7
d pengembangan perusahaan atau UMKM yang berada dalam tahap kemunduran usaha;
e pengembangan proyek penelitian dan rekayasa; f pengembangan penggunaan berbagai teknologi baru dan alih teknologi
baik dari dalam maupun luar negeri; danatau g membantu pengalihan kepemilikan perusahaan.
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka untuk dapat lebih mengetahui pola kerja sama yang dilakukan antara pengusaha kecil dan
perusahaan modal ventura maka perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan membuat penelitian yang berjudul ASPEK YURIDIS POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL DENGAN PERUSAHAAN
MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaturan modal ventura sebagai lembaga pembiayaan di Indonesia?
2. Bagaimanakah eksistensi modal ventura dapat menjadi alternatif lembaga pembiayaan bagi pengusaha kecil?
8
3. Bagaimanakah pola kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura dalam meningkatkan daya saing usaha
kecil?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian memiliki tujuan yang akan dicapai dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah: a Untuk mengetahui pengaturan modal ventura sebagai lembaga
pembiayaan di Indonesia
b Untuk mengetahui eksistensi modal ventura sebagai alternatif
lembaga pembiayaan bagi pengusaha kecil
c Untuk mengetahui pola kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura dalam
meningkatkan daya saing usaha kecil 2.
Manfaat Penelitian
Bertitik tolak pada rumusan masalah yang dikemukakan, manfaat dari penelitian ini adalah :
a Secara teoritis 1. Sebagai bahan informasi dan tambahan bagi para akademisi
maupun sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan
9
2. Menambah khasanah kepustakaan, khususnya dalam hukum pembiayaan.
b Secara praktis 1. Memberikan informasi dan menambah wawasan pemikiran
bagi masyarakat tentang pemberian modal ventura sesuai dengan ketentuan mengenai lembaga pembiayaan.
2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan bagi para pihak yang terkait dalam pola kemitraan antara pengusaha
kecil sebagai perusahaan pasangan usaha dengan perusahaan modal ventura.
3. Bermanfaat bagi masyarakat luas yang berkepentingan berupa masukan mengenai pelaksanaan perjanjian kemitraan antara
pengusaha kecil dengan perusahaan modal ventura.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul ASPEK YURIDIS POLA KEMITRAAN ANTARA PENGUSAHA KECIL DENGAN
PERUSAHAAN MODAL VENTURA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA KECIL
, belum pernah ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya.
10
Dengan demikian, maka dari segi keilmuan penelitian ini dapat dikatakan asli, sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan obyektif serta
terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Keberadaan modal ventura dalam tatanan bisnis Indonesia diawali dengan dikeluarkannya peraturan yang mengatur tentang lembaga pembiayaan, yakni
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 yang dikeluarkan tanggal 20 Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1251KMK.0131988 yang dikeluarkan tanggal 20 Desember 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua
peraturan tersebut kemudian dikenal atau disebut dengan Paket Desember 1988. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 kemudian diganti dengan keluarnya
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. Kemudian, pada tahun 1995 keluar Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 468KMK.0171995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 469KMK.0171995 tentang Pendirian dan Pembinaan Usaha Modal Ventura. Dan yang terakhir pada tahun 2012 keluar Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 18PMK.0102012 tentang Perusahaan Modal Ventura. Dengan demikian, maka Keputusan Menteri Keuangan No. 1251KMK.0131988 dan
11
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469KMK.0171995 dinyatakan dicabut dan sudah tidak berlaku lagi.
Praktik modal ventura sendiri diakui oleh Bank Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Undang-
Undang Pokok Perbankan. Pengaturan mengenai kredit macet di dalam undang- undang tersebut membenarkan bank untuk menyertakan modalnya ke dalam
perusahaan debitur, dengan ketentuan bahwa sampai jangka waktunya berakhir bank tersebut akan menarik kembali penyertaan modal tersebut. Kemiripan inilah
yang mendasari bahwa modal ventura diakui oleh Bank Indonesia. Pengertian Perusahaan Modal Ventura Venture Capital Company
menurut Pasal 1 Angka 3 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan jo Pasal 1 Angka 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18PMK.0102012 tentang Perusahaan Modal Ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaanpenyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan Investee Company untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi,
danatau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
13
Selanjutnya, berdasarkan Pasal 1 Ayat 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18PMK.0102012 tentang Perusahaan Modal Ventura, yang dimaksud dengan Perusahaan Pasangan Usaha adalah perusahaan atau Usaha Mikro, Kecil, dan
13
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18PMK.0102012 tentang Perusahaan Modal Ventura, BAB I, Pasal 1 Angka 2.
