A Fakultas Hukum USU stambuk 2010 yang lain.


(7)

14. Abang dan kakak kelas serta adik-adik kelas Penulis di Fakultas Hukum USU yang lain.

Medan, 18 September 2014 Penulis

Irsan Ciputra NIM: 100200181


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA A. Landasan Hukum dan Karakteristik Modal Ventura ... 23

1. Pengertian modal ventura ... 23

2. Landasan hukum modal ventura ... 28

3. Karakteristik modal ventura ... 32

4. Tujuan dan manfaat modal ventura ... 36

B. Bentuk-bentuk Pembiayaan Modal Ventura ... 40

C. Konsep Kelembagaan dan Mekanisme Modal Ventura ... 47

BAB III EKSISTENSI MODAL VENTURA SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN BAGI PENGUSAHA KECIL A. Tinjauan Umum Terhadap Usaha Kecil (Perusahaan Kecil) ... 51

B. Mekanisme Operasional Perusahaan Modal Ventura Dalam Membiayai Perusahaan Kecil ... 56


(9)

C. Kelebihan dan Kelemahan Perusahaan Modal Ventura Dalam Melakukan Pembiayaan Terhadap Perusahaan

Kecil ... 65 D. Prospek Perusahaan Modal Ventura Dalam

Membiayai Perusahaan Kecil ... 70

BAB IV POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL

DENGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL

A. Kedudukan Hukum Pengusaha Kecil dan Perusahaan Modal Ventura Dalam Pola Kemitraan ... 85 1. Konsep kemitraan dalam perjanjian kerjasama

antara pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura ... 85 2. Unsur-unsur Perjanjian dalam penyertaan dana

modal ventura terhadap perusahaan pasangan usaha dalam pola kemitraan ... 89 3. Kedudukan para pihak dalam pola kemitraan ... 93 B. Bentuk Penyertaan Modal Dari Perusahaan Modal

Ventura Kepada Perusahaan Pasangan Usaha Dalam Pola Kemitraan ... 96 C. Akibat Hukum Berakhirnya Perjanjian Kerjasama

Antara Pengusaha Kecil Dengan Perusahaan Modal

Ventura Dalam Pola Kemitraan ... 105 1. Penyebab kegagalan usaha perusahaan pasangan

usaha ... 105 2. Akibat hukum apabila terjadi kegagalan usaha


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 115 B. Saran ... 117


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai dibicarakan di berbagai forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya pembicaraan masalah ini disebabkan, salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara adalah dari kemajuan ekonominya dan tulang punggung dari kemajuan ekonomi, adalah dunia bisnis.2 Dengan semakin berkembangnya aktivitas bisnis dewasa ini, maka keperluan akan modal atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat. Oleh karenanya, sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau masyarakat perlu diperluas.3

Bagi seorang pelaku usaha, kebutuhan dana diibaratkan sebagai urat nadi dalam kehidupan seseorang yang tidak pernah berhenti dan merupakan kunci utama kebutuhan dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Seorang pelaku usaha memang dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memperoleh kucuran dana bagi pengembangan usahanya. Sementara di sisi yang lain, ada pelaku usaha ataupun perusahaan yang justru memiliki kelebihan dana sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pengembangan usaha atau investasi lainnya.

Dana memang dibutuhkan baik untuk perusahaan yang baru berkembang, maupun yang sudah berjalan bertahun-tahun. Yang memegang peranan sangat

       2

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 1.

3

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 45. 


(12)

penting dalam memenuhi akan kebutuhan dana, adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang keuangan atau yang disebut sebagai lembaga keuangan, di mana kegiatan utamanya adalah membiayai permodalan suatu bidang usaha, di samping usaha lain, seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Selain itu kegiatan lembaga keuangan tidak terlepas dari jasa keuangan.

Dalam prakteknya, lembaga keuangan digolongkan ke dalam 2 (dua) golongan, yaitu:4

a) Lembaga keuangan bank, merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Tetapi lembaga keuangan bank tersebut ternyata tidak cukup memadai untuk menanggulangi berbagai keperluan dana dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan jangkauan penyebaran kredit, keterbatasan sumber dana, dan keharusan memberlakukan prinsip bernuansa “konservatif” prudent banking yang sangat heavily

regulated; dan

b) Lembaga keuangan lainnya (lembaga pembiayaan).

Bank lebih tertarik memberikan kredit kepada pengusaha berskala menengah dan besar yang pada umumnya memilki manajemen yang lebih baik serta jaminan kredit yang lebih pasti, di samping adanya kecenderungan bankbank untuk memberikan kredit dengan porsi yang lebih besar kepada kelompoknya       

4

Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, selanjutnya disingkat Munir Fuady I), hlm. 2.


(13)

sendiri. Sementara usaha kecil (usaha mikro) kurang memperoleh dukungan finansial, sehingga semakin sulit untuk berkembang, apalagi bersaing dalam persaingan pasar yang semakin kompetitif. Akibatnya para pengusaha kecil selalu dalam kondisi kekurangan modal.5

Usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan usaha kecil. Peranan usaha kecil terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

Kendala utama pengembangan Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah persoalan permodalan, manajemen dan teknologi. Untuk persoalan permodalan, UMKM sering mengalami kendala untuk mengakses pinjaman melalui jalur perbankan khususnya berkaitan dengan ketidakmampuannya dalam memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan perbankan. Kesulitan masyarakat mengakses dana dari bank ini disebabkan antara lain jangkauan persebaran kredit bank yang belum merata, keharusan bank menerapkan prinsip prudent banking, keharusan debitur untuk menyerahkan jaminan, dan terbatasnya kemampuan permodalan bank sendiri.6

       5

Hasanuddin Rahman, Segi-Segi Hukum dan Manajemen Modal Ventura Serta Pemikiran Alternatif Ke Arah Model Modal Ventura Yang Sesuai Dengan Kultur Bisnis Di Indonesia. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 11.

6


(14)

Hal ini dapat dilihat dari pendapat Sandiaga Uno (Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) yang menyatakan ;7

“Ada sebuah ketidakadilan terhadap Debitur UMKM. Kalau debitur kecil tidak mampu bayar hutang asetnya langsung disita oleh bank, padahal kredit yang mengucur untuk debitur UMKM sebelum krismon tahun 1997-1998 hanya sekitar 20 %. Sebagian besar porsi kredit perbankan dinikmati oleh konglomerat.”

Saat ini, pemerintah telah mengucurkan kredit mikro tanpa agunan melalui Bank-bank Pemerintah dalam bentuk Kredit usaha rakyat (KUR) untuk membantu mengatasi persoalan modal bagi UMKM. Program KUR selain digulirkan oleh Bank BUMN seperti Bank Mandiri, BNI, BTN juga oleh 2 (Dua) Bank Swasta yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bukopin. KUR adalah kredit modal kerja dan atau investasi dengan plafond kredit sampai dengan Rp 500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil, dan koperasi yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat pinjaman dari perusahaan penjaminan.8

Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Pemerintah melakukan upaya:9

a) Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank

       7

Iswi Hariyani, Hapus buku & Hapus Tagih Kredit macet Debitur UMKM di Bank BUMN, (Surabaya: Bina Ilmu, 2008), hlm. 4.

8

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, http:// usaha.umkm.blog.com (diakses tanggal 28 Juni 2014).

9

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, BAB VI, Pasal 20.


(15)

b) Pengembangan lembaga modal ventura c) Pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang

d) Peningkatan kerjasama antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil melalui koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional dan syariah

e) Pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Lebih lanjut Pasal 23 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa untuk meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil terhadap sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pemerintah dan Pemerintah Daerah:10

a) Menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jaringan lembaga keuangan bukan bank

b) Menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit

c) Memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan.

Beberapa hasil studi tentang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sering mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan daya saing UKM menghadapi kendala berupa akses terhadap permodalan dan tingginya biaya untuk memperoleh kredit. Di beberapa negara, karena kompetisi di sektor perbankan terbatas, bank tidak mempunyai tekanan untuk mengembangkan penyaluran kreditnya kepada UKM. Disisi lain, UKM menghadapi kendala untuk mengakses lembaga keuangan       

10

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, BAB VII, Pasal 23.


