HUBUNGAN KETERLIBATAN PENGASUHAN AYAH DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SMA MUHAMMADIYAH BANTUL

(1)

SMA MUHAMMADIYAH BANTUL

SKRIPSI

Oleh:

Ummu Afifah Nuriyatu Zahroh

NPM: 20120720204

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) strata Satu pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Ummu Afifah Nuriyatu Zahroh

NPM: 20120720204

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

HUBUNGAN KETERLIBATAN PENGASUHAN AYAH DENGAN

TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SMA MUHAMMADIYAH BANTUL

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Ummu Afifah Nuriyatu Zahroh

NPM : 20120720204

Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Program Studi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 31 Agustus 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Anita Aisah, M.Psi. ( ) Pembimbing : Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag. ( ) Penguji : Dr. Abd. Madjid, M. Ag. ( )

Yogyakarta, 4 September 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

Dr. Mahli Zainudin Tago, M.Si. NIK 19660717199203113014


(4)

iii

Nomor Mahasiswa : 20120720204

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 4 September 2016 Yang membuat pernyataan

Ummu Afifah Nuriyatu Zahroh NPM. 20120720204


(5)

iv

لٌيظعلٌْظلل ْلإلّن

إل ِّّل ْتلال َّبلَلهظعيلوهولهنبالنامقلل اقلذ

ِ

ِ

إو

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".


(6)

v

Untuk ayahku, Bapak Suyono,

Sumber dukungan kekuatan dan keberanian yang tak pernah padam. Untuk ibundaku, ibu Rinasihin,

Sumber dukungan emosional yang tak pernah kering. Untuk adikku, faruq an-Nashih,

Sumber dukungan inspirasi yang tak pernah redup dan

Untuk calon ayah bagi generasiku kedepan, Sumber dukungan motivasi yang tak berjeda .


(7)

vi

HALAMAN NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 8

B. Kerangka Teori ... 11


(8)

vii

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 38

E. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah SMA Muhammadiyah Bantul ... 41

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 51

1. Uji Instrumen Penelitian ... 51

2. Hasil Analisis Data ... 60

3. Pembahasan ... 78

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Kketerbatasan Penelitian ... 82

C. Saran-saran ... 82

D. Kata Penutup ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

CURRICULUM VITAE ... 87


(9)

viii

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional ... 35

Tabel 4.0 Item Validitas Keterlibatan Pengasuhan Ayah ... 52

Tabel 4.1 Kisi-kisi Instrumen Keterlibatan Pengasuhan Ayah Setelah dilakukan Uji Coba ... 53

Tabel 4.2 Item Validitas Kecerdasan Emosional Anak ... 54

Tabel 4.3 Kisi-kisi Instrumen Tingkat Kecerdasan Emosional Setelah dilakukan Uji Coba ... 55

Tabel 4.4 Analisis Reliabilitas Item Keterlibatan Pengasuhan Ayah ... 57

Tabel 4.5 Analisis Reliabilitas Item Kecerdasan Emosional ... 58

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data ... 59

Tabel 4.7 Descriptive Statistics ... 76


(10)

ix

Gambar 4.0 Diagram Paternal Engagement ... 63

Gambar 4.1 Diagram Accessibility/Availibility ... 64

Gambar 4.2 Diagram Responsibility ... 65

Gambar 4.3 Diagram Keterlibatan Pengasuhan Ayah ... 66

Gambar 4.4 Diagram Mengenali Emosi Diri ... 68

Gambar 4.5 Diagram Mengelola Emosi... 69

Gambar 4.6 Diagram Memotivasi Diri Sendiri ... 70

Gambar 4.7 Diagram Mengenali Emosi Orang Lain ... 71

Gambar 4.8 Diagram Membina Hubungan ... 73

Gambar 4.9 Diagram Kecerdasan Emosional ... 74


(11)

(12)

xiii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui dan mengkaji keterlibatan pengasuhan ayah, 2) mengetahui dan mengkaji tingkat kecerdasan emosional siswa, 3) mengetahui dan mengkaji hubungan antara keterlibatan pengasuhan ayah dengan tingkat kecerdasan emosional siswa SMA Muhammadiyah Bantul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 108 siswa, selanjutnya untuk mendapatkan sampel dengan teknik simple random sampling yang berjumlah 30 responden. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Uji validitas instrumen menggunakan rumus product moment Pearson, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi sederhana dengan rumus Pearson product moment correlation.

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Keterlibatan pengasuhan ayah pada siswa SMA Muhammadiyah Bantul berkategori tinggi pada keseluruhan indikatornya yang meliputi paternal engagement, accessibility/availibility, dan resposibility, 2) Kecerdasan emosional siswa SMA Muhammadiyah Bantul berkategori sedang pada tiga indikator, yaitu; mengenali emosi diri, mengeloa emosi dan empati. Sedangkan dua indikator lainnya berkategori tinggi, yaitu; memotivasi diri sendiri dan membina hubungan. 3) Hasil koefisien korelasi menunjukkan bahwa rhitung (0.490) lebih besar (>) dari rtabel (0.361) yang berarti Ha

diterima dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan, terdapat hubungan antara keterlibatan pengasuhan ayah dengan tingkat kecerdasan emosional siswa SMA Muhammadiyah Bantul.


(13)

A. Latar Belakang Masalah

Orang tua sebagai pemegang peran utama dalam keluarga sangatlah berpengaruh terhadap sirkulasi kehidupan di dalam suatu keluarga. Peranannya yang sangat penting menuntut pula tanggung jawab untuk dapat memberikan yang terbaik bagi seluruh anggota keluarga. Dalam hal pengasuhan anak, orang tua menjadi tombak utama pengambil keputusan untuk anak-anaknya. Terutama peran ayah dalam pengasuhan anak adalah sebagai suatu hal penting yang tidak dapat disepelekan. Ayah sebagai panutan keluarga sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya. Kurangnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak menyebabkan anak mencari model lain dalam kesehariannya.

Saat ini sudah muncul revolusi pemikiran yang menempatkan betapa tokoh ayah penting dalam proses dan perkembangan anak. Tidak dapat diterima lagi anggapan yang menempatkan ayah hanya sebagai tokoh sekunder dalam mendidik anak. Kini, sudah sangat diragukan kesahihan pandangan yang membeda-bedakan posisi ayah dan ibu terhadap anak. Hasil penelitian terhadap perkembangan anak yang tidak mendapat asuhan dan perhatian ayah menyimpulkan, perkembangan anak menjadi pincang. Kelompok anak yang kurang mendapat perhatian ayahnya cenderung memiliki kemampuan akademis


(14)

menurun, aktivitas sosial terhambat, dan interaksi sosial terbatas. Bahkan bagi anak laki-laki, ciri maskulinnya (ciri kelakian) bisa menjadi kabur (Dagun, 1990: 15).

Namun fenomena yang terjadi saat ini masih banyak ayah yang kurang menyadari peran pentingnya di dalam keluarga. Sehingga tidak jarang jika masih ditemukan keluarga yang menempatkan ibu sebagai tokoh yang harus aktif dalam pengasuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan hasil dari data Konferensi Ayah Sedunia dinyatakan bahwa Indonesia termasuk kedalam “fatherless country, negara yang kekurangan ayah” demikian kata Irwan Rinaldi kepada Aktual.com, Jakarta Selatan, Kamis 12 November 2015. Irwan mengatakan, kurangnya ayah di dalam hal ini yaitu kurangnya ayah dari sisi psikologis. Kemudian ia menambahkan bahwa anak-anak Indonesia saat ini sudah terjerambab dalam kasus ‘father hungry’. Salah satu ciri yang dapat diketahui yaitu kematangan psikologis yang lebih unggul dari kematangan biologis. Di Indonesia seseorang yang berumur 23 tahun secara bilogis namun secara psikologis masih seperti anak berumur 11 tahun.

Akibat dari fatherless Country ini diantaranya anak menjadi; memiliki harga diri yang rendah, bertingkah laku kekanak-kanakan, terlalu bergantung, dan kesulitan mendapatkan identitas sosial. Padahal Islam telah memperingatkan untuk menjaga dengan baik setiap keturunan, hal ini sebagaimana di dalam Q.S At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi sebagai berikut:


(15)

ةاكِئاام ااهْ يالاع ُةارااجِْْااو ُساّنلا ااُدوُقاو اًراَ ْمُكيِلْاأاو ْمُكاسُفْ ناأ اوُق اوُنامآ انيِذّلا ااهّ ياأ اَ

انوُلاعْفا ياو ْمُاراماأ اام اّّا انوُصْعا ي ا داادِش ظاِغ

انوُرامْؤُ ي اام

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S At-Tahrim : 6)

Judith Langloish dalam penelitiannya menemukan bahwa tokoh ayahlah sebagai pengukuh dasar dalam perkembangan anak laki-laki menuju kedewasaan dan juga anak perempuan. Peran ayah di sini digambarkan sama penting dengan perannya sebagai teman main anak. Ayah mempengaruhi perkembangan anak-anaknya dengan berbagai cara. Penampilan mereka merupakan model panutan bagi anak-anaknya dalam pergaulan dan sikap sehari-hari. Lebih dari ibu, ia memberi kesan mendalam dalam perkembangan sikap putera-puterinya (Dagun, 1990: 123).

Berbagai penelitian membuktikan adanya kaitan erat antara emosional dengan pola asuh orang tua, yang sangat mempengaruhi kepribadian, bahkan mungkin kegagalan atau kesuksesannya. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap dan dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua sangat mempengaruhi dalam pembentukan emosional khususnya masa remaja. (Fatmawati, Amatus dan Abram, 2015: 2). Pola asuh orang tua memiliki peran yang sangat penting terhadap perkembangan kecerdasan emosional pada remaja.