12
Menengah yang menerima bantuan pembiayaan danatau penyertaan dari Perusahaan Modal Ventura.
14
Yang dimaksud dengan Pembiayaan menurut Pasal 1 Angka 11 Undang- undang Nomor 20 Tahun 2008 jo Pasal 1 Angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2013 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui
bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
15
Adapun Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 menegaskan bahwa yang termasuk dalam kategori Lembaga Pembiayaan meliputi:
16
a perusahaan pembiayaan; b perusahaan modal ventura; dan
c perusahaan pembiayaan infrastruktur. Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha yang mempunyai
peranan sangat penting dalam pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan ini dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan surat sanggup bayar. Oleh karena itu, lembaga pembiayaan juga
14
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18PMK.0102012 tentang Perusahaan Modal Ventura, BAB I, Pasal 1 Angka 3.
15
Republik Indonesea, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro, dan
Menengah, BAB I, Pasal 1 Angka 7.
16
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Republik Indonesia, BAB II, Pasal 2.
13
berperan sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang perekonomian nasional.
17
Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu risiko yang tinggi namun memberikan imbal hasil yang tinggi pula. Modal ventura saat ini
dibutuhkan di dalam perekonomian Indonesia terutama untuk usaha kecil. Bentuk- bentuk usaha tersebut sering sekali mengalami kesulitan dalam pengembangan
usahanya, namun mereka tidak dapat menerima kredit dari bank karena pada umumnya bentuk-bentuk usaha tersebut belum berbentuk badan hukum.
Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 menyebutkan kegiatan usaha Perusahaan Modal Ventura PMV meliputi penyertaan saham equity
participation , penyertaan melalui pembelian obligasi konversi quatie equity
participation , dan pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha
profitrevenue sharing. Kegiatan-kegiatan usaha tersebut menjadi bentuk-bentuk penyertaan modal yang dipakai oleh PMV di dalam pemberian modal ventura,
namun di dalam praktik pelaksanaan modal ventura di Indonesia bentuk-bentuk penyertaan tersebut terbagi menjadi 2 dua bentuk penyertaan modal, yaitu
penyertaan langsung direct investment dan penyertaan tidak langsung indirect investment
.
18
Penyertaan langsung adalah pola pembiayaan yang dilakukan oleh PMV dengan cara memberikan pembiayaan langsung kepada Perusahaan Pasangan
Usaha PPU yang sudahakan berbentuk badan hukum dengan bertindak sebagai
17
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan
, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 5.
18
Budi Rachmat, Modal Ventura: Cara Mudah Meningkatkan Usaha mikro, kecil dan menengah
, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, hlm. 31-33.
14
salah satu pemegang saham di PPU.
19
Penyertaan tidak langsung yaitu penyertaan modal oleh PMV pada PPU tidak dalam bentuk modal saham equity, tetapi
dalam bentuk obligasi konversi convertible bond atau bagi hasil profit sharing
.
20
Obligasi konversi semi equity financing diartikan sebagai bentuk pembiayaan yang pada awalnya dalam bentuk hutang piutang yang kemudian
nantinya dikonversikan menjadi saham.
21
Pola pembiayaan bagi hasil profit and loss sharing
adalah bentuk penyertaan oleh PMV yang didasarkan pada prinsip- prinsip bagi hasil dalam suatu usaha bersama antara PMV dan PPU.
22
Namun perlu diingat prinsip bagi hasil yang diterapkan di dalam perjanjian modal ventura berbeda dengan prinsip bagi hasil yang diketahui umumnya di
dalam masyarakat. Di dalam perjanjian pembiayaan modal ventura, bagi hasil yang diterapkan adalah prinsip bagi hasil yang ditentukan oleh PMV secara
sepihak berdasarkan laporan keuangan PPU. Meskipun ada beberapa bentuk penyertaan modal yang ditawarkan oleh
PMV, namun dalam praktiknya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil yang banyak dilakukan. Dipilihnya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil ini
disebabkan oleh latar belakang kondisi PPU dan faktor keterbatasan dari PMV. PPU pada umumnya merupakan usaha mikro, kecil dan menengah bentuk
usahanya sebagian besar usaha perseorangan dan belum berbadan hukum. Dengan bentuk badan usaha yang demikian, PMV tidak mungkin untuk melakukan
penyertaan modal dalam bentuk saham atau obligasi konversi. Di sisi lain, PMV
19
Sunaryo, Op. Cit., hlm. 33.
20
Ibid., hlm. 31.
21
Ibid., hlm. 34.
22
Ibid., hlm. 35.
