Susunan lafadz-lafadz untuk menta’dilkan dan menjarhkan rawi.

3. Bila jumlah mu’adilnya lebih banyak dari pada jumlah jarh, maka yang didahulukan adalah ta’dil. Sebab jumlah yang banyak itu dapat memperkuat kedudukan. 4. masih tetap dalam keta’arudlan-nya selama belum ditemukan yang me-rajih- kannya.

5. Susunan lafadz-lafadz untuk menta’dilkan dan menjarhkan rawi.

Menurut Ibnu Abi Hatim, Ibnu Shalah, dan Imam Nawawy, lafadz itu disusun menjadi 4 tingkatan, menurut al-Hafidz ad-Dzahaby dan al-Iraqy menjadi 5 tingkatan, dan Ibnu Hajar menyusunnya menjaid 6 tingkatan. Pertama : segala sesuatu yang mengandung kelebihan rawi dalam keadilan dengan menggunakan lafadz-lafadz yang berbentuk af’alut-tafdil atau ungkapan lain yang mengandung pengertian yang sejenis. Misalnya : سانلا قث وأ Orang yang paling Tsiqoh ةلادع و اظفح سانلا تبثأ Orang yang paling mantap hafalan dan lidahnya تبثلا ىف ىهتنملا هيلإ Orang yang paling top keteguhan hati dan lidahnya هقثلا قوف ةقث Orang yang Tsiqoh melebihi orang yang tsiqoh Kedua : Memperkuat ketsiqohan rawi dengan membubuhi satu sifat dari sifat-sifat yang menunjuk keadilan dan kedlabitannya. Misal : تبث تبث Orang yang teguh lagi teguh هقث تقث Orang yang Tsiqoh lagi tsiqoh ةجح ةجح Orang yang ahli lagi petah lidahnya ةقث تبث Orang yang teguh lagi Tsiqoh ةجح ظفاح Orang yang hafidz lagi petah lidahnya نقتم طباظ Orang yang kuat ingatannya lagi meyakinkan ilmunya Ketiga : Menunjuk keadilan dengan suatu lafadz yang mengandung arti kuat ingatan, Misalnya, تبث Orang yang Teguh hati dan lidahnya نقتم Orang yang meyakinkan ilmunya تقث Orang yang Tsiqoh ظفاح Orang yang hafidz kuat hafalannya ةجح Orang yang petah lidahnya Keempat : Menunjuk keadilan dan kedlabitan, tetapi dengan lafadz yang tidak mengandung arti kuat ingatan dan adil tsiqoh, Misalnya : قودص Orang yang sangat jujur نومأم Orang yang dapat memegang amanah هبسأب ل Orang yang tidak cacat Kelima : Menunjuk kejujuran rawi, tetapi tidak terpaham adanya kedlabitan. Misalnya : قدصلا هلحم Orang yang berstatus jujur ثيدحلا ديج Orang yang baik hadistnya ثيدحلا نسح Orang yang bagus hadistnya ثيدحلا برقم Orang yang hadistnya berdekatan dengan hadist lain orang lain tsiqoh. Keenam : Menunjukkan arti mendekati cacat. Seperti sifat-sifat tersebut di atas yaitu diikuti lafadz Insya Allah, atau lafadz tersebut di-tasghir-kan pengecilan arti, atau lafadz itu dikaitkan dengan sesuatu pengharapan. Misalnya : هب سأب ل نأب وجرا نلف Orang yang diharap Tsiqohnya هليوص نلف Orang yang sedikit kesalehannya هثيدح لوبقم نلف Orang yang diterima hadistnya. Tingkatan dan lafadz-lafadz untuk mentajrih rawi-rawi Pertama : menunjukkan tentang keterlaluan si rawi tentang cacatnya. Misalnya : سانل اعضوأ Orang yang paling dusta سانلا بذكا Orang yang paling bohong عضولا ىف ىهتنملا هيلإ Orang yang paling top kebohongannya Kedua : Menunjukkan kesangatan cacat dengan menggunakan lafadz berbentuk shighat mubaghoh. Misalnya : باذك Orang yang pembohong عاضو Orang yang pendusta لاجد Orang yang penipu Ketiga : Menunjukkan kepada tuduhan dusta, bohong, atau yang lainnya. Misalnya : بذكل اب مهتم نلف Orang yang dituduh bohong عضولاب مهتموأ Orang yang dituduh dusta رظنلا هيف نلف Orang yang perlu diteliti طقس نلف Orang yang gugur ثيدحلا بهاذ نلف Orang yang tidak hadistnya telah hilang ثيدحلا كورتم نلف Orang yang ditinggalkan hadistnya Keempat : Menunjuk kepada kesangatan lemahnya. Misalnya : ثيدحلا حرطم Orang yang dilempar hadistnya فيعض نلف Orang yang lemah ثيدحل ادودرم نلف Orang yang ditolak hadistnya Kelima : Menunjuk kepada kelemahan dan kekacauan rawi mengenai hafalannya, misalnya : هب جتحي ل فيعض Orang yang tidak dapat dibuat hujah hadistnya لوهجم نلف Orang yang tidak dikenal identitasnya ثيدحلا ركنم نلف Orang yang mungkar hadistnya ثيدحلا برطضم نلف Orang yang kacau hadistnya هأ و نلف Orang yang banyak menduga-duga Keenam : menyifati rawi dengan sifat-sifat yang menunjuk kelemahannya, tetapi sifat itu berdekatan dengan adil, misalnya : هثيدح فعض Orang yang didlaifkan hadistnya هيف لاقم نلف Orang yang diperbincangkan فلخ هيف نلف Orang yang disingkiri نيل نلف Orang yang lunak ةجحلا اب سيل نلف Orang yang tidak dapat digunakan hujjah hadistnya ىوقلا ابسيل نلف Orang yang tidak kuat C. KITAB-KITAB ILMU JARH WAT-TA’DIL 1. Ma’rifatur rijal. Karya Yahya Ibni Ma’in. 2. Ad-Dlu’afa’. Karya Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhory 3. At-Tsiqat. Karya Abu Hatim bin Hibban al-Butsy 4. Al-Jarhu wat Ta’dil karya Abdur Rahman bin Abi Hatim Ar-Razy 5. Mizanul I’tidal karya Imam Syamsudin Muhammad adz-Dzahaby 6. Lisanul-Mizan karya al-Hafidz ibnu Hajar al-Asqalany KITAB HADIST ENAM DAN KATEGORINYA NAMA-NAMA KITAB HADIST DAN KATEGORINYA

A. KITAB-KITAB INDUK YANG ENAM KUTUB AS-SITTAH