(16)

Kegagalan pola asuh orang tua sering kali menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan pada perkembangan kecerdasan emosional anak. Remaja yang rendah dalam hal kecerdasan emosional akan lebih sering terjebak dalam hal kenakalan remaja.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada beberapa siswa SMA Muhammadiyah Bantul. Setelah melakukan observasi beberapa kali, peneliti melihat masih terdapat siswa yang rendah motivasi belajarnya, sikapnya yang masih kurang terkontrol, dalam beberapa kesempatan juga tidak sedikit siswa yang meninggalkan kelas pada saat sedang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Kemudian dari hasil wawancara kepada beberapa siswa terkait keterlibatan ayah di dalam pengasuhan, mendapat jawaban sebagai berikut:

Saya merasakan kurangnya keterlibatan ayah dalam melakukan pengasuhan di keluarga. Saya benar-benar kurang merasakan kasih sayang dari ayah saya, hanya ibu saja yang memberikan perhatian lebih kepada saya. Saya frustasi dengan sikap ayah saya yang terlalu cuek kepada saya dan keluarga, saya juga tidak memiliki keberanian untuk menegur ayah. Bahkan saya juga sering pergi ke kafe untuk melakukan pelampiasan, terkadang juga tawuran dengan teman-teman karena saya punya geng. Perlu anda ketahui juga bahwa saya pernah dikeluarkan dari sekolah karena saya melakukukan hal yang tidak sepatutnya saya lakukan dengan pacar saya. Keluarga saya mungkin tidak tahu dengan apa yang saya lakukan, saya juga tidak tahu apakah ayah peduli dengan apa yang saya lakukan (wawancara pada tanggal 23 Maret 2016).

Peneliti melakukan wawancara kedua dengan siswa lainnya dan mendapatkan jawaban sebagai berikut:

Saya sedih dengan keadaan keluarga saya, kedua orang tua saya bercerai. Setelah perceraian mereka, saya sekarang lebih sering menyalahkan


(17)

keadaan. Saya lebih sering diam, lebih frontal dan suka marah-marah dengan sendirinya. Saya tidak tahu kenapa kedua orang tua saya harus bercerai, saya yang merasa kesulitan menerima semua kejadian ini. Ketika saya melihat teman-teman saya bersama ayah dan ibu nya, hati saya terkadang merasakan sakit (wawancara pada tanggal 15 April 2016). Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa, menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa siswa yang mengalami kurangnya kasih sayang dari seorang ayah dan hal itu berpengaruh pada sikap seorang anak dalam kehidupannya.

Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting dan strategis untuk dilakukan guna mengetahui seberapa penting keterlibatan pengasuhan ayah dan hubungannya dengan tingkat kecerdasan emosional siswa SMA Muhammadiyah Bantul.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana keterlibatan pengasuhan ayah pada siswa SMA Muhammadiyah Bantul ?

2. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional pada siswa SMA Muhammadiyah Bantul ?

3. Adakah hubungan antara ketelibatan pegasuhan ayah dengan tingkat kecerdasan emosional siswa SMA Muhammadiyah Bantul ?


(18)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan utama dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji keterlibatan pengasuhan ayah pada siswa SMA Muhammadiyah Bantul.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji tingkat kecerdasan emosional siswa SMA Muhammadiyah Bantul.

3. Untuk mengetahui dan mengkaji hubungan keterlibatan pengasuhan ayah dengan tingkat kecerdasan emosional siswa SMA Muhammadiyah Bantul.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengkritisi dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keterlibatan ayah di dalam melakukan pengasuhan kepada anaknya dan sesuatu hal yang berkaitan dengan kecerdasan emosional. b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pendidik dan para orang tua, terutama ayah dalam melakukan pendekatan kepada anak atau peserta didik.


(19)

E. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam mengkaji dan memahami secara keseluruhan skripsi ini, peneliti akan menguraikan tentang sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I, membahas tentang pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II, membahas tentang tinjauan pustaka, landasan teori, dan hipotesis.

Bab III, membahas tentang metode penelitian yang meliputi populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional, uji reliabilitas dan validitas serta analisis data.

Bab IV, membahas tentang gambaran umum SMA Muhammadiyah Bantul, meliputi sejarah berdirinya, keadaan geografis dan lingkungannya, visi misi dan tujuan sekolah, struktur kepengurusan, guru dan karyawan, peserta didik, serta sarana dan prasarananya juga analisis data pembahasan mengenai hubungan keterlibatan pengasuhan ayah dengan tingkat kecerdasan emosional siswa SMA Muhammadiyah Bantul.

Bab V, membahas tentang penutup, meliputi kesimpulan, saran-saran, kata penutup, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai pengasuhan ayah ini pernah diteliti sebelumnya yaitu: penelitian yang dilakukan oleh Albadru (2007), tentang “Kompetensi Interpersonal Mahasiswi terhadap Lawan jenis Ditinjau dari Keterlibatan Ayah

dalam Pengasuhan”. Variabel bebas dalam penelitian tersebut adalah keterlibatan ayah dalam pengasuhan, variabel terikatnya adalah kompetensi interpersonal mahasiswi terhadap lawan jenis. Pada penelitian tersebut kompetensi interpersonal mahasiswi terhadap lawan jenis diukur mengggunakan aspek Buhremester dkk (1988) sedangkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan pada penelitian tersebut diukur berdasarkan aspek dari Andayani dan Koentjoro (2004) yaitu afektif, fisik dan kognitif. Subjek penelitian tersebut adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada berusia 19-25 tahun. Pada penelitian sampel dipilih menggunakan metode incendital sampling, yaitu subjek dipilih berdasarkan ciri atau kriteria yang dibatasi. Hasil penelitian ini adalah (a) subjek memiliki tingkat kompetensi interpersonal dengan lawan jenis tinggi dan keterlibatan ayah dalam pengasuhan yang tinggi (b) sumbangan keterlibatan ayah dalam pengasuhan terhadap kompetensi interpersonal mahasiswi terhadap


(21)

lawan jenis sebesar 8,6%, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi kompetensi interpersonal terhadap lawan jenis pada mahasiswi sebesar 91,4%.

Peran ayah pernah diteliti oleh Elita (2003), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Peran Ayah dengan Perilaku Seksual pada Remaja”. Variabel penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu peran ayah dan variabel tergantungnya perilaku seksual pada remaja. Pada penelitian ini aspek peran ayah menggunakan skala berdasarkan aspek dari Gecas dan Schawble (1986). Subjek penelitian ini adalah siswi SMKK BOPKRI berusia 15-21 tahun. Pengambilan subjek menggunakan metode puposive sampling. Hasil penelitian ini adalah (a) ada korelasi yang signifikan yang negatif antara peran ayah dengan perilaku seksual remaja perempuan sebesar -0,433 dengan sumbangan relatif sebesar 19,7%.

Tengku Shella Asyava di dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Attachment Terhadap Ayah dengan Kecerdasan Emosi Pada Remaja Laki-laki”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik multi stage sampling dengan jumlah subjek sebanyak 80 orang remaja laki-laki berusia 15-18 tahun. Alat ukur pada penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala likert, yaitu skala attachment terhadap ayah dan skala kecerdasan emosi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan attachment terhadap ayah dengan kecerdasan emosi dengan r = 0,381 dan p = 0,000, ada hubungan positif secure attachment terhadap ayah dengan kecerdasan emosi


(22)

dengan r = 0,274 dan p = 0,000, dan ada hubungan negatif avoidant attachment terhadap ayah dengan kecerdasan emosi dengan r = 0,452 dan p = 0,000.

Penelitian terkait kecerdasan emosional juga pernah diteliti oleh Renny Nursanty (2008), dengan judul“Hubungan Antar Kecerdasan Emosional dengan

Kecenderungan Depresi pada Remaja”. Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Pengumpulan datanya menggunakan dua skala yaitu skala BDI dan skala kecerdasan emosional. Subjek penelitiannya adalah siswi SMA Negeri 1 Tanjungpinang dengan subjek penelitian siswi-siswi kelas X (sepuluh). Hasil akhir dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan kecenderungan depresi pada remaja dan diketahui sumbangan efektif variabel kecerdasan emosional terhadap kecenderungan depresi sebesar 15,5%.

Ana Setyowati dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara

Kecerdasan Emosional dengan Resiliensi Pada Siswa Penghuni Rumah Damai”.

Alat pengumpul data yang digunakan adalah dua buah skala, yaitu skala kecerdasan emosional dan skala resiliensi. Resiliensi adalah kemampuan individu dalam mengatasi tantangan hidup serta mempertahankan kesehatan dan energi yang baik sehingga dapat melanjutkan hidup secara sehat. Analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi sederhana. Subjek penelitian ini adalah 16 orang siswa di Rumah Damai. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan


(23)

resiliensi. Sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap resiliensi dalam penelitian ini sebesar 64,1%.

Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya bahwa keterlibatan pengasuhan ayah dan kecerdasan emosional masih dikaji dengan berdiri sendiri-sendiri, belum ada yang mengkaji secara bersamaan dalam satu penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan coba untuk dikaji dan disandingkan secara bersama dalam satu bahasan penelitian antara keterlibatan pengasuhan ayah dengan tingkat kecerdasan emosional.

B. Kerangka Teori

1. Keterlibatan Pengasuhan Ayah

a. Definisi Keterlibatan Pengasuhan Ayah

Pengasuhan merupakan suatu perilaku yang pada dasarnya mempunyai kata-kata kunci yaitu hangat, sensitif, penuh penerimaan, bersifat respirokal, ada pengertian dan respon yang tepat pada kebutuhan anak (Garbarino, 1992 : 45).

Para peneliti mengenai keterlibatan ayah memiliki sedikit kesulitan untuk mendefnisikan konsep keterlibatan ayah. Bahkan kurangnya definisi yang jelas dan konsisten dari konsep keterlibatan ayah ini menjadi salah satu hambatan terbesar dalam penelitian mengenai peran ayah. Keterlibatan ayah seringkali digambarkan dengan jumlah waktu yang ayah habiskan bersama dengan anaknya atau interaksi langsung antara ayah dan


(24)

anak (Hawkins et al, 2002: 21). Hal itu terjadi karena waktu seringkali dianggap orang tua sebagai hal yang paling penting dalam keterlibatan dengan anak (Hawkins et al, 2002: 22). Akan tetapi waktu bukan satu-satunya dimensi yang penting dalam keterlibatan ayah, yang menjadi inti sesungguhnya yaitu bagaimana kualitas dan intensitas pertemuan itu. Pernyataan yang lebih mendasar adalah bukan jumlah waktu seorang ayah bersama anaknya setiap hari tetapi apa dan bagaimana yang ia lakukan pada saat bersama anak (Dagun, 1990: 17).

Meski tidak banyak ilmuwan yang membicarakan bagaimana pentingnya kehadiran seorang ayah dalam perkembangan mental anak, tetapi suatu bukti yang sederhana bahwa ketidakhadiran seorang ayah dalam diri anak berpengaruh kuat terhadap perkembangan intelektualnya. Peneliti pertama yang meneliti soal ini adalah Walter Misched (1958) meneliti anak-anak di India. Ternyata ketidakhadiran ayah menjadikan anak-anak lamban menanggapi keinginan dan kebutuhan (Dagun, 1990: 135).

Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan Martin L. Hoffman (1971), ia meneliti nilai moral dan index sikap agresif dari dua kelompok anak. Kelompok pertama anak yang hidup tanpa ayah semenjak kecil dan kelompok kedua hidup bersama ayahnya. Ternyata anak yang berasal dari keluarga tanpa ayah menununjukkan skor rendah dalam sikap dan nilai moral dan kurang konsisten terhadap peraturan (Dagun, 1990: 135).


(25)

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterlibatan ayah adalah perilaku ikut serta ayah dalam pengasuhan anak yang dilakukan secara positif serta mencakup aspek tingkah laku, afeksi, dan kognisi.

b.Dimensi Keterlibatan Ayah

Menurut Lamb, et.al. dalam Cabrera, et.al. (1999: 5) keterlibatan ayah memiliki tiga komponen, yaitu:

1)Paternal Engagement, mencakup kontak dan interaksi ayah secara langsung dengan anak dalam konteks pengasuhan, bermain, atau rekreasi. Komponen ini mempresentasikan waktu yang dihabiskan dalam interaksi langsung ayah dan anak dan tidak mencakup waktu yang dihabiskan dalam proximity/kedekatan ayah dan anak, misalnya ayah duduk di suatu ruang sementara anak bermain di ruang yang lain. 2)Accessibility atau availibility, mencakup kehadiran dan keterjangkauan

ayah bagi anak. Dalam komponen ini, ayah mungkin tidak berinteraksi secara langsung dengan anak namun masih hadir bagi anak, baik secara fisik maupun psikologis. Contoh dari accessibility adalah ketika ayah membaca surat kabar di suatu ruang sementara anak bermain di ruang yang sama.

3)Responsibility, mencakup pemahaman dan usaha ayah dalam memenuhi kebutuhan anaknya, mencakup faktor ekonomi maupun


(26)

pengaturan dan perencanaan kehidupan anak. Komponen ini dapat menunjukkan tanggung jawab ayah terhadap anaknya, baik untuk kesejahteraan ataupun perawatan anaknya, misalnya membiayai hidup anak dan mengetahui jadwal anak ke dokter. Di komponen ini pula, ayah idak harus berinteraksi secara langsung dengan anak; pikiran, perhatian, maupun perencanaan yang dilakukan untuk anak juga bisa dimasukkan ke dalam komponen ini.

Penelitian Van Wel (2000) menghasilkan kesimpulan bahwa kedekatan ayah dengan anak mereka memiliki hubungan yang positif dengan kebahagiaan anak, baik secara langsung maupun dalam waktu yang lama atau mendatang. Dampak pemenuhan tiga aspek di atas akan dapat memengaruhi kepercayaan diri anak, kepuasan hidup anak, dan distrees psikologis anak. Anak yang dalam masa perkembangannya dipenuhi tiga aspek di atas oleh ayah mereka, akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, anak akan mudah memenuhi tugas sekolahnya, dan berani melakukan hal-hal yang positif (Wenk et all., 1994: 25).

Selain itu anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan dirinya, juga akan memiliki tingkat kepuasan hidup yang tinggi. Anak menjadi merasa puas dengan hidupnya karena kebahagiaan yang dirasa. Anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhannya, akan mempunyai distress psikologis yang rendah. Anak akan lebih tahan dengan berbagai stimulus


(27)

setres yang ada, dan mengetahui solusi terhadap berbagai permasalahan yang muncul dalam hidupnya.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Ayah

Banyak ahli menyatakan bahwa keterlibatan ayah adalah konsep yang multifaceted dan juga multidetermined sehingga konsep ini cenderung lebih sensitif terhadap faktor-faktor kontekstual. Sebuah model dari Doherty et al (dalam Dwitya, 2012: 11-15) menjelaskan bahwa terdapat lima faktor utama yang dapat memengaruhi keterlibatan ayah, yaitu:

1). Faktor yang berhubungan dengan ayah

Berdasarkan model dari Dohery et al, karakter individual ayah memiliki hubungan dengan keterlibatan ayah. Hal-hal yang termasuk ke dalam faktor-faktor yang berhubungan dengan ayah adalah pekerjaan, kepribadian, pandangan terhadap pangasuhan anak, dan pandangan terhadap pekerjaan ibu.

Menurut Coltrane, ayah yang memilki jam kerja yang lebih lama akan lebih tidak terlibat dalam pengasuhan anak. Selain itu, ayah yang memiliki posisi dalam pekerjaan yang lebih prestisius serta lebih menyita waktu dan emosi dilaporkan akan memiliki keterlibatan yang lebih rendah terhadap anak, terutama pada level engagement dan juga accessibility.


(28)

Faktor lain yang juga berhubungan dengan ayah dan memengaruhi keterlibatan ayah adalah kepribadian ayah. Dari segi kepribadian, dilaporkan bahwa ayah yang memiliki self esteem yang lebih tinggi, adaptasi hidup yang lebih baik dan hostility yang lebih rendah akan lebih supportif dan hangat dalam hubungan dengan anaknya.

Pandangan ayah mengenai bagaimana seharusnya peran ayah dalam pengasuhan anak juga memiliki efek terhadap keterlibatan ayah. Ayah yang memiliki belief tentang pengasuhan yang berfokus terhadap anak akan cenderung lebih terlibat dalam aktivitas pengasuhan anak. Selain itu, dilaporkan pula bahwa ayah yang lebih menghargai peran mereka sebagai ayah dan merasa memiliki kemampuan yang memadai dalam pengasuhan anak akan terlibat dalam kehidupan anak mereka.

2). Faktor yang berhubungan dengan ibu

Karakteristik ibu merupakan salah satu hal yang dapat memengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak. Faktor yang berasal dari ibu dan turut memengaruhi keterlibatan ayah di antaranya adalah pekerjaan ibu, usia ibu, dan pandangan ibu terhadap ayah.

Menurut Pleck (1997), keterlibatan ayah akan lebih tinggi jika ibu adalah ibu bekerja. Lebih lanjut lagi, semakin tinggi jam kerja ibu, akan semakin tinggi pula keterlibatan ayah. Sementara dari segi


(29)

usia ibu, ayah dilaporkan akan lebih terlibat dalam pengasuhan anak jika keluarga tersebut memiliki ibu dan ayah dengan usia lebih muda.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkkan bahwa ibu cenderung menghambat keterlibatan ayah dalam aktivitas pengasuhan anak jika ibu memiliki belief bahwa ayah tidak kompeten dalam melakukan tugas-tugas pengasuhan (Pleck dalam Cabrera dan Tamis-LeMonda,1999). Sebaliknya pandangan ibu terhadap pentingnya keterlibatan ayah dan juga kepuasan ibu terhadap keterlibatan ayah dapat memprediksi frekuensi keterlibatan ayah (Allen dan Doherty, Wattenberg dalam Tamis-LeMonda dan Cabrera, 1999: 22).

3). Faktor yang berhubungan dengan anak

Beberapa faktor dari anak yang dapat memengaruhi keterlibatan ayah adalah urutan kelahiran, jenis kelamin, usia, dan tempramen anak. Menurut Vandell, dalam keluarga dengan anak lebih dari satu, ayah akan cenderung untuk lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak yang yang lebih tua sementara ibu mengasuh anak yang lebih muda, terutama yang masih berusia bayi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ayah akan lebih terlibat dengan anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan. Lebih lanjut, menurut Radin perkembangan keterlibatan ayah juga akan lebih stabil sepanjang kehidupan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Hal itu bisa jadi dikarenakan adanya kesamaan


(30)

identitas gender antara ayah dan anak laki-laki. dari segi usia, menurut Pleck, keterlibatan ayah akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia anak. Dari segi tempramen, menurut Grych dan Clark, interaksi ayah dengan anak bertemperamen easy akan lebih positif dibandingkan dengan anak bertemperamen difficult. 4). Faktor yang berhubungan dengan pengasuhan bersama

Salah satu hal yang termasuk di dalam faktor ini adalah hubungan pernikahan. Menurut Feldman, Nash, dan Aschenbrenner persepsi ayah terhadap hubungan pernikahannya akan secara konsisten memprediksi keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Selain itu, ketika hubungan pernikahan memburuk, ayah dilaporkan akan menjadi lebih negatif dan kurang sensitif dalam pengasuhan anak. Hasil penelitian serupa dari Cox et al menyatakan bahwa sensitivitas ayah dan juga keterlibatan ayah akan menjadi lebih rendah ketika konflik dalam pernikahan meningkat dan persepsi ayah terhadap pernikahannya menjadi lebih negatif.

5). Faktor yang berhubungan dengan kontekstual dan Sosiodemografis Beberaapa faktor kontekstual dan sosiodemografis yang dapat memengaruhi katerlibatan ayah dalam pengasuhan anak adalah penghasilan keluarga dan etnis. Penghasilan keluarga yang dimaksud adalah proporsi penghasilan keluarga yang didapat dari ayah maupun dari ibu. Berdasarkan hasil penelitian, dilaporkan bahwa jika proporsi


(31)

penghasilan ayah dalam penghasilan keluarga lebih kecil, ayah akan lebih banyak menghasilkan waktu dalam aktivitas pengasuhan anak. Dari segi etnis, beberpa penelitian di Negara Barat khususnya menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak bervariasi dalam berbagai kelompok ras maupun etnis tertentu menemukan bahwa ayah dari ras Afrika-Amerika lebih jarang membacakan buku untuk anak mereka namun lebih sering bermain dengan anak dibandingkan dengan ayah dari ras Eropa-Amerika. Selain itu, hasil penelitian dari King menyatakan bahwa ayah dari ras Afrika-Amerika lebih sering mengunjungi anak mereka dan terlibat dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengasuhan anak, dibandingkan dengan ayah dari ras Eropa-Amerika atau ras Hispanik.

d. Pendekatan dalam Pengukuran Katerlibatan Ayah dalam Pengasuhan

Anak

Beberapa pendekatan dalam pengukuran Keterlibatan ayah dalam pengasuhan yaitu : (Allen & Daly, 2007: 21-22)

1) Keterlibatan ayah diukur sebagai waktu yang dihabiskan bersama. Hal ini mencakup frekuensi bertemu, jumlah waktu yang dihabiskan bersama (melakukan sesuatu misalnya: makan bersama, menghabiskan waktu luang bersama, atau waktu membaca bersama), dan dipersepsi


(32)

mudah dijangkau (accessibility) dan adanya ayah (availibility). Ini dapat juga termasuk jumlah waktu ayah menghabiskan waktu merawat fiisk anaknya, missal: mandi, menyiapkan makanan, dan memakaikan pakaian, sebagai tambahan pada sejumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain bersama anakdan seberapa efektif interaksi timbal balik ketika ayah-anak bermain.