(16)

karena tingginya resiko dan biaya transaksi. Perbankan menghadapi kendala karena kekurangan informasi tentang UKM, kesulitan dalam melaksanakan kontrak (akibat lemahnya sistem hukum dan system pengadilan yang tidak efisien), dan kekurangan instrumen untuk mengelola resiko. Strategi untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada UKM dengan prinsip pasar adalah mengurangi resiko dan biaya transaksi, meningkatkan kapasitas lembaga perbankan, dan meningkatkan tekanan persaingan dari lembaga perbankan untuk melihat pasar UKM menguntungkan dan berkelanjutan. Termasuk dalan strategi ini adalah mengembangkan lembaga keuangan alternatif, termasuk modal ventura dan sewa guna usaha.11

Dalam hal untuk mendukung perkembangkan usaha kecil ini, maka dibentuklah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura yang mana di dalam Pasal 3 menyebutkan bahwa kegiatan usaha Perusahaan Modal Ventura (PMV) bertujuan untuk:12

a) pengembangan sautu penemuan baru;

b) pengembangan perusahaan atau UMKM yang pada tahap awal usahanya mengalami kesulitan dana;

c) pengembangan perusahaan atau UMKM yang berada pada tahap pengembangan;

       11

Rogier van Den Brink, Strengthening the Capacity of SMEs to Venture into the Export Market, Conference on Business Opportunities for SMEs in the SADC, Zimbabwe, September 20-21. Hal yang sama dapat dilihat dalam Background Report ADB SME Development TA, Strategies To Enhance Market Based Lending To SME (Bahasa Indonesia), Andi Ikhwan dan Wolfram Hiemann (Juli 2001).

12

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, BAB II, Pasal 3.


(17)

d) pengembangan perusahaan atau UMKM yang berada dalam tahap kemunduran usaha;

e) pengembangan proyek penelitian dan rekayasa;

f) pengembangan penggunaan berbagai teknologi baru dan alih teknologi baik dari dalam maupun luar negeri; dan/atau

g) membantu pengalihan kepemilikan perusahaan.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka untuk dapat lebih mengetahui pola kerja sama yang dilakukan antara pengusaha kecil dan perusahaan modal ventura maka perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membuat penelitian yang berjudul ASPEK YURIDIS POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL DENGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan modal ventura sebagai lembaga pembiayaan di Indonesia?

2. Bagaimanakah eksistensi modal ventura dapat menjadi alternatif lembaga pembiayaan bagi pengusaha kecil?


(18)

3. Bagaimanakah pola kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura dalam meningkatkan daya saing usaha kecil?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian memiliki tujuan yang akan dicapai dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui pengaturan modal ventura sebagai lembaga pembiayaan di Indonesia

b) Untuk mengetahui eksistensi modal ventura sebagai alternatif lembaga pembiayaan bagi pengusaha kecil

c) Untuk mengetahui pola kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura dalam meningkatkan daya saing usaha kecil

2. Manfaat Penelitian

Bertitik tolak pada rumusan masalah yang dikemukakan, manfaat dari penelitian ini adalah :

a) Secara teoritis

1. Sebagai bahan informasi dan tambahan bagi para akademisi maupun sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan


(19)

2. Menambah khasanah kepustakaan, khususnya dalam hukum pembiayaan.

b) Secara praktis

1. Memberikan informasi dan menambah wawasan pemikiran bagi masyarakat tentang pemberian modal ventura sesuai dengan ketentuan mengenai lembaga pembiayaan.

2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan bagi para pihak yang terkait dalam pola kemitraan antara pengusaha kecil sebagai perusahaan pasangan usaha dengan perusahaan modal ventura.

3. Bermanfaat bagi masyarakat luas yang berkepentingan berupa masukan mengenai pelaksanaan perjanjian kemitraan antara pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul ASPEK YURIDIS POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL DENGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL, belum pernah ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya.


(20)

Dengan demikian, maka dari segi keilmuan penelitian ini dapat dikatakan asli, sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan obyektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Keberadaan modal ventura dalam tatanan bisnis Indonesia diawali dengan dikeluarkannya peraturan yang mengatur tentang lembaga pembiayaan, yakni Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yang dikeluarkan tanggal 20 Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 yang dikeluarkan tanggal 20 Desember 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua peraturan tersebut kemudian dikenal atau disebut dengan Paket Desember 1988. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 kemudian diganti dengan keluarnya Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

Kemudian, pada tahun 1995 keluar Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 469/KMK.017/1995 tentang Pendirian dan Pembinaan Usaha Modal Ventura. Dan yang terakhir pada tahun 2012 keluar Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura. Dengan demikian, maka Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 dan


(21)

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.017/1995 dinyatakan dicabut dan sudah tidak berlaku lagi.

Praktik modal ventura sendiri diakui oleh Bank Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari adanya Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Undang-Undang Pokok Perbankan. Pengaturan mengenai kredit macet di dalam undang-undang tersebut membenarkan bank untuk menyertakan modalnya ke dalam perusahaan debitur, dengan ketentuan bahwa sampai jangka waktunya berakhir bank tersebut akan menarik kembali penyertaan modal tersebut. Kemiripan inilah yang mendasari bahwa modal ventura diakui oleh Bank Indonesia.

Pengertian Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) menurut Pasal 1 Angka 3 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan jo Pasal 1 Angka 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.13 Selanjutnya, berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, yang dimaksud dengan Perusahaan Pasangan Usaha adalah perusahaan atau Usaha Mikro, Kecil, dan

       13

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, BAB I, Pasal 1 Angka 2.


(22)

Menengah yang menerima bantuan pembiayaan dan/atau penyertaan dari Perusahaan Modal Ventura.14

Yang dimaksud dengan Pembiayaan menurut Pasal 1 Angka 11 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 jo Pasal 1 Angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.15

Adapun Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 menegaskan bahwa yang termasuk dalam kategori Lembaga Pembiayaan meliputi:16

a) perusahaan pembiayaan; b)perusahaan modal ventura; dan c) perusahaan pembiayaan infrastruktur.

Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan ini dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan surat sanggup bayar. Oleh karena itu, lembaga pembiayaan juga

       14

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, BAB I, Pasal 1 Angka 3.

15

Republik Indonesea, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah, BAB I, Pasal 1 Angka 7.

16

Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Republik Indonesia, BAB II, Pasal 2.


(23)

berperan sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang perekonomian nasional.17

Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu risiko yang tinggi namun memberikan imbal hasil yang tinggi pula. Modal ventura saat ini dibutuhkan di dalam perekonomian Indonesia terutama untuk usaha kecil. Bentuk-bentuk usaha tersebut sering sekali mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya, namun mereka tidak dapat menerima kredit dari bank karena pada umumnya bentuk-bentuk usaha tersebut belum berbentuk badan hukum.

Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 menyebutkan kegiatan usaha Perusahaan Modal Ventura (PMV) meliputi penyertaan saham (equity participation), penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quatie equity participation), dan pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha (profit/revenue sharing). Kegiatan-kegiatan usaha tersebut menjadi bentuk-bentuk penyertaan modal yang dipakai oleh PMV di dalam pemberian modal ventura, namun di dalam praktik pelaksanaan modal ventura di Indonesia bentuk-bentuk penyertaan tersebut terbagi menjadi 2 (dua) bentuk penyertaan modal, yaitu penyertaan langsung (direct investment) dan penyertaan tidak langsung (indirect investment).18

Penyertaan langsung adalah pola pembiayaan yang dilakukan oleh PMV dengan cara memberikan pembiayaan langsung kepada Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) yang sudah/akan berbentuk badan hukum dengan bertindak sebagai       

17

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 5. 

18

Budi Rachmat, Modal Ventura: Cara Mudah Meningkatkan Usaha mikro, kecil dan menengah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 31-33.


(24)

salah satu pemegang saham di PPU.19 Penyertaan tidak langsung yaitu penyertaan modal oleh PMV pada PPU tidak dalam bentuk modal saham (equity), tetapi dalam bentuk obligasi konversi (convertible bond) atau bagi hasil (profit sharing).20 Obligasi konversi (semi equity financing) diartikan sebagai bentuk pembiayaan yang pada awalnya dalam bentuk hutang piutang yang kemudian nantinya dikonversikan menjadi saham.21 Pola pembiayaan bagi hasil (profit and loss sharing) adalah bentuk penyertaan oleh PMV yang didasarkan pada prinsip-prinsip bagi hasil dalam suatu usaha bersama antara PMV dan PPU.22

Namun perlu diingat prinsip bagi hasil yang diterapkan di dalam perjanjian modal ventura berbeda dengan prinsip bagi hasil yang diketahui umumnya di dalam masyarakat. Di dalam perjanjian pembiayaan modal ventura, bagi hasil yang diterapkan adalah prinsip bagi hasil yang ditentukan oleh PMV secara sepihak berdasarkan laporan keuangan PPU.

Meskipun ada beberapa bentuk penyertaan modal yang ditawarkan oleh PMV, namun dalam praktiknya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil yang banyak dilakukan. Dipilihnya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil ini disebabkan oleh latar belakang kondisi PPU dan faktor keterbatasan dari PMV. PPU pada umumnya merupakan usaha mikro, kecil dan menengah bentuk usahanya sebagian besar usaha perseorangan dan belum berbadan hukum. Dengan bentuk badan usaha yang demikian, PMV tidak mungkin untuk melakukan penyertaan modal dalam bentuk saham atau obligasi konversi. Di sisi lain, PMV       

19

Sunaryo, Op. Cit., hlm. 33.

