80 Kelasinterval =
NbT −NbR
3
4 NbT = Nilai Bahaya Tertinggi
NbR= Nilai bahaya terendah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembobotan faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian banjir dilakukan
dengan analisis AHP
.
Analisis ini dilakukan dengan
mengelompokkan Kabupaten
Donggala menjadi 2 bagian yaitu bagian selatan dan bagian utara. Pembagian
wilayah ini didasarkan oleh sangat luasnya daerah penelitian yang mencapai 8.397,48
Km
2
dan terdapat perbedaan karakteristik fisik wilayahnya seperti curah hujan,
penggunaan lahan, luas DAS dan jenis tanah.
Prinsip kerja
AHP adalah
menyederhanakan suatu masalah kompleks menjadi bagian-bagiannya dan menatanya
dalam suatu hirarki atau peringkat. Input awal untuk matriks perbandingan dalam
metode ini digunakan dengan menentukan skor masing-masing faktor yang digunakan.
Proses skoring ini diberikan berdasarkan pengaruh terhadap banjir . Semakin tinggi
skornya maka semakin tinggi pengaruh faktor tersebut terhadap bahaya banjir. Dari
Gambar 4.8 dan Gambar 4.9, diketahui bahwa di bagian utara Kabupeten Donggala
jumah skor tertinggi adalah luas DAS dengan nilai 119 dan faktor terendah adalah
jenis tanah dengan jumlah skor 25. Sedangkan di bagian selatan skor tertinggi
adalah penggunaan lahan dengan jumlah skor 79 dan skor terendah adalah jenis
tanah dengan jumlah skor 24. Gambar 4. Grafik jumlahbobot faktor
penyebab bahaya banjir di bagian Selatan Kabupeten Donggala
Gambar 5. Grafik jumlah bobot faktor penyebab bahaya banjir di bagian Selatan
Kabupeten Donggala
Analisis Potensi
bahaya banjir
di Kabupaten Donggala
Berdasarkan Pembobotan yang dilakukan, terjadinya bahaya banjir di Kabupatean
Donggala disebabkan oleh kondisi fisik daerah
ini yaitu
meluapnya sungai
dibeberapa daerah yang memiliki nilai kemiringan kecil ketika musim penghujan.
Di bagian utara daerah ini faktor utama penyebab bahaya banjir yaitu karakteristik
DAS dengan bobot sebesar 45,28. Sedangkan faktor
–faktor lainnya yaitu penggunaan lahan, curah hujan, akumulasi
aliran, jenis tanah dan kemiringan lereng dengan bobot masing-masing yaitu 23,91,
4,75 , 14.,88, 2,74 dan 8,44.
2.74 23.91
4.75 45.28
14.88 8.44
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
bagian utara
bobot
Faktor
10 20
30 40
50
bagian selatan
faktor bobott
81 Di bagian selatan daerah ini faktor utama
penyebab bahaya banjir adalah penggunaan lahan dengan bobot 46,09 . Di Sebagian
besar Kecamatan di wilayah ini selain menggunakan lahan untuk pemukiman dan
perkebunan juga digunakan untuk tambak masyarakat seperti Kecamatan Banawa,
Kecamatan Banawa Tengah dan Kecamatan Banawa Selatan. Kegiatan tambak dan
perkebunan masyarakat ini menyebabkan berkurangnya fungsi tanah untuk menyerap
air dan umumnya berada di daerah dengan kemiringan
kecil. Sedangkan
faktor penyebab bahaya banjir lainnya diwilayah
ini yaitu karakteristik DAS 23,59, akumulasi aliran 12,65, kemiringan lereng
8,91, curah hujan 5,21 dan tanah 3,54.
Gambar 6. Grafik Luas Ha daerahbahaya banjir kategoritinggi disetiap kecamatan
Berdasarkan analisis luas daerah, daerah terluas yang berpotensi bahaya banjir untuk
kategori tinggi berada di Kecamatan Sojol dengan
luas mencapai
9210,03 Ha
sedangkan daerah
yang paling
kecil luasannya adalah Kecamatan Pinembani
dengan luas sebesar 0Ha.Untuk daerah dengan kategorisedang, maka Kecamatan
Sojol
yang terluas
daerahnya yaitu
25582,98Ha, sedangkan daerah yang paling kecil luasannya adalah Kecamatan Banawa
dengan luas 581,87 Ha.Perbedaan luas daerah bahaya banjir ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor penyebab banjir yang digunakan yaitu karakteristik DAS, jenis
tanah,
penggunaan lahan,curah
hujan,akumulasi aliran dan kemiringan lereng di setiap daerah di Kabupaten
Donggala.Pengaruh setiap
faktor ini
berbeda-beda, akan
tetapi umumnya
kejadian banjir di Kabupaten Donggala terjadi pada musim penghujan dan sangat
dipengaruhi oleh luas DAS dan penutupan lahan.
4. KESIMPULAN