2) Keterlibatan ayah diukur dari kualitas hubungan ayah-anak

Seorang ayah didefinisikan sebagai ayah yang terlibat jika hubungan dengan anaknya dapat dideskripsikan sebagai sebagai hubungan yang hangat, dekat, sensitif/peka, akrab, mendukung, mengasihi, merawat, membesarkan hati, memberi kenyamanan dan menerima. Sebagai tambahan, ayah diklasifikasikan sebagai ayah yang terlibat jika anak mereka telah mengembangkan kelekatan yang aman dan kuat pada sang ayah.

3) Keterlibatan diukur sebagai upaya dalam menjalankan peran ayah. Pengukuran melihat tingkat upaya dalam pengasuhan anak, termasuk kemampuan ayah untuk menjadi orang tua yang otoritatif (melakukan control secara tepat, bertanggung jawab terhadap disiplin yang diterapkan, memonitor aktivitas anak), tingkat dimana ayah memfasilitasi dan memberi perhatian pada kebutuhan anak, dan jumlah dukungan yang diberikan pada anak yang berhubungan dengan aktivitas yang berhubungan dengan sekolah.


(33)

4) Konseptualisasi yang multidimensional.

Terdapat sejumlah pendapat yang mendefinisikan keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Beberapa model yang menyajikan multi aspek atau multidimensi dari atribut keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, antara lain “generative fathering” dan “responsible fathering”.

Dalam penelitian ini ke empat pendekatan di atas digunakan untuk mengukur keterlibatan pengasuhan ayah terhadap anak, hal ini bertujuan supaya diperoleh hasil yang lebih komperehensif dalam penelitian ini.

2. Kecerdasan Emosional

a. Definisi Konseptual Kecerdasan Emosional

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) mengartikan kecerdasan sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda) atau kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian dan ketajaman pikiran). Kecerdasan atau intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan yang bersifat untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen (Nurdin, 2009: 97).

Kamus Filsafat dan Psikologi (1998) mengartikan intelegence sebagai kecerdasan, kacakapan untuk menangani situasi-situasi dan kemampuan mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian kemampuan dengan kata lain, kemampuan yang berurusan dengan kerumitan-kerumitan atau dengan hal-hal abstrak, kemampuan dan kecakapan berpikir. Dengan demikian kecerdasan


(34)

dapat diartikan sebagai kesempurnaan akal budi yang diwujudkan dalam kemampuan-kemampuan umum yang terdiri dari berbagai komponen untuk memperoleh kecakapan-kecakapan tertentu (Nurdin, 2009: 97).

Kata emosi dalam Oxford English Dictionary didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap (Goleman, 2009: 411). Goleman menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Dalam mencari prinsip dasar emosi Goleman mengikuti pemikiran Paul Ekman dan yang lain-lainnya yang menganggap emosi berdasarkan kerangka kelompok atau dimensi dengan cara mengambil kelompok besar emosi __ marah, sedih, takut, bahagia, cinta, malu dan sebagainya __sebagai titik tolak bagi nuansa kehidupan emosional yang tak ada habis-habisnya (Goleman, 2009: 413).

Istilah Emotional Intelligence pertama kali dipergunakan oleh Petter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari New Hampshire University pada tahun 1990 untuk melukiskan kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas ini antara lain adalah: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat (Shapiro, 2003: 5). Kedua tokoh tersebut menjelaskannya


(35)

sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual (Stein and Book, 2004: 30).

Menurut Reuven Bar-On kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan (Stein and Book, 2004: 30).

Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan sebelumnya sekiranya dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dapat disebut sebagai “street smart (pintar)”, atau kemampuan khusus yang disebut “akal sehat” terkait dengan membaca lingkungan, dan menatanya kembali; kemampuan memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan; dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehadirannya didambakan orang lain.

b. Dimensi Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional terbagi dalam beberapa dimensi kemampuan yang membentuknya. Salovey mengungkapkan bahwa konsep kecerdasan emosional meliputi lima dimensi utama, yaitu (Goleman, 2009: 56) :


(36)

1). Mengenali emosi diri

Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan emosional. Konsep ini meliputi kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu yang merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mengenali emosi diri kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah sebuah pilot yang andal bagi kehidupan mereka. Karena mereka mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya di dalam pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.

2). Mengelola emosi

Mengelola emosi adalah kemampuan untuk menguasai perasaannya sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkapkan dengan tepat. Dalam konsep ini akan ditinjau kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang akan timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.


(37)

3). Memotivasi diri sendiri

Memotivasi diri sendiri adalah kemampuan untuk menggerakkan dan menuntun menuju tujuan. Kendali diri emosional yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

4). Mengenali emosi orang lain (empati)

Empati bukan hanya untuk mengetahui pikirannya saja melainkan juga perasaan orang lain.

5). Membina hubungan

Membina hubungan adalah kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain.

c. Faktor-faktor Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosi juga akan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting penunjangnya. Factor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional remaja diantaranya faktor internal dan eksternal. (Ali & Asrori, 2014: 35) 1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang. Setiap

manusia akan memiliki otak emosional yang di dalamnya terdapat sistem saraf pengatur emosi atau lebih dikenal dengan otak emosional. Otak


(38)

emosional meliputi keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal dan keadaan lain yang lebih kompleks dalam otak emosional. 2) Faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang berasal dari luar diri

seseorang. Faktor eksternal kecerdasan emosi adalah faktor yang datang dari luar dan mempengaruhi perubahan sikap. Pengaruh tersebut dapat berupa perorangan atau secara kelompok. Perorangan mempengaruhi kelompok atau kelompok mempengaruhi perorangan. Hal ini lebih memicu pada lingkungan.

d. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

Sebagai bahan rujukan dan pegangan gambaran kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seseorang. Hein mengemukakan tentang tanda-tanda atau ciri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik. Ciri-ciri tersebut meliputi : (Nurdin ,2009: 104)

1) Ciri-ciri Kecerdasan Emosional yang Tinggi Meliputi:

a) Dapat mengekspresikan emosi dengan jelas dan tidak merasa takut. b) Tidak didominasi oleh perasaan-persaan negatif.

c) Dapat memahami (membaca) komunikasi non verbal.

d) Membiarkan perasaan yang dirasakan untuk membimbingnya.

e) Berperilaku sesuai dengan keinginan, bukan karena keharusan, dorongan dan tanggung jawab.


(39)

f) Menyeimbangkan perasaan dengan rasional, logika dan kenyataan. g) Termotivasi secara instrinsik.

h) Tidak termotivasi karena kekuasaan, kenyataan, status, kebaikan dan persetujuan.

i) Memiliki emosi yang fleksibel, peduli dengan perasaan orang lain. j) Optimis, tidak menginternalisasika kegagalan.

k) Tidak digerakkan oleh ketakutan dan kekhawatiran.

l) Dapat mengidentifikasikan berbagai perasaan secara bersamaan. 2). Ciri-ciri kecerdasan emosional yang rendah meliputi,

a) Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perasaan sendiri dan lebih menyalahkan orang lain.

b) Tidak mengetahui perasaannya sendiri, sehingga menyalahkan orang lain, suka memerintah, suka mengkritik, sering mengganggu, sering menggurui, sering memberi nasehat, sering curang, dan sering menilai orang lain.

c) Berbohong terkait dengan sesuatu yang sedang ia rasakan

d) Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi berlebihan terhadap kejadian yang sederhana sekalipun.

e) Tidak memiliki perasaan dan integritas. f) Tidak mempunyai rasa empati dan kasihan.

g) Kaku, tidak fleksibel, membutuhkan aturan-aturan dan struktural untuk merasa bersalah.


(40)

h) Merasa tidak aman, definisif dan sulit menerima kesalahan dan sering merasa bersalah.

i) Tidak bertanggung jawab, Pesimistik dan sering menganggap dunia tidak adil.

j) Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah, sering menyalahkan, menggunakan kepandaian yang dimilikinya untuk menilai dan mengkritik serta tanpa rasa hormat terhadap perasaan orang lain.

3. Peran Ayah dalam Kecerdasan Emosional Anak

Santrock (2007: 167) menjabarkan setiap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua akan berpengaruh terhadap sikap emosi anak. Pada tahun 1960-an, Bernard Guerney memelopori teknik pelatihan orang tua sebagai

“ahli terapi” pengganti bagi anak-anaknya yang bermasalah, dan

menyimpulkan bahwa banyak anak mempunyai masalah bukan karena orang tuanya kejam atau menderita gangguan mental, tetapi karena tidak menguasai keterampilan untuk mengembangkan hubungan yang positif dengan anak (Shapiro, 2003: 30).

Pengasuhan orang tua terutama ayah sangatlah penting bagi anak-anaknya. Dari bebera penelitian yang melakukan tes tentang perkembangan seorang anak tanpa kehadiran seorang ayah. Hasilnya menyimpulkan bahwa jika peran ayah itu kecil atau tidak pernah mengasuh anaknya maka akan muncul kesimpangsiuran peran jenis kelamin (Dagun, 1990: 105).


(41)

Penelitian lain terhadap kelompok anak-anak yang ayahnya tidak terlibat dalam perkembangannya sering sulit untuk diinterpretasikan. Karena meski ada tokoh lain pengganti peran ayah yang berinteraksi dengan si anak di rumah, namun sejauh mana kuatnya sulit ditafsirkan. Penelitian Pedersen dan koleganya menguji hipotesis ini dan menemukan bahwa pengaruh kehadiran orang dewasa yang lain, ternyata tidak mempunyai dampak yang mendalam bagi anak. Ayah tampaknya lain. Ayah lebih dari itu. Dia mempunyai pengaruh yang menimbulkan suatu perubahan dan kualitasnya berbeda dengan orang dewasa lain (Dagun, 1990: 130).

Dalam dunia modern ini, peran ayah sebagai kepala keluarga sering terfokus pada usaha untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, terutama keuangan. Dengan demikian, tak jarang seorang ayah harus membanting tulang mencari nafkah keluarga dan pulang dalam keadaan lelah tanpa memiliki kesempatan banyak untuk berinteraksi dengan istri dan anak-anak. Fenomena ini akan lebih terasa di kota besar dengan tekanan hidup yang lebih tinggi, belum lagi ditambah kemacetan yang semakin parah membuat seorang ayah banyak kehilangan waktu berharganya untuk berinteraksi dengan anak.