15
juga akan kesulitan mengingat masih adanya keterbatasan-keterbatasan, baik dari segi kemampuan dana maupun dari segi sumber daya manusianya, yang akan
ditempatkan pada manajemen PPU.
23
Sebagai lembaga bisnis, usaha modal ventura tentu saja berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang besar mengingat usaha ini mempunyai tingkat
risiko yang tinggi high risk capital. Meskipun demikian, bukan berarti usaha modal ventura ini tidak mempunyai misi humanistik humanistic institution, yaitu
lembaga penolong bagi usaha lemah agar dapat mengembangkan usahanya. Pada umumnya, investasi ini dilakukan dalam bentuk penyertaan modal
secara tunai yang dilakukan dengan sejumlah saham pada perusahaan pasangan usaha. Kebanyakan dana ventura ini berasal dari sekelompok investor yang mapan
keuangannya, bank investasi dan institusi keuangan lainnya yang melakukan pengumpulan dana ataupun kemitraan untuk tujuan investasi. Penyertaan modal
yang dilakukan oleh perusahaan modal ventura kebanyakan dilakukan terhadap perusahaan yang baru berdiri sehingga belum memiliki riwayat operasional yang
dapat menjadi catatan guna memperoleh suatu pinjaman.
24
Pembiayaan dengan pola modal ventura juga masih menimbulkan beberapa persoalan apabila dicermati dari sudut pandang pengembangan UMKM
terutama bagi perusahaan pasangan usaha. Hal ini disebabkan dalam praktik, apabila perusahaan menunjukkan gejala kegagalan, perusahaan yang bersangkutan
23
Ibid, hlm. 35-36.
24
“Modal Ventura”, http:id.wikipedia.orgwikiModal_ventura
diakses tanggal 30 Juni 2014.
16
cenderung diambil alih take over atau dilikuidasi oleh Perusahaan Modal Ventura PMV.
25
Berbagai negara yang kini tergolong atau disebut sebagai negara industri maju, ternyata pada awalnya mulai membangun negara dan masyarakatnya
dengan ditopang oleh usaha kecil. Bahkan negara tetangga kita di kawasan Asean, Malaysia dan Thailand, yang juga merupakan calon atau bahkan sudah menjadi
‘macan muda, kegiatan usaha kecil begitu meluas dan merata di berbagai lini kehidupan masyarakat sebagai sumber utama penopang perekonomian negara-
negara tersebut. Memetik pengalaman dari negara-negara tersebut akan sangat disayangkan bila kehidupan kalangan usaha kecil di Indonesia, yang juga
memiliki potensi besar untuk turut memajukan negara dan masyarakatnya, tidak diperhatikan. Oleh karena itu berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
pengusaha kecil telah banyak ditakukan, bukan saja oleh Pemerintah, namun juga oleh elemen ekonomi lainnya, baik BUMN ataupun sektor usaha besar.
Dari semua itu, terdapat komitmen kerja sama yang lebih dikenal dengan kemitraan didasarkan pada pertimbangan pemerataan yang mutuatistis saling
menguntungkan. Konsep kemitraan itu sendiri secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 model, yaitu:
26
1. Kerja sama keterkaitan hulu-hilir fonrard linkage, di mana sektor usaha kecil yang menghasilkan produk sektor primer pertanian,
perkebunan, petemakan dan perikanan dapat menjadi pemasok perusahaan industri maupun jasa misalnya restoran atau hotel.
25
Sunaryo, Op.Cit, hlm. 27.
26
Hamfri Djajadikerta, Mengangkat Usaha Kecil Dengan Modal Ventura, Jakarta: Bina Ekonomi, 1997, hlm. 18.
17
Dengan cara ini pengusaha kecil dapat memiliki captive market” yang dapat diandalkan, sehingga tidak disibukkan dengan persoalan
pemasaran prduk dan tidak dimanfaatkan oleh tengkulak. Dengan kerja sama hulu hilir semacam ini, slabilitas pendapatan usaha kecil
lebih terjamin. 2. Kerja sama hilir-hulu backwad-linkage, di mana inisiatif pertama
muncul dari perusahaan besar. Mereka menunjuk sektor usaha kecil sebagai pemasok kebutuhan bahan mentah atau suku cadang secara
terus menerus dengan menentukan standar atau kriteria tertentu mengenai barang yang diinginltannya. Harga ditentukan berdasarkan
kesepakatan kemitraan. Model ini dapat menghindari sikap monopoli pengusaha besar yang ingin menguasai kegiatan deri hulu ke hilir,
mulaidari penyediaan bahan baku, produksi hingga pemasarannya. 3. Kerja sama kepemilikan saham, di mana dapat dilakukan dengan cara
memberikan prioritas penjualan saham go public pada pengusaha kecil atau koperasi dengan kepemitikan secara bertahap ditingkatkan
sampai wakil dari pengusaha kecilkoperasi tersebut dapat diangkat sebagaidewan komisaris yang dapat ikut berperan menentukan
kebijakan usaha. 4. Kerja sama Bapak-Anak Angkat, dengan titik berat keharusan
membina dan turut serta menjamin kelangsungan hidup sesama mitra usaha. Bentuk kemitraan ini menjadi tanggung jawab sosial
perusahaan besar di suatu tempat.