20

Ibid., hlm. 31.

21

Ibid., hlm. 34.

22


(25)

juga akan kesulitan mengingat masih adanya keterbatasan-keterbatasan, baik dari segi kemampuan dana maupun dari segi sumber daya manusianya, yang akan ditempatkan pada manajemen PPU.23

Sebagai lembaga bisnis, usaha modal ventura tentu saja berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang besar mengingat usaha ini mempunyai tingkat risiko yang tinggi (high risk capital). Meskipun demikian, bukan berarti usaha modal ventura ini tidak mempunyai misi humanistik (humanistic institution), yaitu lembaga penolong bagi usaha lemah agar dapat mengembangkan usahanya.

Pada umumnya, investasi ini dilakukan dalam bentuk penyertaan modal secara tunai yang dilakukan dengan sejumlah saham pada perusahaan pasangan usaha. Kebanyakan dana ventura ini berasal dari sekelompok investor yang mapan keuangannya, bank investasi dan institusi keuangan lainnya yang melakukan pengumpulan dana ataupun kemitraan untuk tujuan investasi. Penyertaan modal yang dilakukan oleh perusahaan modal ventura kebanyakan dilakukan terhadap perusahaan yang baru berdiri sehingga belum memiliki riwayat operasional yang dapat menjadi catatan guna memperoleh suatu pinjaman.24

Pembiayaan dengan pola modal ventura juga masih menimbulkan beberapa persoalan apabila dicermati dari sudut pandang pengembangan UMKM terutama bagi perusahaan pasangan usaha. Hal ini disebabkan dalam praktik, apabila perusahaan menunjukkan gejala kegagalan, perusahaan yang bersangkutan

       23

Ibid, hlm. 35-36.

24

“Modal Ventura”, http://id.wikipedia.org/wiki/Modal_ventura (diakses tanggal 30 Juni 2014). 


(26)

cenderung diambil alih (take over) atau dilikuidasi oleh Perusahaan Modal Ventura (PMV).25

Berbagai negara yang kini tergolong atau disebut sebagai negara industri maju, ternyata pada awalnya mulai membangun negara dan masyarakatnya dengan ditopang oleh usaha kecil. Bahkan negara tetangga kita di kawasan Asean, Malaysia dan Thailand, yang juga merupakan calon atau bahkan sudah menjadi ‘macan muda', kegiatan usaha kecil begitu meluas dan merata di berbagai lini kehidupan masyarakat sebagai sumber utama penopang perekonomian negara-negara tersebut. Memetik pengalaman dari negara-negara-negara-negara tersebut akan sangat disayangkan bila kehidupan kalangan usaha kecil di Indonesia, yang juga memiliki potensi besar untuk turut memajukan negara dan masyarakatnya, tidak diperhatikan. Oleh karena itu berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pengusaha kecil telah banyak ditakukan, bukan saja oleh Pemerintah, namun juga oleh elemen ekonomi lainnya, baik BUMN ataupun sektor usaha besar.

Dari semua itu, terdapat komitmen kerja sama yang lebih dikenal dengan 'kemitraan' didasarkan pada pertimbangan pemerataan yang mutuatistis (saling menguntungkan). Konsep kemitraan itu sendiri secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 model, yaitu:26

1. Kerja sama keterkaitan hulu-hilir (fonrard linkage), di mana sektor usaha kecil yang menghasilkan produk sektor primer (pertanian, perkebunan, petemakan dan perikanan) dapat menjadi pemasok perusahaan industri maupun jasa (misalnya restoran atau hotel).       

25

Sunaryo, Op.Cit, hlm. 27.

26

Hamfri Djajadikerta, Mengangkat Usaha Kecil Dengan Modal Ventura, (Jakarta: Bina Ekonomi, 1997), hlm. 18.


(27)

Dengan cara ini pengusaha kecil dapat memiliki "captive market” yang dapat diandalkan, sehingga tidak disibukkan dengan persoalan pemasaran prduk dan tidak dimanfaatkan oleh tengkulak. Dengan kerja sama hulu hilir semacam ini, slabilitas pendapatan usaha kecil lebih terjamin.

2. Kerja sama hilir-hulu (backwad-linkage), di mana inisiatif pertama muncul dari perusahaan besar. Mereka menunjuk sektor usaha kecil sebagai pemasok kebutuhan bahan mentah atau suku cadang secara terus menerus dengan menentukan standar atau kriteria tertentu mengenai barang yang diinginltannya. Harga ditentukan berdasarkan kesepakatan kemitraan. Model ini dapat menghindari sikap monopoli pengusaha besar yang ingin menguasai kegiatan deri hulu ke hilir, mulaidari penyediaan bahan baku, produksi hingga pemasarannya. 3. Kerja sama kepemilikan saham, di mana dapat dilakukan dengan cara

memberikan prioritas penjualan saham 'go public' pada pengusaha kecil atau koperasi dengan kepemitikan secara bertahap ditingkatkan sampai wakil dari pengusaha kecil/koperasi tersebut dapat diangkat sebagaidewan komisaris yang dapat ikut berperan menentukan kebijakan usaha.

4. Kerja sama Bapak-Anak Angkat, dengan titik berat keharusan membina dan turut serta menjamin kelangsungan hidup sesama mitra usaha. Bentuk kemitraan ini menjadi tanggung jawab sosial perusahaan besar di suatu tempat.


(28)

Pengertian Kemitraan berdasarkan Pasal 13 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 jo Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.27 Kemitraan tersebut dapat dilaksanakan dengan pola:28

a) Inti-plasma b) Subkontrak c) Waralaba

d) Perdagangan umum e) Distribusi dan keagenan

f) Bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti: bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan (joint venture), dan penyumberluaran

(outsourching).

Model kemitraan seperti disebutkan di atas, masih mengandung berbagai kelemahan yang ditimbulkan oleh berbagai pihak yang terlibat. Dari sektor usaha kecil , kelemahan terletak padi kurangnya kemampuan manajemen, masih rendah tingkat kedisiplinan dalam memenuhi komitmen kemitraan, keinginan untuk terus di'manja', dan mungkin juga masih dilapisi rasa curiga terhadap kejujuran       

27

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah BAB I, Pasal 1 Angka 4.

28 

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah BAB III, Paragraf 12, Pasal 29 Ayat (1) dan Ayat (4). 


(29)

pengusaha besar misalnya dalam penentuan kualitas atau harga. Sebaliknya dari sisi pengusaha besarpun masih ada rasa lebih dominan dan perasaan sombong dapat memilih mita usahanya yang dianggap paling menguntungkan dan sering kurang adil dalam komitmen saling menguntungkan misalnya dalam menentukan standar mutu, harga dan volume. Di pihak lain , kadang-kadang terdapat pihak ketiga yang dapat mengacaukan konsep kemitraan tadi untuk keuntungannya sendiri, misalnya tengkulak yang sering mengobral janji dan mempermainkan harga.29

Akibat dari semua itu, upaya pemilik modal (pengusaha besar) dalam membantu mitra kerjanya, yang cenderung mengandalkan cara 'tricle down effect' (dampak yang menetes ke bawah), belum dapat menyeimbangkan kecepatan pertumbuhan. Pertumbuhan perusahaan menengah dan kecil cenderung lebih lamban, sehingga masih juga tertinggal.

Dalam hal PMV, proses transformasi akan melibatkan PMV dan PPU. Hubungan kedua pihak ini sangat berbeda dengan karakteristik hubungan antara pihak bank dan pihak perusahaan sehingga naik turunnya tingkat bunga tidak bisa digunakan sebagai acuan untuk instrumen transaksi. Oleh karena itu, guna menjaga kesinambungan kerja sama usaha antara kedua pihak sangatlah ditentukan oleh perilaku (behaviour) pihak-pihak yang terlibat baik secara personal antar pemegang saham, antara pemegang saham dan PMV, antara pemegang saham dan pengelola calon PPU, ataupun antar perusahaan tersebut.30

       29

Ibid, hlm. 18-19.