Menciptakan kedekatan antara seorang ayah dengan anak adalah sebuah investasi yang sangat berharga. Sesibuk apapun seorang ayah perlu meluangkan waktu untuk menjalin kedekatan dan menjadi pelatih emosi bagi anak-anaknya. Diantara beberapa hal yang dapat dilakukan sang ayah adalah; mengembangkan kasih sayang afirmatif dan disiplin afirmatif. Maksud dari


(42)

kasih sayang afirmatif adalah menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan emosional anak, dan mendukung melalui cara yang dengan jelas dikenali oleh anak. Dengan kata lain ikut melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan emosi anak. Sedangkan disiplin afirmatif adalah disiplin yang cara-caranya telah dipikirkan dengan matang, terencana, dan sesuai dengan usia untuk menanggapi perilaku menyimpang anak (Shapiro, 2003: 29-31).

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.0

Hubungan antara Variabel X dan Variabel Y

X Y

Gambar di atas untuk menggambarkan hubungan antara variabel X (keterlibatan pengasuhan ayah) dan variabel Y (kecerdasan emosional anak). Pada tabel tersebut menggambarkan bahwa hubungan antara variabel X dan variabel Y merupakan hubungan timbal balik, maksudnya adalah satu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat terhadap variabel lainnya, demikian pula sebaliknya. Sehingga variabel X dapat mempengaruhi variabel Y dan variabel Y dapat pula mempengaruhi variabel X.

Keterlibatan Pengasuhan Ayah

X

Tingkat Kecerdasan Emosional Anak


(43)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang telah disampaikan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat hubungan antara keterlibatan pengasuhan ayah dengan tingkat kecerdasan emosional anak.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian hubungan keterlibatan pengasuhan ayah dengan kecerdasan emosional anak ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini menggunakan variabel/data kuantitatif sebagai sumber data utama.

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk ke dalam tipe penelitian korelasional karena penelitian dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara keterlibatan pengasuhan ayah dan tingkat kecerdasan emosional anak. Kemudian metode penelitian yang digunakannya yaitu metode survei, yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut untuk menemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupaun psikologis (Sugiyono, 2015: 12).

1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu keterlibatan pengasuhan ayah dan tingkat kecerdasan emosional anak. Berikut akan dijelaskan definisi konseptual dan operasional dari kedua variabel tersebut.


(45)

a. Keterlibatan Pengasuhan Ayah

1). Definisi Konseptual

Definisi konseptual keterlibatan pengasuhan ayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku ikut serta ayah dalam pengasuhan anak yang dilakukan secara positif serta mencakup aspek tingkah laku, afeksi, dan kognisi. Definisi ini merupakan kesimpulan dari definisi yang dikemukakan oleh Lamb et al (dalam Hawkins et al, 2002).

2). Definisi Operasional

Definisi operasional dari keterlibatan pengasuhan ayah dalam penelitian ini adalah skor yang didapatkan ayah dari alat ukur Paternal Index of Child Care Inventory (PICCI). Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan ayah semakin terlibat dalam pengasuhan, begitupun sebaliknya.

Tabel 3.0

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Keterlibatan Pengasuhan Ayah

Variabel Indikator

Item Soal Jumlah Favorabel (+) Unfavorabel (-) Keterlibatan Pengasuhan Ayah 1. Paternal engagement

1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 10 2. Accessibility atau

availibility

11, 12, 13, 14

15, 16, 17, 18, 19, 20

10 3. Responsibillity 21, 22, 23,

24, 25, 26

27, 28, 29, 30

10


(46)

b. Kecerdasan Emosional

1). Definisi Konseptual

Definisi konseptual kecerdasan emosional yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah definisi kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Daniel Goleman (2009: 24), yaitu kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a.

2). Definisi Operasional

Definisi operasional dari tingkat kecerdasan emosional ini adalah skor yang didapatkan dari kecerdasan emosional remaja dengan menggunakan teori Daniel Goleman (2009: 58) yang dapat dinilai dari ciri-ciri yang telah dikemukakannya, yaitu: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati diri, dan keterampilan sosial. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan anak mempunyai tingkat kecedasan emosioanl yang tinggi, begitupun sebaliknya.


(47)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kecerdasan Emosional

Variabel Indikator

Item Soal Jumlah Favorabel (+) Unfavorabel (-) Kecerdasan Emosional 1. Mengenali emosi diri

1, 2, 3 4, 5, 6 6 2. Mengelola

emosi

7, 8, 9 10, 11, 12 6 3. Memotivasi diri

sendiri

13, 14, 15, 16 17, 18 6 4. Mengenali

emosi orang lain (empati)

19, 20 21, 22, 23, 24

6

5. Membina hubungan

25, 26, 27 28, 29, 30 6

Total 14 17 30

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Muhammadiyah Bantul yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah 108 siswa. Pengambilan populasi dengan memfokuskan kelas X dikarenakan usia siswa kelas X yaitu antara 14 sampai dengan 15 tahun, yang tergolong masuk pada usia remaja awal. Pada masa remaja awal ini biasa mulai munculnya gejala-gejala negatif. Diantara gejala-gejala-gejala-gejala fase negatif menurut Hurlock di dalam buku Psikologi Remaja karya Mighwar, yaitu: keinginan untuk menyendiri, kurangnya kemauan untuk bekerja, kurangnya koordinasi fungsi-fungsi


(48)

tubuh, kegelisahan, konflik sosial, penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa, kepekaan perasaan, dan mulai timbul minat pada lawan seks (Mighwar, 2011: 68).

b. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh popolasi (Sugiyono, 2015: 81). Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga maka diambil jumlah minimal. Sugiyono (2015: 91) menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 – 500 orang. Pengambilan sampel digunakan model probability sampling dengan teknik simple random sampling. Probability sampling merupakan teknik sampling yang memberikan kesempatan (peluang) sama pada setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel (Riduwan, 2009: 12). Simple random sampling merupakan cara pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan tingkatan antar anggota populasi karena populasi bersifat homogen (Riduwan, 2009: 12).

C. Teknik Pengumpulan Data


(49)

1. Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data dengan memberi dan menyebar daftar pertanyaan yang harus direspon oleh responden sesuai dengan keadaan responden (Sugiyono, 2015: 142). Dalam mengukur keterlibatan pengasuhan ayah dan kecerdasan emosional anak yaitu dengan menggunakan skala ketentuan untuk pernyataan positif: (5) Sangat Setuju, (4) Setuju, (3) Ragu-Ragu, (2) Tidak Setuju, (1) Sangat Tidak Setuju. Sedangkan untuk pernyataaan negatif: (5) Sangat Tidak Setuju, (4) Tidak Setuju, (3) Ragu-ragu, (2) Setuju, (1) Sangat Setuju.

2. Observasi atau pengamatan merupakan suau teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sugiyono, 2015: 145). Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang bagaimana siswa dapat mengenali emosi diri, dapat mengelola emosi, dapat memotivasi diri sendiri, dapat mengenali emosi orang lain, dan dapat membina hubungan.

3. Wawancara menurut Sugiyono (2015: 137) digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.


(50)

4. Dokumentasi berupa catatan dokumen berbentuk tulisan dan gambar untuk mengetahui batas sekolah, fasilitas sekolah, guru, karyawan, jumlah siswa, serta tujuan dan visi misi SMA Muhammadiyah Bantul.

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Terdapat dua persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian, yaitu validitas dan reliabilitas. Sebuah instrumen dikatakan baik jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menangkap data variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui tingkat validitas suatu instrumen, dapat digunakan koefisien korelasi dengan mengunakan rumus Product Moment dari Pearson dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

r : adalah koefisien korelasi produk momen Pearson n : adalah banyaknya pasangan pengamatan

x : adalah jumlah pengamatan variabel x y : adalah jumlah pengamatan variabel y

Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas internal consistency atau internal consistency method dengan menggunakan Cronbach’s Alpha, merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu instrumen berupa kuesioner untuk mengukur laten variabel yang paling sering


(51)

digunakan karena dapat digunakan pada kuesioner yang jawaban atau tanggapannya lebih dari dua pilihan. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach (Sugiyono, 2015: 130) seperti di bawah ini:

E. Teknik Analisis Data

Setelah peneliti melakukan penelitian di lapangan dan mengumpulkan data-data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisis data. Teknik analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diajukan serta untuk menjawab rumusan masalah. Pada penelitian ini digunakan analisis korelasi. Uji koefisien korelasi dimaksudkan agar dapat menentukan keeratan hubungan dua variabel yang diteliti.

Uji korelasi dimaksudkan untuk melihat hubungan dari dua hasil pengukuran atau dua variabel yang diteliti, untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X (keterlibatan pengasuhan ayah) dengan variabel Y (kecerdasan


(52)

X = ½ ( skor tertinggi + skor terendah ) SDi = 1/6 ( skor tertinggi-skor terendah )

Untuk kategori tinggi = (X + 1 SDi) – (X + 3 SDi) Untuk kategori sedang = (X – 1 SDi) – (X + 1 SDi) Untuk kategori rendah = (X - 3 SDi) – (X – 1 SDi)

emosional anak). Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik Pearson product moment correlation. Alasan peneliti menggunakan teknik ini karena data yang diperoleh berupa data interval yang diperoleh dari instrumen dengan menggunakan jenis skala likert.

Adapun rumusan yang digunakan adalah :

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi Ʃx : Jumlah skor X Ʃy : Jumlah skor Y

Untuk mengidentifikasi tinggi rendahnya tingkat responden yaitu dengan berpedoman sebagaimana yang terdapat dalam buku (Hadi, 1989: 135).


(53)

A. Profil Sekolah SMA Muhammadiyah Bantul

1. Sejarah Berdirinya

Didorong oleh keadaan ekonomi, politik dan sosial saat itu yang kurang kondusif, sehingga dunia pendidikan belum sepenuhnya mampu disediakan oleh pemerintah. Maka berkumpullah tokoh – tokoh Muhammadiyah Cabang Bantul. Saat iru membahas untuk menyatukan tekad membantu pemerintah dalam menyediakan sarana pendidikan. Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang maka disepakati untuk mendirikan Sekolah Menengah Atas yang kemudian dikenal dengan SMA Muhammadiyah Bantul.

SMA Muhammadiyah Bantul berdiri pada tanggal 1 Agustus 1964 dengan SK dari Pimpinan Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan pengajaran Cabang Bantul Nomor: 067/BP/1964 tertanggal 20 Juni 1964. Kemudian dikukuhkan lagi dengan keluarnya Piagam pendirian Perguruan Muhammadiyah Nomor : 2979/M.614/DIY.04/1977 tertanggal 17 Ramadhan 1397 bertepatan dengan 1 September 1977.