18
Pengertian Kemitraan berdasarkan Pasal 13 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 jo Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan,
mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.
27
Kemitraan tersebut dapat dilaksanakan dengan pola:
28
a Inti-plasma b Subkontrak
c Waralaba d Perdagangan umum
e Distribusi dan keagenan f Bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti: bagi hasil, kerjasama
operasional, usaha patungan joint venture, dan penyumberluaran outsourching.
Model kemitraan seperti disebutkan di atas, masih mengandung berbagai kelemahan yang ditimbulkan oleh berbagai pihak yang terlibat. Dari sektor usaha
kecil , kelemahan terletak padi kurangnya kemampuan manajemen, masih rendah tingkat kedisiplinan dalam memenuhi komitmen kemitraan, keinginan untuk terus
dimanja, dan mungkin juga masih dilapisi rasa curiga terhadap kejujuran
27
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah BAB I, Pasal 1 Angka 4.
28
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah BAB III, Paragraf 12, Pasal 29 Ayat 1 dan Ayat 4.
19
pengusaha besar misalnya dalam penentuan kualitas atau harga. Sebaliknya dari sisi pengusaha besarpun masih ada rasa lebih dominan dan perasaan sombong
dapat memilih mita usahanya yang dianggap paling menguntungkan dan sering kurang adil dalam komitmen saling menguntungkan misalnya dalam menentukan
standar mutu, harga dan volume. Di pihak lain , kadang-kadang terdapat pihak ketiga yang dapat mengacaukan konsep kemitraan tadi untuk keuntungannya
sendiri, misalnya tengkulak yang sering mengobral janji dan mempermainkan harga.
29
Akibat dari semua itu, upaya pemilik modal pengusaha besar dalam membantu mitra kerjanya, yang cenderung mengandalkan cara tricle down effect
dampak yang menetes ke bawah, belum dapat menyeimbangkan kecepatan pertumbuhan. Pertumbuhan perusahaan menengah dan kecil cenderung lebih
lamban, sehingga masih juga tertinggal. Dalam hal PMV, proses transformasi akan melibatkan PMV dan PPU.
Hubungan kedua pihak ini sangat berbeda dengan karakteristik hubungan antara pihak bank dan pihak perusahaan sehingga naik turunnya tingkat bunga tidak bisa
digunakan sebagai acuan untuk instrumen transaksi. Oleh karena itu, guna menjaga kesinambungan kerja sama usaha antara kedua pihak sangatlah
ditentukan oleh perilaku behaviour pihak-pihak yang terlibat baik secara personal antar pemegang saham, antara pemegang saham dan PMV, antara
pemegang saham dan pengelola calon PPU, ataupun antar perusahaan tersebut.
30
29
Ibid, hlm. 18-19.
30
Ibid
20
Potensi timbulnya permasalahan tersebut menunjukkan bahwa perikatan kerja sama usaha modal ventura adalah berisiko tinggi terutama oleh sikap
oportunistik pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, kerjasama dalam PMV seharusnya dilakukan dalam sebuah perjanjian yang mengikat kedua belah pihak
lengkap dengan segala konsekuensi hukumnya sehingga diharapkan dapat menghindari atau paling tidak meminimalisir risiko yang mungkin timbul.
Perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak harus dapat melindungi kepentingan PMV dan PPU secara berimbang meski posisi PMV sebagai pihak
yang menyediakan fasilitas modal dan tenaga ahli, yang berhadapan dengan PPU sebagai pihak yang membutuhkan fasilitas modal pembiayaan dan tenaga ahli.
31
Karakteristik pengelolaan modal ventura yang demikian berbeda dengan pengelolaan pembiayaan modal lainnya membuat keberhasilan pengelolaan modal
ventura akan sangat ditentukan oleh proses transformasi dalam mekanisme suatu organisasi. Dalam kaitan ini, informasi sangatlah penting, dan informasi yang
asimetrik akan terjadi apabila salah satu pihak menguasai informasi yang lebih banyak. Proses transformasi tersebut kemudian akan melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan.
32
F. Metode Penelitian