30


(30)

Potensi timbulnya permasalahan tersebut menunjukkan bahwa perikatan kerja sama usaha modal ventura adalah berisiko tinggi terutama oleh sikap oportunistik pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, kerjasama dalam PMV seharusnya dilakukan dalam sebuah perjanjian yang mengikat kedua belah pihak lengkap dengan segala konsekuensi hukumnya sehingga diharapkan dapat menghindari atau paling tidak meminimalisir risiko yang mungkin timbul. Perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak harus dapat melindungi kepentingan PMV dan PPU secara berimbang meski posisi PMV sebagai pihak yang menyediakan fasilitas modal dan tenaga ahli, yang berhadapan dengan PPU sebagai pihak yang membutuhkan fasilitas modal pembiayaan dan tenaga ahli.31

Karakteristik pengelolaan modal ventura yang demikian berbeda dengan pengelolaan pembiayaan modal lainnya membuat keberhasilan pengelolaan modal ventura akan sangat ditentukan oleh proses transformasi dalam mekanisme suatu organisasi. Dalam kaitan ini, informasi sangatlah penting, dan informasi yang asimetrik akan terjadi apabila salah satu pihak menguasai informasi yang lebih banyak. Proses transformasi tersebut kemudian akan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan.32

F. Metode Penelitian

Adapun yang menjadi metode penelitian dalam karya ilmiah ini adalah: 1. Jenis Penelitian

       31

Ibid

32

Wibowo Tunardy, “Aspek Hukum Pembiayaan Modal Ventura Bagi Usaha Agribisnis Studi Kasus di Kota Tarakan”, http://jurnalskripsitesis.wordpress.com/2008/07/27/aspek-hukum-pembiayaan-modal-ventura-bagi-usaha-agribisnis-studi-kasus-di-kota-tarakan/ (diakses tanggal 30 Juni 2014).


(31)

Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu dengan meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundang-undangan dan bahan hukum lainnya.33

Sifat penelitian penulisan ini yaitu deskriptif analitis. Bersifat deskriptif maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analitis dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.34

1. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan. Berdasarkan kekuatan mengikatnya, bahan hukum untuk memperoleh data terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

1) Bahan hukum primer adalah hukum yang mengikat dari sudut norma dasar, peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan.35 Perpres No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Kepmenkeu No.       

33

Ibrahim Johni, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayu Media Publishing, 2005), hlm. 336.

34

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, (Bandung: Alumni, 1994), hlm. 101.

35

Soerjono Soekanto dan Sri Mulyadi, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tujuan Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 55.


(32)

468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, Permenkeu No. 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, dan UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer36 yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, pendapat pakar hukum yang erat kaitannya dengan obyek penelitian.

3) Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hokum primer dan sekunder,37 seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah, kamus umum dan kamus hukum, surat kabar, internet serta makalah-makalah yang berkaitan dengan obyek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hokum       

36

Ibid

37


(33)

primer, sekunder dan tersier,38 yaitu buku-buku, majalah-majalah, tulisan dan karangan ilmiah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Di samping itu juga digunakan studi dokumentasi yaitu cara memperoleh data melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.39

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menginventarisasi peraturan perundang-perundangan yang terkait dengan persoalan yang menjadi obyek kajian. Data yang terkumpul akan diidentifikasikan kemudian dilakukan penganalisisan secara kualitatif berupa pembahasan, antara berbagai data sekunder yang terkait dengan berbagai peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang telah diinventarisir dan pada tahap  akhir  akan  ditemukan hukum secara konkretnya, sehingga penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir

       38

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm. 14. 

39

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 103.


(34)

deduktif, yang menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku secara umum yang terkait dengan skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi, oleh karena itu diperlukan suatu sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab, dimana masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA

Pada bab ini akan dibahas Landasan Hukum dan Karakteristik Modal Ventura di Indonesia seperti pengertian modal ventura, karakteristik modal ventura, tujuan dan manfaat modal ventura; Bentuk-bentuk Pembiayaan Modal Ventura; dan Konsep Kelembagaan dan Mekanisme Modal Ventura.

BAB III EKSISTENSI MODAL VENTUA SEBAGAI

ALTERNATIF PEMBIAYAAN BAGI PENGUSAHA KECIL


(35)

Pada bab ini akam dibahas mengenai Tinjauan Umum Terhadap Usaha Kecil (Perusahaan Kecil), Mekanisme Operasional Perusahaan Modal Ventura Dengan Perusahaan Pasangan Usaha, Kelebihan Dan Kelemahan Perusahaan Modal Ventura Dalam Melakukan Pembiayaan Terhadap Perusahaan Kecil, dan Prospek Perusahaan Modal Ventura Dalam Membiayai Perusahaan Kecil.

BAB IV POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL

DENGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL

Pada bab ini akan dibahas mengenai kedudukan hukum pengusaha kecil dan perusahaan modal ventura dalam pola kemitraan, tanggung jawab paa pihak dalam pola kemitraan antara pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura, dan bentuk pelaksanaan penyertaan modal dari perusahaan modal ventura kepada perusahaan kecil dalam pola kemitraan .

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.


(36)

BAB II

PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA

A. Landasan Hukum dan Karakteristik Modal Ventura

1. Pengertian Modal Ventura

Dalam melakukan suatu kegiatan investasi tidak semua investasi dapat dilakukan dengan mudah, karena hampir semua investasi mengandung suatu risiko kerugian. Bagi investasi yang mempunyai risiko rendah, hampir semua investor ingin melakukannya. Akan tetapi, jika investasi tersebut memiliki risiko tinggi, maka tidak mudah untuk mencari investor yang mau melakukannya. Yang berani melakukan investasi dimana investasi tersebut mengandung suatu risiko tinggi adalah perusahaan modal ventura.

Kata modal ventura dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) digolongkan sebagai nomina (kata benda) yang dikenal dalam bidang ekonomi. Dilihat dari pembentukan kata, modal ventura berasal dari dua kata yaitu kata “modal” dan kata “ventura”. Kata modal sebagai nomina (kata benda), menurut KBBI memiliki pengertian uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dsb; harta benda (uang, barang, dsb) yg dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yg menambah kekayaan dsb. Kata “ventura” yang merupakan serapan dari kata venture dalam bahasa Inggris secara harafiah diartikan sebagai usaha; perusahaan; spekulasi; perbuatan yang mengandung resiko; pekerjaan yang berbahaya. Gabungan kata modal dan

ventura menjadi modal ventura oleh KBBI kemudian diartikan sebagai modal patungan.


(37)

Istilah modal ventura merupakan terjemahan dari terminologi bahasa Inggris yaitu Venture Capital. Venture sendiri berarti usaha mengandung risiko, sehingga modal ventura banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal yang mengandung risiko pada suatu usaha atau perusahaan,40 atau dapat pula diartikan sebagai usaha. Secara sempit, modal ventura dapat diartikan sebagai modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung risiko dengan tujuan memperoleh pendapatan berupa bunga atau deviden.41

Istilah modal ventura oleh The Encyclopedia of Private Equity and Venture Capital dapat diartikan sebagai serangkaian kesempatan untukmelakukan investasi; bisnis yang menjanjikan; modal dan pendampingan manajemen yang disediakan oleh individu maupun perusahaan.

Istilah “Ventura” berasal dari kata “Venture” yang secara harafiah dapat berarti sesuatu yang mengandung resiko atau dapat pula diartikan sebagai usaha. Dengan demikian pengertian modal ventura atau venture capital secara sempit adalah modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung resiko, baik dalam penyertaan modal saham, obligasi konversi (convertible bond), maupun pinjaman yang dapat dikonversi menjadi saham (convertible loan stick).42

Modal Ventura, adalah suatu pembiayaan oleh perusahaan modal ventura (investor) dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (perusahaan pasangan usaha) untuk jangka waktu

       40

Hasanuddin Rahman, Op,Cit., hal 11

41

Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Yogyakarta: Ekonasia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004), hlm. 127.

42

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Intermedia, 1995, selanjutnya disingkat Dahlan Siamat I), hlm. 189.


(38)

tertentu, di mana setelah jangka waktu tersebut lewat, pihak investor akan melakukan divestasi atas saham-sahamnya itu.43

The Bank of England Quarterly Buletin, memberikan pengertian modal ventura adalah suatu aktivitas dengan mana pihak investor mendukung bakat-bakat enterpreneur dengan skill finansial dan bisnis, untuk memanfaatkan pasar dan karenanya akan mendapatkan capital gains, yang bersifat long terms (Venture capital as an activity, which whom the investors support entrepreneur’s talent with financial skill and business to take an advantage from market and therefore, if will get a long terms capital gains).44

Menurut Dictionary of Business, dalam bukunya Munir Fuady, modal ventura adalah suatu sumber pembiayaan yang penting untuk memulai suatu perusahaan yang melibatkan risiko investasi, tetapi juga menyimpan potensi keuntungan di atas keuntungan rata-rata dari investasi dalam bentuk lain. Karena itu, modal ventura disebut juga sebagai modal yang berisiko tinggi.45

Menurut Dr. Neil Cross, dalam bukunya O. P. Simorangkir, yang dimaksud dengan modal ventura adalah suatu pembiayaan yang mengandung risiko, biasanya dilakukan dalam bentuk partisipasi modal terhadap perusahaanperusahaan yang mempunyai potensi berkembang yang tinggi. Dan perusahaan modal ventura menyediakan beberapa nilai tambah dalam bentuk masukan manajemen dan memberikan kontribusinya terhadap keseluruhan strategi perusahaan yang bersangkutan. Risiko yang relatif tinggi ini akan       

43

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005, selanjutnya disingkat Munir Fuady II), hlm. 125.