SMA Muhammadiyah Bantul terdaftar pada Majelis Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan :

Pusat Nomor : 2979 / M.614 / DIY.64 / 1977 Wilayah Nomor : 103 / M.028 / 1.64 / 1977


(54)

Daerah Nomor : 01 / C.Piag. / 1977

Diperbaharui oleh majelis Pendidikan Dasar dan menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 0258 / II.A1 / 1.d / 2000 tertanggal 9 Dzulhijjah 1420 H / 15 Maret 2000 M.

2. Letak/Lokasi Sekolah

SMA Muhammadiyah Bantul terletak di tempat yang streategis, di kawasan pusat Kota Bantul, Jalan Urip Sumoharjo 04 A Bantul, kode pos 55711, tepatnya pada koordinat LS -70,53”.27,8’. BT 1100.19”.38,6’

telepon (0274) 367575, website: www.sma-muhiba.sch.id, Dusun Badegan, Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Adapun batas-batas lokasi SMA Muhammadiyah Bantul sebagai berikut. Sebelah utara dan timur berupa rumah-rumah penduduk, sebelah barat kompleks Kantor Kepolisian Resort Bantul, dan pertokoan, sedangkan sebelah selatan adalah Jalan Urip Sumoharjo yang di seberangnya berderet Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul, SPBU Gose Bantul, dan pusat perbelanjaan.

SMA Muhammadiyah Bantul terletak di atas tanah seluas 9052 m2. Bangunan berupa ruang-ruang pembelajaran dan pendukung berlantai satu, dua dan tiga seluas 4794 m2, masjid seluas 432 m2, lapangan olah raga seluas 1920 m2, halaman dan lain-lain seluas 2720 m2.


(55)

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

1. Visi

Visi SMA Muhammadiyah Bantul “Menjadi Sekolah Unggul Pilihan Umat”.

2. Misi

a. Mewujudkan sekolah yang “terdepan” (tertib, demokratis,

professional, agamis, dan nyaman).

b. Melaksanakan pembelajaran yang intensif, kreatif, dan inovatif. c. Mengembangkan potensi olah raga, seni dan life skill.

d. Membentuk kader Muhammadiyah yang tangguh dan berakhlak mulia.

e. Melaksanakan pendidikan berwawasan lingkungan yang sehat. f. Mewujudkan sekolah bebas narkoba.

3. Tujuan Sekolah

a. Terwujudnya sekolah yang “terdepan” (tertib, demokratis,

professional, agamis dan nyaman).

b. Terwujudnya peserta didik yang cerdas dan berprestasi di bidang akademik.

c. Terwujudnya peserta didik yang berprestasi di bidang olah raga, seni dan kecakapan hidup (life skill).

d. Terbentuknya peserta didik yang mampu baca al-qur’an dan berkepribadian islami sebagai kader persarikatan yang tangguh. e. Terwujudnya peserta didik yang peduli terhadap lingkungan.


(56)

f. Terwujudnya sekolah bebas narkoba.

4. Strategi untuk Mencapai Tujuan Sekolah adalah:

a. Melaksanakan sosialisasi program sekolah kepada semua warga sekolah dan stake holder pendidikan.

b. Melaksanakan pembelajaran yang berprinsip “mendidik dengan

hati”.

c. Menciptakan budaya islami dan budaya tertib dengan 5T (tertib masuk, KBM, administrasi, ibadah, dan pakaian) di lingkungan sekolah.

d. Menciptakan rasa kebersamaan dan iklim kerja yang kondusif. e. Mengintensifkan pembelajaran ekstrakurikuler dan berpartisipasi

dalam berbagai lomba.

f. Melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

g. Menyelenggarakan pelatihan/pembinaan kader dan mengikutsertakan peserta didik dalam berbagai kegiatan persyarikatan.

h. Menciptakan lingkungan sekolah yang sejuk, bersih, sehat, dan bebas asap rokok.

i. Melaksanakan evaluasi pembelajaran secara periodic, berkesinambungan dan akuntabel.

j. Mengintensifkan bimbinagn idang keagamaan (salat fardu dan salat duha, baca al-Qur’an, berinfak, bertausiah, dan sebagainya).


(57)

k. Melaksanakan gerakan pencegahan dan pemberantasan narkoba, obat-obat terlarang dan menciptakan sekolah yang bebas asap rokok.

4. Struktur Organisasi Sekolah

5. Personil Sekolah

1. Pendidik

SMA Muhammadiyah bantul memiliki pendidik sebanyak 36 orang, dengan jenjang pendidikan pascasarjana (S2) 2 orang, Sarjana (S1) 32 orang, dan sarjana muda 20 orang, terdiri atas PNS 19 orang, GTY 8 orang, dan GTT 9 orang; guru tersertifikasi 26 orang, dan 10 orang guru belum tersertifikasi.


(58)

Daftar Pendidik SMA Muhammadiyah Bantul

No Nama Status Pendidikan Mapel yg

diampu Sertifikat 1

Drs. HUMAN

SAPTAPUTRA, M.Pd PNS S.2 Matematika Sudah

2 Drs. SUPARJONO PNS S.1 Biologi Sudah

3 Dra. Hj. MURNIYATI PNS S.1

Bahasa

Indonesia Sudah

4

Dra. Hj. SRI

SURYANINGSIH PNS S.1

Bahasa

Inggris Sudah

5 Dra. RIEN ASTIANA PNS S.1 Kimia Sudah

6

Dra. Hj.

WAHYUNINGSIH PNS S.1 Kimia Sudah

7 Hj. MURTINI, S.Pd PNS S.1 BK Sudah

8 Drs. H. SUNGKONO PNS S.1 Sosiologi Sudah

9 SRI KARTINI, S.Pd. PNS S.1 Sejarah Sudah

10 MUGIYONO, S.Pd PNS S.1 BK Sudah

11 SAMSUL ARIFIN, S.Pd PNS S.1 PenjasOR Sudah

12 SISWANTI S.Pd PNS S.1

Bahasa

Indonesia Sudah 13 SITI ROKHAYATI BA PNS D 3 Matematika Sudah

14 NGADIMIN. S.Pd PNS S.1

Seni

Budaya Sudah 15 Drs. SUPRIYANTA, M.Pd PNS S.2 Fisika Sudah

16 HARJITO, S.Pd PNS S.1 Geografi Sudah

17 Dra. Hj. RUMHAYATI PNS S.1 Pkn Sudah

18 Dra. SRI SUWARNI PNS S.1 Matematika Sudah

19 SUEDI S.Pd PNS S.1 Ekonomi Sudah

20 Drs. SUBARJO GTY S.1 Ekonomi Tidak

21 Drs. WIDADI GTY S.1 Geografi Sudah

22 SIGIT NURYANTA GTY S.1 Fisika Belum

23

Drs. MUHAMMAD


(59)

24

DWI SUMARIYANTO,

S.Kom GTY S.1 TIK Sudah

25 BAYU SUPRIYANTA, SE GTY S.1 Seni Musik Belum

26 BURHANI, S.Pd GTY S.1

Bahasa

Inggris Sudah 27 TITIK ISMIYATI, S.Pd GTY S.1 Biologi Sudah 28

Drs. M.SYAHRO

HADIPUTRO GTT S.1 PAI Sudah

29 SITI SANGADAH, S.Pd GTT S.1

Bahasa

Jawa Belum

30

ANITA DWI ASTUTI,

S.Pd GTT S.1 BKK Belum

31 ANTON RIYADI, S.Pd GTT S.1 Sejarah Belum

32

YU’THI

HUMALATUZZAKKA, M.Ag

GTT S.2 PAI Belum

33

ANGGRAENI

JAMILATUS, S.Ag GTT S.1 PAI Belum

34

ENDRI SETIYANINGSIH,

S.Pd GTT S.1

Bahasa

Jawa Belum

35 FARID FEBRIARTO, Lc GTT S.1 PAI Belum

36 MUHADJIR, S.Ag GTT S.1 PAI Belum

2. Tenaga Kependidikan

SMA Muhammadiyah Bantul memiliki tenaga kependidikan sebanyak 14 orang dengan status PTT.

Daftar Tenaga Kependidikan

No Nama Jabatan Pendidikan Status

Pegawai

1 MUHARI HANAFI Ka TU SPG 1980 PTT

2 SUKARJO Bendahara SMA 1979 PTT

3 SUWARSO TU SMA 1974 PTT

4 SLAMET MUJIONO TU SMA 1983 PTT

5 MUKHLIS Laboran SMA 1984 PTT


(60)

7 MUH ZUHDI MUNAWIR TU SMA 1983 PTT

8 SAYIDATUN HASANAH TU SMK 2000 PTT

9 SUPARMAN Pesuruh SR 1962 PTT

10 JUMAR Pesuruh SD 1988 PTT

11 NOTO LEGOWO Pesuruh SMP PTT

12 ARISMAN Pesuruh SMP PTT

13 ROKHANIYATI, A.Md Petugas perpus SMP PTT

14 SUKARTIJA Satpam

D3 Perpus

SMA PTT

3. Peserta Didik

Dalam lima tahun terakhir SMA Muhammadiyah Bantul memiliki jumlah rombongan belajar dan peserta didik yang relatif stabil.

Rombongan Belajar Tahun

Pelajaran

Jumlah Kelas

Jumlah

X XI XII

IPA IPS IPA IPS

2011 /

2012 4 3 3 2 2 13

2012 /

2013 4 2 2 3 2 13

2013 /

2014 5 2 2 2 2 13

2014 /

2015 5 2 3 2 2 14

2015 /


(61)

Jumlah Peserta Didik

Tahun Pelajaran

Jumlah Kelas

Jumlah

X XI XII

IPA IPS IPA IPS 2011 /

2012 100 75 63 59 40 337

2012 /

2013 98 42 41 74 54 309

2013 /

2014 106 43 54 41 41 285

2014 /

2015 108 43 62 44 52 309

2015 / 2016

4. Orang Tua Peserta Didik

Orang tua peserta didik SMA Muhammadiyah Bantul sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh serabutan dann berpendidikan dasar dan menengah.

