Farmakologi Efek Samping Pirazinamida .1 Sifat Fisikokimia

2.1 Pirazinamida 2.1.1 Sifat Fisikokimia Rumus Struktur : Rumus Molekul : C 5 H 5 N 3 O Sinonim : Pirazinkarboksamida Berat Molekul : 123,11 Suhu Lebur : Antara 188 dan 191 . Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga praktis putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau. Kelarutan : Agak sukar larut dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam eter dan dalam kloroform.

2.1.2 Farmakologi

Pirazinamida adalah suatu obat antituberkulosis yang dibuat secara sintetik dan efektif digunakan bersama-sama dengan isoniazid dan rifampisin. Pirazinamida bersifat bakterisidal terhadap organisme intrasel. Pirazinamida dihidrolisis secara enzimatik menjadi asam pirazinoat yang merupakan metabolit aktif utama dari pirazinamida. Asam pirazinoat selanjutnya dihidroksilasi menjadi 5-asam hidroksipirazinoat oleh xantin oksidase. Metabolit pirazinamida Universitas Sumatera Utara ini diekskresikan melalui urin. Pirazinamida mudah diserap diusus dan disebarkan ke seluruh tubuh Mycek, dkk. 2001; Zubaidi. 2007. Pirazinamida adalah salah satu obat garis depan yang ditentukan untuk pengobatan Mycobacterium tuberculosis. Dianggap sebagai prodrug dari asam pirazinoat, yang dipercaya sebagai inhibitor aktif M. tuberculosis. Asam pirazinoat merupakan metabolit aktif utama dari pirazinamida, yang dihasilkan oleh liver mikrosomal deamidase kemudian asam pirazinoat ini selanjutnya dihidroksilasi menjadi 5-asam hidroksipirazinoat oleh xantin oksidase. Jalur metabolit lainnya, pirazinamida dioksidasi langsung menjadi 5-hidroksipirazinamida oleh xantin oksidase. Ketiga metabolit pirazinamida ini terutama diekskresikan dalam urin. Konsentrasi serum 30-50 μgmL pada 1-2 jam setelah pemberian oral dicapai dengan dosis 25 mgkghari. Pirazinamida dapat dengan baik diserap dari saluran cerna dan secara luas didistribusikan pada jaringan tubuh, termasuk selaput otak yang terinfeksi. Waktu paruhnya adalah 8-11 jam. Pirazinamida merupakan suatu obat fase awal pengobatan yang penting dan digunakan bersama dengan isoniazid dan rifampin dalam pemberian jangka pendek yaitu 6 bulan sebagai suatu agen sterilisator aktif untuk melawan sisa-sisa organisme intraseluler yang dapat mengakibatkan kekambuhan Crofton.2002.

2.1.3 Efek Samping

Efek sampingnya yang sering kali terjadi dan berbahaya adalah kerusakan hati dan ikterus hepatotoksis, terutama pada dosis di atas 2 g sehari. Pengobatan harus segera dihentikan bila ada tanda-tanda kerusakan hati Tjay dan Rahardja, 2002. Universitas Sumatera Utara Keamanan penggunaan pada anak-anak belum ditetapkan. Hati-hati penggunaan pada penderita dengan encok atau riwayat encok keluarga atau diabetes mellitus; dan penderita dengan fungsi ginjal tak sempurna; penderita dengan riwayat tukak lambung Depkes. 2005.

2.1.4 Dosis