44

Munir Fuady I, Op.Cit, hlm. 136.

45


(39)

dikompensasikan dengan kemungkinan hasil yang tinggi pula, yang biasanya didapatkan melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang bersifat jangka menengah.46

Pendapat lain tentang pengertian modal ventura dikemukakan oleh Handoyo Dipo, dalam bukunya Hasanuddin Rahman, yang menyatakan bahwa modal ventura adalah suatu dana usaha dalam bentuk saham atau pinjaman yang bisa dialihkan menjadi saham. Sumber dana tersebut adalah perusahaan modal ventura yang mengharapkan keuntungan dari investasinya tersebut.47

Selanjutnya, pengertian Modal Ventura (Venture Capital Company) menurut Pasal 1 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.48 Definisi yang sama diulang kembali pada Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal ventura merupakan pembiayaan yang memiliki resiko tinggi. Pembiayaan modal ventura berbeda dengan bank yang memberikan pembiayaan berupa pinjaman atau kredit, sementara modal ventura memberikan pembiayaan dengan cara melakukan       

46

O. P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, (Bogor: Ghalia Indonesia 2004), hlm. 170.

47

Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hlm. 16.

48


(40)

penyertaan langsung ke dalam perusahaan yang dibiayainya. Instrumen lain yang dapat digunakan dalam rangka modal ventura adalah obligasi konversi (convertible bond) yang memiliki hak opsi untuk ditukarkan dengan saham PPU. Umumnya pembiayaan modal ventura hamper selalu disertai dengan persyaratan keterlibatan dalam manajemen PPU yang biasanya disepakati dalam perjanjian modal ventura.49

Kemudian, dari berbagai pengertian atau definisi tentang modal ventura di atas pula, lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa:50

a) Pembiayaan modal ventura terutama diberikan kepada perusahaaan yang baru mulai tumbuh dan biasanya belum mendapat kepercayaan oleh lembaga perbankan untuk memperoleh kredit bank.

b) Pembiayaan modal ventura merupakan pembiayaan yang berisiko tinggi, tetapi juga merupakan pembiayaan yang memiliki potensi keuntungan yang tinggi pula yang biasanya didapatkan melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang bersifat jangka menengah atau jangka panjang.

c) Pembiayaan modal ventura merupakan investasi atau penanaman dana jangka panjang.

d) Pembiayaan modal ventura biasanya dilakukan dalam bentuk penyertaan modal dan atau pinjaman yang bias dialihkan menjadi saham kepada perusahaan-perusahaan yang berpotensi untuk berkembang.

       49

Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, dan Achmad Abror, Lembaga Keuangan, (Jakarta: PT. Asdy Mahasatya, 2005), hlm. 85.

50


(41)

e) Pembiayaan modal ventura biasanya dilakukan dalam bentuk paket pembiayaan, yaitu suntikan dana atau modal yang disertai dengan penempatan atau pembinaan manajemen pada perusahaan pasangan usaha.

f) Pembiayaan modal ventura juga untuk mendukung bakat-bakat wirausaha dengan kemampuan finansial untuk memanfaatkan pasar dengan jalan alih manfaat yang diberikan dalam dampingan manajemen oleh perusahaan pemodal ventura.

Modal ventura merupakan modal saham yang disediakan sebagai risk capital kepada seorang individu atau suatu perusahaan yang mempunyai gagasan tanpa jaminan pengembalian seperti halnya pinjaman. Dasarnya terutama pada keyakinan pada kekuatan gagasan seorang entrepreneur. Investasi dilakukan dengan niat jangka panjang, tanpa keinginan untuk menerima keuntungan berupa keuntungan operasi usaha atau perdagangan surat kepemilikan.51

Modal ventura merupakan investasi aktif, yang memasukkan modal ke dalam suatu perusahaan yang biasanya disertai dengan keterlibatan seperti manajemen keuangan, pemasaran dan pengawasan operasional. Modal ventura dapat juga dimasukkan ke dalam suatu usaha untuk waktu sementara yang bertujuan untuk menarik kembali modal yang ditanam setelah usaha berjalan lancer dan nilai perusahaan meningkat. Keuntungan modal ventura diharapkan datang dari apresiasi nilai saham atau capital gain.

       51

Hoedhiono Kadarisman, Modal Ventura Alternatif Pembiayaan Usaha Masa Depan, (Jakarta: IBEC, 1995), hlm. 145.


(42)

2. Landasan Hukum Modal Ventura

Modal ventura merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang keberadaannya masih relatif baru. Secara institusional dan formal usaha modal ventura ini baru ada setelah keluarnya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua peraturan ini merupakan tonggak sejarah perkembangan hokum modal ventura.52

Di samping kedua peraturan tersebut, modal ventura sebagai lembaga bisnis di bidang pembiayaan juga bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan baik yang bersifat perdata maupun yang bersifat publik. Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, dalam bukunya Sunaryo, mengelompokkan sumber hukum modal ventura ke dalam dua klasifikasi, yaitu :53

a) Segi Hukum Perdata

Hukum perdata adalah hokum yang mengatur kepentingan-kepentingan perdata para pihak yang terikat dalam suatu hubungan hukum. Dalam kegiatan bisnis modal ventura ini yang dimaksud para pihak adalah perusahaan modal ventura (venture capital company) dan perusahaan pasangan usaha (investee company). Dari segi hukum perdata, ada 2 sumber hukum yang mendasari usaha modal ventura, yaitu :

1) Asas kebebasan berkontrak

Hubungan hukum yang terjadi dalam modal ventura selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang       

52

Sunaryo, Op.Cit, hlm. 20.

53


(43)

menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty). Kontrak modal ventura ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari pihak perusahaan modal ventura dan pihak perusahaan pasangan usaha.

Kontrak modal ventura merupakan dokumen hokum utama (main legal document) yang dibuat dan berfungsi secara sah bagi perusahaan modal ventura dan perusahaan pasangan usaha dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat hokum kontrak yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi perusahaan modal ventura dan pihak perusahaan pasangan usaha (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata).

2) Undang-undang di bidang Hukum Perdata

Sumber hukum modal ventura yang berupa undang-undang di bidang hukum perdata adalah KUH Perdata, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

b) Segi Hukum Publik

Sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa pembiayaan, modal ventura banyak menyangkut kepentingan public terutama yang bersifat administratif. Oleh karena itu, perundang-undangan yang bersifat public yang relevan berlaku pula pada usaha modal ventura. Perundang-undangan


(44)

tersebut terdiri atas undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan keputusan menteri.

1) Undang-undang di bidang Hukum Publik

Berbagai undang-undang di bidang administasi Negara yang menjadi sumber hukum utama modal ventura adalah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria dan peraturan pelaksananya; Undang-undang Nomor 3 Tahun 1983 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan peraturan pelaksananya; serta Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1991 dan peraturan pelaksananya, yang ketiganya tentang Perpajakan.

2) Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan

Peraturan tentang lembaga pembiayaan yang mengatur usaha modal ventura antara lain adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1973 tentang Pendirian PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (selaku perusahaan modal ventura pertama di Indonesia); Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan (telah diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan); dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketetentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang kemudian diubah dan disempurnakan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468 Tahun 1995.


(45)

Adapun peraturan pelaksana lainnya yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha modal ventura antara lain :

1. Keputusan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 19/Sk/1991 tentang Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri.

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan. 3. Peraturan Peraturan Pemerintah No. 62 tahun 1992 tentang

Sektor-sektor Usaha Perusahaan Pasangan Usaha dari Perusahaan Modal Ventura dalam Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1991.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1995 tentang Pajak Penghasilan

atas Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan Modal pada Perusahaan Pasangan Usahanya.

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KMK.01/1994 tentang Sektor-sektor Usaha Perusahaan Pasangan Usaha dari Perusahaan


(46)

Modal Ventura dan Perlakuan Perpajakan atas Penyertaan Modal dan/atau Pengalihan Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura. 7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 250/KMK.04/1995 tentang

Perusahaan Kecil dan Menengah Pasangan Usaha dari Perusahaan Modal Ventura dan Perlakuan Perpajakan atas Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura.

8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995 tentang Perubahan Kepmenkeu No. 1251/KMK. 013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana telah diubah dengan Kepmenkeu No. 1256/KMK. 00/1989 tanggal 18 November 1989.

9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 58/KMK.017/1999 tentang Pengawasan Kegiatan Perusahaan Modal Ventura Daerah.

10.Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Nomor 30/PER/M.KUKM/VIII/2007 tentang Petunjuk Teknis Perkuatan Permodalan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Lembaga Keuangan Dengan Penyediaan Modal Awal dan Padanan Melalui Lembaga Modal Ventura.

11.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura.