Pendidikan Orang Tua Peserta Didik Tahun

Pelajaran

Pendidikan orang tua

Jumlah SD SMP SMA Diploma Sarjana

2011 / 2012 66 92 135 27 17 337 2012 / 2013 14 111 140 29 15 309 2013 / 2014 20 95 127 21 12 285 2014 / 2015 27 80 137 35 40 309 2015 / 2016


(62)

Pekerjaan Orang Tua

Tahun Pelajaran

Pekerjaan orang tua

Jumlah Buruh Petani PNS TNI/Polri Pedagang

2011 / 2012

163 45 17 6 96 337

2012 / 2013

187 29 12 4 77 309

2013 / 2014

166 30 14 4 71 285

2014 / 2015

93 70 31 5 110 309

2015 / 2016

6. Sarana dan Prasarana

Beberapa fasilitas pembelajaran yang terdapat di SMA Muhammadiyah Bantul antara lain sebagai berikut:

1. Ruang kelas yang memadai

2. Laboratorium (Fisika, Kimia, Biologi, Komputer, Agama, Geografi, Sejarah).

3. Ruang praktik life skill (otomotif, tata busana, karawitan, studio musik, batik, TIK).

4. Ruang audio visual. 5. Ruang UKS.

6. Lapangan olah raga (Basket, Bola volli, Tenis meja, Tenis Lapangan). 7. Masjid


(63)

9. Perpustakaan dan aula. 10.Asrama MBS.

11.Serta sarana pendukung berupa koperasi, kantin, parkir yang luas, sarana MCK, ruang satpam, taman sekolah dan sebagainya.

B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Uji Instrumen Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian menggunakan instrument berupa angket/kuesioner. Dalam desain kuesioner ini peneliti akan mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari variable X dan Y. Validitas berguna untuk menunjukkan kinerja kuesioner dalam mengukur apa yang diukur, sedangkan reliabilitas ditujukan pada penunjukan bahwa kuesioner tersebut konsisten apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama. Adapun tujuan dari pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner adalah untuk memastikan bahwa instrument/kuesioner yang disusun dan digunakan benar-benar baik dalam mengukur gejala dan menghasilkan data yang valid.

a. Uji Validitas

Validitas menurut (Arikunto, 2010: 211) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu instrumen. Validitas kuesioner berguna untuk mengukur sejauh mana kuesioner mampu mengukur kepuasan responden (pelanggan). Peneliti dalam melakukan uji validitas mengacu pada (Sugiyono, 2015, 128), yaitu apabila r-hitung lebih besar (>) dari r-tabel maka item angket dinyatakan valid


(1)

5.

Membina Hubungan

No

Pernyataan

SS S R TS STS

1

Saya berusaha menjadi orang yang netral dalam segala hal

sehingga membuat saya merasa nyaman dimanapun dan dengan

siapapun.

2

Saya adalah orang yang mudah bergaul dengan siapapun.

3

Saya selalu berusaha berfikir positif dalam segala hal sehingga

dapat meminimalisir kemungkinan-kemungkinan buruk yang

terjadi terutama dalam masalah sosial.

4

Saya merasa kurang percaya diri dalam hal-hal tertentu.

5

Saya merasa gengsi untuk segera meminta maaf jika saya


(2)

TABULASI DATA PENELITIAN KETERLIBATAN PENGASUHAN AYAH

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Total Kategori

1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 5 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 116 Tinggi

2 5 2 5 5 4 5 3 3 4 5 4 5 5 3 4 1 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 1 113 Tinggi

3 2 2 2 2 2 2 4 4 2 4 4 4 4 5 4 5 2 4 3 2 4 3 4 4 5 4 5 92 Sedang

4 3 1 1 1 3 1 1 1 1 2 3 3 4 3 5 1 5 4 4 1 3 4 5 3 5 3 1 72 Sedang

5 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 5 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 93 Sedang

6 2 4 4 4 2 5 3 5 5 3 4 2 4 5 4 4 5 3 3 1 3 3 4 4 3 5 3 97 Sedang

7 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 2 3 5 5 5 5 5 5 4 1 5 122 Tinggi

8 2 4 3 4 4 5 5 5 4 3 3 2 3 2 3 5 5 5 2 3 4 4 5 5 4 5 5 104 Tinggi

9 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 5 116 Tinggi

10 3 4 2 3 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 2 4 4 5 5 5 111 Tinggi

11 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 99 Sedang

12 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 2 4 4 5 5 5 115 Tinggi

13 5 2 2 2 2 1 3 3 2 4 5 5 5 5 4 4 4 4 3 2 4 4 5 5 4 5 5 99 Sedang

14 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 5 4 3 3 5 3 4 3 3 4 4 3 4 4 98 Sedang

15 3 1 4 3 3 5 5 5 5 3 2 2 4 3 1 3 3 3 3 2 5 3 3 5 4 5 4 92 Sedang

16 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 98 Sedang

17 5 4 5 4 4 4 4 5 3 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 124 Tinggi

18 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 109 Tinggi

19 5 4 3 3 3 2 3 5 5 5 3 5 4 3 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 115 Tinggi

20 3 2 2 2 3 4 5 5 5 4 5 3 5 5 5 3 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 113 Tinggi

21 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 5 4 1 1 1 1 5 5 5 5 5 5 1 1 1 60 Rendah

22 4 3 3 3 5 4 5 3 3 5 4 4 3 4 3 2 4 4 4 5 2 5 5 3 4 5 1 100 Tinggi

23 5 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 5 5 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 102 Tinggi

24 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 129 Tinggi

25 4 4 5 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 128 Tinggi

26 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 1 98 Sedang

27 4 4 3 3 3 5 5 3 5 4 4 4 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 119 Tinggi

28 2 4 2 3 3 5 4 2 2 3 3 4 4 3 2 4 2 2 2 3 4 3 3 3 2 5 1 80 Sedang

29 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 3 5 3 2 5 4 4 5 3 5 4 105 Tinggi


(3)

TABULASI DATA PENELITIAN KETERLIBATAN PENGASUHAN AYAH (Masing-masing Indikator)

Paternal engagement Accessibility/Availibility Responsibility

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total Kategori 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total Kategori 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Total Kategori

1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 35 Tinggi 4 5 5 5 4 4 3 5 4 39 Tinggi 4 3 5 5 5 5 5 5 5 42 Tinggi

2 5 2 5 5 4 5 3 3 4 36 Tinggi 5 4 5 5 3 4 1 5 5 37 Tinggi 5 4 5 5 5 5 5 5 1 40 Tinggi

3 2 2 2 2 2 2 4 4 2 22 Sedang 4 4 4 4 5 4 5 2 4 36 Tinggi 3 2 4 3 4 4 5 4 5 34 Tinggi

4 3 1 1 1 3 1 1 1 1 13 Rendah 2 3 3 4 3 5 1 5 4 30 Sedang 4 1 3 4 5 3 5 3 1 29 Sedang

5 2 2 2 2 2 4 4 4 4 26 Sedang 2 5 3 4 4 4 4 4 3 33 Sedang 2 4 4 4 4 4 4 4 4 34 Tinggi

6 2 4 4 4 2 5 3 5 5 34 Tinggi 3 4 2 4 5 4 4 5 3 34 Tinggi 3 1 3 3 4 4 3 5 3 29 Sedang

7 5 5 5 4 5 5 5 5 5 44 Tinggi 5 4 5 5 4 5 5 2 3 38 Tinggi 5 5 5 5 5 5 4 1 5 40 Tinggi

8 2 4 3 4 4 5 5 5 4 36 Tinggi 3 3 2 3 2 3 5 5 5 31 Sedang 2 3 4 4 5 5 4 5 5 37 Tinggi

9 4 4 4 4 4 4 5 5 5 39 Tinggi 4 4 4 4 5 5 5 4 4 39 Tinggi 4 4 4 3 4 4 5 5 5 38 Tinggi

10 3 4 2 3 5 4 5 5 5 36 Tinggi 4 4 4 4 4 5 5 4 4 38 Tinggi 4 4 4 2 4 4 5 5 5 37 Tinggi

11 2 4 3 4 3 4 4 4 4 32 Sedang 4 4 4 4 4 4 4 3 3 34 Tinggi 3 4 4 4 4 2 4 4 4 33 Sedang

12 4 4 4 4 4 4 5 5 5 39 Tinggi 4 4 4 4 5 5 5 4 4 39 Tinggi 4 4 4 2 4 4 5 5 5 37 Tinggi

13 5 2 2 2 2 1 3 3 2 22 Sedang 4 5 5 5 5 4 4 4 4 40 Tinggi 3 2 4 4 5 5 4 5 5 37 Tinggi

14 4 3 4 3 3 4 4 3 4 32 Sedang 3 3 4 4 5 4 3 3 5 34 Tinggi 3 4 3 3 4 4 3 4 4 32 Sedang

15 3 1 4 3 3 5 5 5 5 34 Tinggi 3 2 2 4 3 1 3 3 3 24 Sedang 3 2 5 3 3 5 4 5 4 34 Tinggi

16 4 4 3 4 4 4 2 4 4 33 Sedang 4 3 4 3 4 3 3 3 4 31 Sedang 4 4 4 3 4 3 4 4 4 34 Tinggi

17 5 4 5 4 4 4 4 5 3 38 Tinggi 5 4 5 5 5 5 4 4 5 42 Tinggi 5 5 5 5 5 4 5 5 5 44 Tinggi

18 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 Tinggi 4 4 4 5 5 4 3 4 4 37 Tinggi 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 Tinggi

19 5 4 3 3 3 2 3 5 5 33 Sedang 5 3 5 4 3 5 4 5 5 39 Tinggi 3 5 5 5 5 5 5 5 5 43 Tinggi

20 3 2 2 2 3 4 5 5 5 31 Sedang 4 5 3 5 5 5 3 4 5 39 Tinggi 5 3 5 5 5 5 5 5 5 43 Tinggi

21 1 1 1 1 1 1 2 2 1 11 Rendah 1 1 1 5 4 1 1 1 1 16 Rendah 5 5 5 5 5 5 1 1 1 33 Sedang

22 4 3 3 3 5 4 5 3 3 33 Sedang 5 4 4 3 4 3 2 4 4 33 Sedang 4 5 2 5 5 3 4 5 1 34 Tinggi

23 5 4 4 3 2 4 4 4 4 34 Tinggi 4 4 5 5 2 2 3 4 4 33 Sedang 4 4 4 4 4 4 3 5 3 35 Tinggi

24 4 5 4 5 4 5 5 4 5 41 Tinggi 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44 Tinggi 4 5 5 5 5 5 5 5 5 44 Tinggi

25 4 4 5 4 2 5 5 5 5 39 Tinggi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 Tinggi 4 5 5 5 5 5 5 5 5 44 Tinggi

26 2 2 2 2 4 2 2 2 2 20 Rendah 2 4 5 5 5 5 5 4 4 39 Tinggi 5 5 4 4 5 5 5 5 1 39 Tinggi

27 4 4 3 3 3 5 5 3 5 35 Tinggi 4 4 4 5 5 3 5 5 5 40 Tinggi 4 5 5 5 5 5 5 5 5 44 Tinggi

28 2 4 2 3 3 5 4 2 2 27 Sedang 3 3 4 4 3 2 4 2 2 27 Sedang 2 3 4 3 3 3 2 5 1 26 Sedang

29 4 4 4 4 2 4 4 3 4 33 Sedang 4 4 5 4 4 4 4 3 5 37 Tinggi 3 2 5 4 4 5 3 5 4 35 Tinggi


(4)

TABULASI DATA PENELITIAN KECERDASAN EMOSIONAL

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Total Kategori

1 4 3 2 5 5 1 5 5 5 2 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 90 Tinggi

2 5 1 1 5 5 1 5 5 5 1 1 5 5 5 1 1 1 5 1 1 2 5 67 Sedang

3 3 2 2 5 4 1 4 4 5 2 4 4 5 5 5 5 2 4 4 4 3 4 81 Sedang

4 5 1 1 3 3 1 4 5 5 1 2 4 5 3 1 3 1 5 5 4 4 3 69 Sedang

5 3 2 3 4 4 2 4 4 5 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 74 Sedang

6 3 3 3 3 4 3 5 4 4 3 4 4 4 4 3 4 1 5 4 3 2 2 75 Sedang

7 5 1 4 5 4 1 5 5 5 1 4 5 5 4 4 4 1 5 5 3 3 5 84 Tinggi

8 4 3 3 4 4 4 4 5 4 2 5 4 4 5 4 3 3 5 4 5 3 3 85 Tinggi

9 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 5 2 4 4 4 2 2 77 Sedang

10 3 4 4 4 3 3 5 5 4 2 4 4 4 2 4 5 4 4 4 2 2 2 78 Sedang

11 4 2 4 3 4 3 4 4 4 2 2 4 4 2 4 5 3 4 4 4 2 2 74 Sedang

12 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 5 3 4 4 4 2 2 78 Sedang

13 5 3 3 4 4 2 4 4 4 1 4 5 5 4 4 4 3 5 4 4 3 4 83 Tinggi

14 3 4 4 3 4 3 5 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 4 2 3 3 5 76 Sedang

15 5 1 1 2 1 1 5 5 3 5 3 5 5 1 3 3 1 5 5 5 3 1 69 Sedang

16 3 2 4 3 5 4 4 4 5 2 4 4 4 3 2 3 2 5 4 5 2 4 78 Sedang

17 5 1 1 5 5 3 5 5 5 1 4 5 5 5 5 4 1 5 5 5 1 5 86 Tinggi

18 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 2 78 Sedang

19 5 1 3 5 5 1 5 5 5 3 3 3 4 3 1 3 1 5 4 5 4 1 75 Sedang

20 4 3 4 4 3 1 5 5 5 1 3 5 5 5 3 2 3 5 5 5 4 5 85 Tinggi

21 4 2 3 3 3 5 4 4 3 2 3 5 3 3 1 4 3 5 2 5 1 3 71 Sedang

22 3 2 1 4 3 4 5 5 4 2 2 4 4 3 2 4 3 5 5 4 1 5 75 Sedang

23 4 4 3 4 3 3 5 4 4 2 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 2 3 73 Sedang

24 4 1 4 5 5 1 5 5 5 1 5 5 5 5 4 5 2 4 4 5 4 1 85 Tinggi

25 5 2 3 5 5 5 5 5 5 1 5 4 4 2 1 5 3 5 5 3 3 5 86 Tinggi

26 2 4 4 4 4 4 5 5 5 1 5 4 4 2 1 5 3 5 5 3 3 5 83 Tinggi

27 4 3 4 4 5 5 5 5 5 1 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 96 Tinggi

28 5 1 3 4 4 5 5 5 5 1 2 5 5 5 5 5 3 5 4 3 3 3 86 Tinggi

29 4 2 3 4 3 2 4 4 4 3 2 4 4 2 4 3 3 3 4 3 2 3 70 Sedang


(5)

TABULASI DATA PENELITIAN KECERDASAN EMOSIONAL (Masing-masing Indikator)

Mengenal emosi diri Mengelola emosi Memotivasi diri sendiri Mengenali emosi orang lain Membina hubungan

NO 1 2 3 Total Kategori 4 5 6 Total Kategori 7 8 9 10 11 Total Kategori 12 13 14 15 16 17 Total Kategori 18 19 20 21 22 Total Kategori

1 4 3 2 9 Sedang 5 5 1 11 Sedang 5 5 5 2 5 22 Tinggi 4 5 5 5 5 5 29 Tinggi 5 5 5 2 2 19 Tinggi

2 5 1 1 7 Rendah 5 5 1 11 Sedang 5 5 5 1 1 17 Sedang 5 5 5 1 1 1 18 Sedang 5 1 1 2 5 14 Sedang

3 3 2 2 7 Rendah 5 4 1 10 Sedang 4 4 5 2 4 19 Tinggi 4 5 5 5 5 2 26 Tinggi 4 4 4 3 4 19 Tinggi

4 5 1 1 7 Rendah 3 3 1 7 Rendah 4 5 5 1 2 17 Sedang 4 5 3 1 3 1 17 Sedang 5 5 4 4 3 21 Tinggi

5 3 2 3 8 Sedang 4 4 2 10 Sedang 4 4 5 2 3 18 Sedang 3 4 4 4 4 3 22 Sedang 3 3 3 3 4 16 Sedang

6 3 3 3 9 Sedang 3 4 3 10 Sedang 5 4 4 3 4 20 Tinggi 4 4 4 3 4 1 20 Sedang 5 4 3 2 2 16 Sedang

7 5 1 4 10 Sedang 5 4 1 10 Sedang 5 5 5 1 4 20 Tinggi 5 5 4 4 4 1 23 Tinggi 5 5 3 3 5 21 Tinggi

8 4 3 3 10 Sedang 4 4 4 12 Tinggi 4 5 4 2 5 20 Tinggi 4 4 5 4 3 3 23 Tinggi 5 4 5 3 3 20 Tinggi

9 4 4 3 11 Sedang 4 4 3 11 Sedang 4 4 4 2 4 18 Sedang 4 4 2 4 5 2 21 Sedang 4 4 4 2 2 16 Sedang

10 3 4 4 11 Sedang 4 3 3 10 Sedang 5 5 4 2 4 20 Tinggi 4 4 2 4 5 4 23 Tinggi 4 4 2 2 2 14 Sedang

11 4 2 4 10 Sedang 3 4 3 10 Sedang 4 4 4 2 2 16 Sedang 4 4 2 4 5 3 22 Sedang 4 4 4 2 2 16 Sedang

12 3 4 4 11 Sedang 4 4 3 11 Sedang 4 4 4 2 4 18 Sedang 4 4 2 4 5 3 22 Sedang 4 4 4 2 2 16 Sedang

13 5 3 3 11 Sedang 4 4 2 10 Sedang 4 4 4 1 4 17 Sedang 5 5 4 4 4 3 25 Tinggi 5 4 4 3 4 20 Tinggi

14 3 4 4 11 Sedang 3 4 3 10 Sedang 5 4 4 3 3 19 Tinggi 3 3 3 4 4 2 19 Sedang 4 2 3 3 5 17 Sedang

15 5 1 1 7 Rendah 2 1 1 4 Rendah 5 5 3 5 3 21 Tinggi 5 5 1 3 3 1 18 Sedang 5 5 5 3 1 19 Tinggi

16 3 2 4 9 Sedang 3 5 4 12 Tinggi 4 4 5 2 4 19 Tinggi 4 4 3 2 3 2 18 Sedang 5 4 5 2 4 20 Tinggi

17 5 1 1 7 Rendah 5 5 3 13 Tinggi 5 5 5 1 4 20 Tinggi 5 5 5 5 4 1 25 Tinggi 5 5 5 1 5 21 Tinggi

18 4 3 3 10 Sedang 4 4 4 12 Tinggi 4 4 4 2 4 18 Sedang 3 4 4 4 4 2 21 Sedang 4 4 4 3 2 17 Sedang

19 5 1 3 9 Sedang 5 5 1 11 Sedang 5 5 5 3 3 21 Tinggi 3 4 3 1 3 1 15 Sedang 5 4 5 4 1 19 Tinggi

20 4 3 4 11 Sedang 4 3 1 8 Sedang 5 5 5 1 3 19 Tinggi 5 5 5 3 2 3 23 Tinggi 5 5 5 4 5 24 Tinggi

21 4 2 3 9 Sedang 3 3 5 11 Sedang 4 4 3 2 3 16 Sedang 5 3 3 1 4 3 19 Sedang 5 2 5 1 3 16 Sedang

22 3 2 1 6 Rendah 4 3 4 11 Sedang 5 5 4 2 2 18 Sedang 4 4 3 2 4 3 20 Sedang 5 5 4 1 5 20 Tinggi

23 4 4 3 11 Sedang 4 3 3 10 Sedang 5 4 4 2 3 18 Sedang 3 3 3 3 3 2 17 Sedang 4 4 4 2 3 17 Sedang

24 4 1 4 9 Sedang 5 5 1 11 Sedang 5 5 5 1 5 21 Tinggi 5 5 5 4 5 2 26 Tinggi 4 4 5 4 1 18 Sedang

25 5 2 3 10 Sedang 5 5 5 15 Tinggi 5 5 5 1 5 21 Tinggi 4 4 2 1 5 3 19 Sedang 5 5 3 3 5 21 Tinggi

26 2 4 4 10 Sedang 4 4 4 12 Tinggi 5 5 5 1 5 21 Tinggi 4 4 2 1 5 3 19 Sedang 5 5 3 3 5 21 Tinggi

27 4 3 4 11 Sedang 4 5 5 14 Tinggi 5 5 5 1 5 21 Tinggi 5 4 5 5 5 4 28 Tinggi 4 4 5 5 4 22 Tinggi

28 5 1 3 9 Sedang 4 4 5 13 Tinggi 5 5 5 1 2 18 Sedang 5 5 5 5 5 3 28 Tinggi 5 4 3 3 3 18 Sedang

29 4 2 3 9 Sedang 4 3 2 9 Sedang 4 4 4 3 2 17 Sedang 4 4 2 4 3 3 20 Sedang 3 4 3 2 3 15 Sedang


(6)