3. Karakteristik Modal Ventura

Modal ventura pada dasarnya bukanlah alternatif pembiayaan yang baru dalam aktivitas bisnis, baik di Indonesia maupun negara-negara maju lainnya. Di


(47)

Amerika, bisnis ini telah dikembangkan sejak tahun 1960-an, sedangkan di Eropa sejak tahun 1970-an dan untuk kawasan Asia, seperti Jepang, Korea, kegaiatan modal ventura mulai dikembangkan sejak tahun 1980-an. Untuk Indonesia sendiri, modal ventura mulai diperkenalkan pada tahun 1973 dengan berdirinya PT. Bahana Pembinaan Usaha Indoneisa.54

Keberadaan modal ventura secara resmi di mulai sejak akhir perang dunia kedua yang ditandai dengan berdirinya American Research and Development Corporation (ARDC). Perusahaan ini melakukan investasi perusahaan yang baru berkembang dan belum dikenal oleh masyarakat luas. Dalam operasionalnya, ARDC melakukan investasi pada perusahaan (PPU) yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki teknologi baru atau konsep-konsep pemasaran yang baru atau inovasi terbaru;

2. Mengizinkan campur tangan signifikan dari investor dalam pengelolaan perusahaan;

3. Operasional PPU dilakukan oleh pekerja yang memiliki kompetensi terbaik dan berintegritas;

4. Produk atau proses yang dimiliki setidaknya telah melewati tahap prototype awal dan dilindungi oleh hak paten, hak cipta, atau perjanjian perdagangan rahasia;

5. Menunjukkan kondisi yang memungkinkan untuk dilakukannya divestasi pada waktu yang tidak terlalu lama; dan

       54


(48)

6. Berpeluang untuk memberikan nilai tambah atas investasi yang sudah ditanamkan.

Dalam menjalankan kegiatannya, modal ventura di Indonesia memberikan fasilitas pembiayaan dan pendampingan manajemen pada perusahaan pasangan usaha (PPU). ke dalam perusahaan yang dibiayainya. Pola pembiayaan perusahaan dilakukan dengan mengadopsi teknik investasi yang dilakukan oleh ARDC. Munir Fuadi dalam bukunya Hukum tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktik menyebutkan ciri modal ventura sebagai berikut :55

1. Pemberi bantuan finansial dalam bentuk modal ventura ini tidak hanya menginvestasikan modalnya saja. Tetapi juga ikut terlibat dalam manajemen perusahaan yang dibentuknya.

2. Investasi yang dilakukan tidaklah bersifat permanen, tetapi hanyalah bersifat sementara, untuk kemudian sampai masanya dilakukanlah diinvestasi.

3. Motif dari modal ventura adalah motif bisnis yaitu mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya, walaupun dengan resiko yang relative tinggi pula.

4. Investasi dengan bentuk modal ventura yang dilakukan ke perusahaan pasangan usahanya bukan investasi jangka pendek, tetapi merupakan investasi jangka menengah atau jangka panjang.

5. Modal ventura merupakan investasi tanpa jaminan collateral sehingga dibutuhkan kehati-hatian dan kesabaran.

       55

Munir Fuady, Hukum tentang pembiayaan dalam teori dan praktek (leasing, factoring, modal ventura, pembiayaan konsumen, kartu kredit), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, selanjutnya disingkat Munir Fuady III), hlm. 110-112.


(49)

6. Investasi tersebut bukan bersifat pembiayaan dalam bentuk pinjaman, tetapi dalam bentuk partisipasi equity, atau setidak-tidaknya loan yang dapat dilakukan ke equity. Sehingga return yang diharapkan oleh perusahaan modal ventura bukanlah bunga atas modal yang ditanam, melainkan deviden dan capital again.

7. Prototype dari pembiayaan dengan modal ventura adalah pembiayaan yang ditujukan kepada perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi memiliki potensi untuk berkembang.

8. Investasi modal ventura biasanya dilakukan terhadap perusahaan yang tidak punya akses untuk mendapatkan kredit perbankan.

Kemudian, berdasarkan dari berbagai pengertian mengenai modal ventura yang terlah diuraikan di atas sebelumnya, maka dapat pula disimpulkan ciri-ciri khas modal ventura sebagai berikut :56

a) Bantuan pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha

b) Jangka waktu penyertaan bersifat sementara, sampai pada masanya dilakukan divestasi.

c) Perusahaan modal ventura terlibat dalam manajemen perusahaan pasangan usaha yang dibiayai.

d) Pembiayaan bukan dalam bentuk pinjaman (loan), melainkan dalam bentuk penyertaan modal (equity participation).

e) Pembiayaan terutama ditujukan kepada perusahaan berskala kecil atau masih baru, tetapi berpotensi besar untuk berkembang dan prospek

       56


(50)

cerah, bidang teknologi atau non-teknologi, atau usaha yang mengandung terobosan baru.

f) Pembiayaan itu beresiko tinggi, karena modal usaha (risk capital) yang tidak didukung oleh jaminan (collateral).

g) Motif utama adalah bisnis pembiayaan yang mengharapkan keuntungan (capital gain) relatif tinggi sebagai imbalan pembiayaan resiko tinggi.

h) Pembiayaan umumnya berjangka panjang dari 5 sampai 10 tahun.

4. Tujuan dan Manfaat Modal Ventura

Pendirian perusahaan modal ventura bukanlah tanpa ada tujuan dan manfaat. Sebagai lembaga bisnis, usaha modal ventura sudah tentu berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang besar mengingat usaha ini mempunyai tingkat resiko yang tinggi (high risk). Meskipun demikian, bukan berarti usaha modal ventura ini tidak mempunyai misi humanistic (humanistic institution), yaitu lembaga penolong bagi usaha yang masih lemah.

Di sini usaha modal ventura dapat memberikan banyak manfaat bagi pengembangan usaha, khususnya bagi usaha kecil yang banyak terdapat di Indonesia.57

1. Tujuan Modal Ventura

Pendirian PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia oleh Pemerintah sebagai perusahaan modal ventura pertama di Indonesia juga mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Menurut Hoedhiono Kadarisman,       

57


(51)

maksud dan tujuan didirikannya PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia ini adalah untuk:58

a) menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha dari pengusaha kecil dan menengah dengan mengusahakan segala bantuan yang diperlukan untuk mencapainya, tanpa mengabaikan kaidah berusaha yang sehat;

b) membantu kelancaran pertumbuhan usaha kecil dan menengah dengan jalan mengadakan penyertaan modal saham dalam perusahaan-perusahaan, dan memberikan jaminan jangka menengah/panjang serta menyediakan bantuan keahlian yang diberikan untuk mengatasi masalah manajemen perusahaan bersangkutan;

c) membantu menciptakan kondisi berusaha yang baik bagi pengusaha kecil dan menengah agar mereka dapat tumbuh menjadi pengusaha yang dapat diandalkan.

Selain itu, maksud dan tujuan pendirian modal ventura antara lain :59

a) Untuk pengembangan suatu proyek tertentu, misalnya proyek penelitian, dimana proyek ini biasanya tanpa memikirkan keuntungan semata, akan tetapi bersifat pengembangan ilmu pengetahuan.

       58

Hoedhiono Kadarisman, Op.Cit, hlm. 118.

59


(52)

b) Pengembangan suatu teknologi baru atau pengembangan produk baru. Pembiayaan untuk usaha ini baru memperoleh keuntungan dalam jangka panjang.

c) Pengambilan kepemilikian suatu perusahaan. Tujuan pembiayaan dengan mengambilalih kepemilikan usaha perusahaan lain lebih banyak diarahkan untuk mencari keuntungan.

d) Kemitraan dalam rangka pengentasan kemiskinan, dengan tujuan untuk membantu para pengusaha lemah yang kekurangan modal, akan tetapi tidak punya jaminan materiil, sehingga sulit memperoleh pinjaman dari bank. Dengan adanya penyertaan modal dari modal ventura dapat membantu menghadapi kesulitan keuanganannya.

e) Alih teknologi yang dilakukan ke perusahaan yang masih menggunakan teknologi lama, sehingga tidak dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mutu produknya.

f) Membantu perusahaan yang sedang kekurangan likuiditas.

g) Membantu mendirikan perusahaan baru, dimana tingkat risiko kerugiannya sangat besar.

2. Manfaat Modal Ventura

Di samping tujuan di atas, Martono menginventarisasi beberapa manfaat dilihat dari sisi Perusahaan Pasangan Usaha (investee company), yaitu sebagai berikut:60

       60


(53)

a) Kegiatan usaha dapat ditingkatkan

Pada umunya perusahaan pasangan usaha merupakan perusahaan kecil yang memerlukan penambahan dana untuk meningkatkan kegiatan usahanya. Dengan adanya pembiayaan modal ventura, perusahaan kecil dan masih dalam awal perkembangan dapat menjadi perusahaan pasangan usaha sehingga dapat memperoleh bantuan dana untuk meningkatkan kegiatan usahanya.

b) Kemungkinan berhasilnya usaha lebih besar

Seseorang yang menemukan produk atau suatu ciptaan baru belum tentu mampu memproduksi dan berhasil memasarkan produknya. Dengan masuknya modal ventura yang memiliki kemampuan manajemen dan latar belakang bisnis yang kuat sebagai partner usaha, kemungkinan berhasilnya perusahaan pasangan usaha akan menjadi lebih besar.

c) Peningkatan efisiensi pemasaran produk

Pada awl dilakukannya kegiatan produksi biasanya kegiatan pemasarannya tidak efisien. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pemasaran dilakukan sendiri dan jumlah produksinya masih relatif kecil. Dengan masuknya modal ventura yang dapat memberikan bantuan dana, bantuan manajemen, juga memiliki jaringan pemasaran yang luas, maka perusahaan pasangan usaha dapat meningkatkan efisiensi pemasaran produknya.


(54)

d) Peningkatan bankabilitas

Perusahaan yang baru dan mengalami kesulitan dana biasanya juga memiliki manajemen yang lemah. Dengan demikian, para kreditor termasuk bank kurang berminat untuk memberikan pinjaman. Dengan masuknya modal ventura, akan meningkatkan kepercayaan para kreditor/bank untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan tersebut.

e) Peningkatan tingkat likuiditas

Pembiayaan modal ventura dengan cara penyertaan modal tidak perlu membayar beban bunga dan angsuran utang. Hal ini berbeda dengan utang bank yang menimbulkan kewajiban membayar angsuran utang dan beban bunga. Dengan demikian, penambahan modal penyertaan langsung akan meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan.

f) Peningkatan tingkat rentabilitas

Dengan bantuan penambahan dana sekaligus bantuan manajemen yang memiliki tenaga-tenaga professional dan berpengalaman, maka kegiatan produksi dan pemasaran akan lebih efektif dan efisien. Volume produksi dan penjualan dapat ditingkatkan. Biaya produksi dan pemasaran dapat ditekan, dan pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan memperoleh laba (rentabilitas).


(55)

B. Bentuk-bentuk Pembiayaan Modal Ventura

Untuk dapat melakukan pembiayaan modal ventura kepada perusahaan pasangan usaha, terdapat beberapa bentuk/pola pembiayaan yang dapat dipergunakan oleh perusahaan modal ventura. Adapun bentuk-bentuk/pola pembiayaan modal ventura yang dimaksud adalah :61

1. Pola Pembiayaan Langsung

Pola pembiayaan ini dapat dilakukan oleh perusahaan modal ventura dengan cara memberikan pembiayaan langsung kepada perusahaan pasangan usaha yang sudah/akan berbentuk badan hukum. Apabila konsep ini dilakukan, maka perusahaan modal ventura harus berperan aktif langsung ke perusahaan pasangan usaha dan biasanya akan menempatkan wakilnya sebagai anggota direksi maupun komisaris.

Pola pembiayaan ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu mendirikan perusahaan baru dengan pemegang saham perusahaan modal ventura dan penemu/penggagas ide atau perusahaan modal ventura ikut menjadi pemegang saham perusahaan pasangan usaha yang sudah ada dengan mengambil porsi modal yang masih dalam portepel. Komposisi jumlah modal yang disetor oleh masing-masing pihak biasanya sudah ditentukan pada awal kontrak modal ventura dilakukan, dapat saja perusahaan modal ventura sebagai mayoritas ataupun sebaliknya.

Konsep pembiayaan langsung harus didukung dengan jumlah sumber daya manusia yang cukup banyak dan handal, tanpa hal ini, konsep

       61


(56)

ini banyak akan gagal. Untuk itu, perusahaan modal ventura biasanya akan melakukan kerja sama dengan jasa profesional dan lembaga/institusi tertentu untuk melakukan pengawasan.

PMV/D memberikan pembiayaan Kerja sama yang saling menguntungkan

 Pola kerja sama ini adalah pola pembiayaan langsung dari PMV/D terhadap satu perusahaan atau individu

 Calon perusahaan pasangan usaha dapat berbentuk CV, Firma, UD, usaha perseorangan ataupun sebuah perseroan terbatas

 PMV/D berkerja sama dengan pihak ketiga untuk membantu memberikan jasanya (audit, pelatihan, hukum)

2. Pola Pembiayaan Langsung dengan Franchise

Pola pembiayaan langsung dengan franchise hampir sama dengan pola pembiayaan langsung, yang membedakannya adalah aktivitas pengawasan, pengontrolan yang diemban oleh perusahaan modal ventura ataupun jasa profesional dapat dialihkan kepada franchise. Dalam pola ini,

Jasa Profesional

PPU


(57)

perusahaan modal ventura terkesan lebih bersifat sebagai penyedia dana/modal kepada perusahaan pasangan usaha.

Sistem franchise akan sangat membantu perusahaan modal ventura, terutama dalam membantu perusahaan pasangan usaha di dalam melakukan hal-hal seperti:

a) Standar operasional

b) Bantuan teknis dan manajemen c) Pengawasan mutu

d) Pelatihan

Untuk itu, biasanya franchisor akan mendapatkan fee dari perusahaan modal ventura dan tetap mendapatkan royalty dari perusahaan pasangan usaha.

Pembiayaan Hubungan bisnis

Kerja sama yang saling menguntungkan

 Pola kerja sama ini adalah pola pembiayaan langsung dari PMV/D terhadap franchise dari suatu produk/jasa

PMV/D

Franchiso

r

Franchise

Lembaga/ Institusi Pendidikan


(58)

Franchise memperoleh bantuan teknis dan manajemen dari franchisor, dan untuk franchisor itu memperoleh fee

 PMV/D bekerja sama dengan pihak ketiga untuk membantu memberikan jasanya (audit, pelatihan, hukum)

3. Pola Inti-Plasma

Pola inti-plasma hamper sama dengan pola pembiayaan langsung dengan franchise, yang membedakannya adalah jika memakai pola

franchise, franchisor hanya melakukan bantuan teknis kepada satu satuan usaha saja. Sedangkan dengan pola inti-plasma, perusahaan inti akan membina beberapa perusahaan plasma dalam satu wadah usaha, dimana usaha setiap perusahaan plasma harus mendukung usaha perusahaan inti. Dengan cara ini, diharapkan terjadi kesinambungan yang saling menguntungkan anatara inti dan plasma.

Pola inti-plasma sangan cocok dengan usaha yang bergerak di bidang perkebunan, penggemukan sapi, pertanian, transportasi ataupun warung sembilan bahan pokok.

PMV/D memberikan pembiayaan

Plasma

Plasma B

Plasma


(59)

Perusahaan inti mengkoordinasi para plasma

PMV/D dengan inti membentuk kerja sama yang saling menguntungkan

 Pola kerja sama ini adalah pola pembiayaan kepada plasma yang melibatkan perusahaan inti

 Kerja sama antara PMV/D dengan inti untuk membantu dan membina secara bersama-sama kemajuan plasma, keterlibatan PMV/D adalah dari segi kualitas, manajemen, produksi, dll

 Bantuan dana tersebut diberikan kepada plasma :

i. Untuk membiayai proyek utama yang mendukung usaha inti, missal : pembiayaan usaha kelapa sawit untuk para petani

ii. Untuk menciptakan usaha baru yang terkait aktivitas usaha inti (suprastruktur), misal : penggemukan sapi, pengadaan warung 10 bahan pokok, transportasi, dll 4. Pola Payung

Pola pembiayaan ini adalah suatu bentuk pembiayaan yang diberikan kepada suatu perusahaan yang kepemilikannya dipunyai oleh beberapa pemilik, dimana masing-masing pemilik mempunyai usaha yang saling menunjang satu sama lainnya sehingga nilai lebih yang didapat menjadi lebih baik.

Perusahaan yang didirikan ini berfungsi sebagai trading house bagi perusahaan para pemiliknya dan biasanya dikelola oleh tenaga profesional yang tidak mempunyai hubungan dengan pemilik perusahaan, sehingga independensi dapat terjaga dengan baik.


(60)

PMV/D memberikan pembiayaan Hubungan kepemilikan dan bisnis

 Pola kerja sama ini adalah pola pembiayaan kepada para pengusaha atau petani sejenis dengan membentuk perusahaan paying (kelompok)

 Perusahaan paying tersebut dimiliki oleh para pengusaha/petani sejenis bersama PMV/D dan/atau pengusaha yang sudah memiliki jaringan

 Perusahaan paying tersebut dikelola oleh para profesional yang bukan bagian dari pemilik. Dengan demikian, pengelolaan usaha tersebut lepas dari kepentingan-kepentingan individu para pengusaha/petani

 Perusahaan payung tersebut dapat berfungsi sebagai trading house, pemroses lanjutan untuk mendapatkan nilai tambah produk, membeli bahan baku agar bahan-bahan yang diperoleh seragam, pengemasan, memberikan bantuan teknik, manajemen, dll

 Manfaat terbesar yang dapat diperoleh dari para pengusaha/petani tersebut adalah menigkatnya daya saing mereka terhadap para pembeli, pesaing, supplier, serta memberi nilai tambah atas produk yang dihasilkannya

Pengusaha A

PMV/D

Pengusaha B Pengusaha C

Perusahaan Payung


(61)

5. Pola Kemitraan

Pola pembiayaan modal ventura dengan cara kemitraan harus melibatkan suatu perusahaan besar, yang akan membeli produk barang dan jasa yang dihasilkan dari perusahaan-perusahaan mitra binaan modal ventura. Pola kerja sama didahului dengan kerja sama antara perusahaan besar dengan perusahaan modal ventura, selanjutnya perusahaan modal ventura melakukan pembiayaan kepada perusahaan pasangan usaha ataupun sebaliknya.

Adapun tujuan dari pola kemitraan ini dimaksudkan untuk membantu dan membina secara bersama-sama demi kemajuan pemasok/supplier yang pada gilirannya akan memberikan nilai tambah bagi pengusaha besar. Di lain sisi, bagi para pemasok/supplier, jalinan kerja sama ini akan memberikan jaminan pasaran barang dan jasa yang dihasilkannya dan terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

Pola kemitraan ini sangat cocok untuk industri besar yang membutuhkan barang-barang komplemen untuk kepentingan produk yang dihasilkan, contohnya industri mobil membutuhkan mur, industri tekstil membutuhkan kancing, yang mana barang-barang komplemen tersebut tidak dihasilkan oleh pengusaha besar.


(62)

PMV/D memberikan pembiayaan

Hubungan bisnis

Kerja sama yang saling menguntungkan

 Pola kerja sama ini adalah pola pembiayaan kepada para pemasok atau supplier yang melibatkan pengusaha besar

 Kerja sama antara PMV/D dengan pengusaha besar dimaksudkan untuk membantu dan membina secara bersama-sama demi kemajuan para pemasok/supplier yang pada gilirannya akan memberikan nilai tambah bagi pengusaha besar itu sendiri

 Dalam kerja sama yang dibina, diharapkan pengusaha besar bertindak sebagai penjamin pasar, manajemen mutu dari produksi yang dihasilkan oleh para pemasok/supplier

C. Konsep Kelembagaan dan Mekanisme Modal Ventura

Karakteristik yang sangat menonjol dalam usaha modal ventura berkaitan dengan resiko. Besarnya resiko yang mungkin dihadapi dalam bisnis modal ventura ini menyebabkan tingginya expected return yang diharapkan oleh venture capitalist. Oleh karena itu, modal ventura lebih cenderung membiayai usaha yang

Pemasok A

PMV/D

Perusahaan

Inti


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdulhay, Marhainis. Hukum Perdata Materil, Jakarta: PT. Prasnya Paramita, 1984.

B. N., Marbun. Manajemen Perusahaan Kecil, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1996.

Dipo, Handowo. Sukses Memperoleh Dana Usaha dengan Tinjauan Khusus Modal Ventura, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995.

Djajadikerta, Hamfri. Mengangkat Usaha Kecil Dengan Modal Ventura, Jakarta: Bina Ekonomi, 1997.

Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005

−−−−−−−−, Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek),

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002.

−−−−−−−−, Hukum tentang pembiayaan dalam teori dan praktek (leasing,

factoring, modal ventura, pembiayaan konsumen, kartu kredit), Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.

Ginting, Jamin. Hukum Perseroan terbatas, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007.

H. S., Salim. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.


(2)

Hariyani, Iswi. Hapus buku & Hapus Tagih Kredit macet Debitur UMKM di Bank BUMN, Surabaya: Bina Ilmu, 2008.

Harsono. Pengantar Bisnis, Yogyakarta: STIE Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, 2006.

Hartono, Sri Redjeki. Aspek Hukum Kegiatan Perusahaan Modal Ventura, Jakarta: Laporan Hasil Penelitian, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1995/1996.

Hartono, Sunaryati. Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Bandung: Alumni, 1994.

Ikhwan, Andi. Strengthening Venture Capital Company As A Source of Mid-Term Finance For SME In Indonesia (Bahasa Indonesia), Jakarta: ADB Technical Assistance SME Development State Ministry for Cooperatives & SME, 2001.

Johni, Ibrahim. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayu Media Publishing, 2005.

Kadarisman, Hoedhiono. Modal Ventura Alternatif Pembiayaan Usaha Masa Depan, Jakarta: IBEC, 1995.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

Lorenz, Tony. Venture Capital Today, UK: Woodhead, Faulkner Cambridge, 1985.

Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta: Ekonasia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004.


(3)

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.

Muhammad, Abdulkadir dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.

Naja, Daeng. Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2008.

Pandia, Frianto, dkk., Lembaga Keuangan, Jakarta: PT. Asdy Mahasatya, 2005.

Prodjodikoro, Wirjono. Azas-azas Hukum Perjanjian, Bandung: Sumur Bandung, 1993.

Rachmat, Budi. Modal Ventura: Cara Mudah Meningkatkan Usaha mikro, kecil dan menengah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Rahman, Hasanuddin. Segi-Segi Hukum dan Manajemen Modal Ventura Serta Pemikiran Alternatif Ke Arah Model Modal Ventura Yang Sesuai Dengan Kultur Bisnis Di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

Satrio, J. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Kelima, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005.

−−−−−−−−, Modal Ventura : Alternatif Pembiayaan Usaha Kecil-Menengah,

Jakarta: Manajemen Usahawan, 1996.


(4)

Simorangkir, O. P. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mulyadi, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tujuan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Usman, Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Van Den Brink, Rogier. Strengthening the Capacity of SMEs to Venture into the Export Market, Conference on Business Opportunities for SMEs in the SADC, Zimbabwe, September 20-21. Hal yang sama dapat dilihat dalam Background Report ADB SME Development TA, Strategies To Enhance Market Based Lending To SME (Bahasa Indonesia), Andi Ikhwan dan Wolfram Hiemann (Juli 2001).

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 1996.

B. Peraturan Perundang-undangan Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995 tentang Perubahan Kepmenkeu No. 1251/KMK. 013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana telah diubah dengan Kepmenkeu No. 1256/KMK. 00/1989 tanggal 18 November 1989.


(5)

Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Republik Indonesia.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura

Republik Indonesea, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 250/KMK.04/1995 tentang Perusahaan Kecil dan Menengah Pasangan Usaha dari Perusahaan Modal Ventura dan Perlakuan Perpajakan atas Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

C. Internet

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, http:// usaha.umkm.blog.com, (diakses tanggal 28 Juni 2014).

Modal Ventura, http://id.wikipedia.org/wiki/Modal_ventura, (diakses tanggal 30 Juni 2014).

Wibowo Tunardy, “Aspek Hukum Pembiayaan Modal Ventura Bagi Usaha Agribisnis Studi Kasus di Kota Tarakan”,


(6)

http://jurnalskripsitesis.wordpress.com/2008/07/27/aspek-hukum- pembiayaan-modal-ventura-bagi-usaha-agribisnis-studi-kasus-di-kota-tarakan/, (diakses tanggal 30 Juni 2014).

D. Lain-lain

“Safety Belt UMKM dalam C-FTA”, Koran Jawa Pos 2 Maret 2010


Dokumen yang terkait

ASPEK YURIDIS PEMBIAYAAN MODAL VENTURA TERHADAP PENGEMBANGAN UMKM

0 5 1

PENDAHULUAN Perjanjian modal ventura : studi tentang konstruksi hukum pembiayaan dengan pola profit sharing pada usaha kecil menengah oleh pt. Sarana surakarta ventura.

1 5 18

NASKAH PUBLIKASI Perjanjian modal ventura : studi tentang konstruksi hukum pembiayaan dengan pola profit sharing pada usaha kecil menengah oleh pt. Sarana surakarta ventura.

0 3 18

SKRIPSI PERJANJIAN MODAL VENTURA : Studi tentang Konstruksi Hukum Perjanjian modal ventura : studi tentang konstruksi hukum pembiayaan dengan pola profit sharing pada usaha kecil menengah oleh pt. Sarana surakarta ventura.

0 4 17

POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA (Studi di PT. Sarana Surakarta Ventura).

0 1 20

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PENYERTAAN MODAL ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA.

0 1 22

KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN POLA BAGI HASIL ANTARA PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA.

0 0 17

BAB II PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA - Aspek Yuridis Pola Kemitraan Antara Pengusaha Kecil Dengan Perusahaan Modal Ventura Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil

0 1 31

BAB I PENDAHULUAN - Aspek Yuridis Pola Kemitraan Antara Pengusaha Kecil Dengan Perusahaan Modal Ventura Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil

0 1 25

ASPEK YURIDIS POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL DENGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL SKRIPSI

0 1 147