Validitas Instrumen Pengumpulan Data

Format bladder training berisikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan bladder training pada pasien yang dipasang kateter urin dengan menggunakan prosedur bladder training dari Suharyanto 2008.

6. Validitas Instrumen

Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama Azwar, 2003. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Uji validitas ini merujuk pada sejauh mana sebuah instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu Setiadi, 2007.

7. Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti menjalankan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada institusi pendidikan yakni program studi ilmu keperawatan. 2. Mengirim surat izin penelitian yang diperoleh ke tempat dimana akan dilakukan penelitian. 3. Setelah mendapat izin dari rumah sakit yang bersangkutan, peneliti melakukan pengambilan data. 4. Peneliti meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian secara sukarela. Kerahasiaan informasi mengenai responden dijaga oleh Universitas Sumatera Utara peneliti. Selama kegiatan penelitian nama responden tidak dicantumkan dan sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor responden. 5. Sebelum meminta calon responden mengisi kuesioner penelitian, peneliti menjelaskan terlebih dahulu manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner dan meminta responden yang bersedia untuk menandatangani informed concert. 6. Setelah mendapat persetujuan, pengumpulan data dimulai. Peneliti menjelaskan tujuan manfaat, prosedur pengumpulan data pada calon responden. Pasien yang sesuai kriteria dan bersedia menjadi responden diberikan inform consent. Kuesioner data demografi diisi oleh peneliti dengan melakukan wawancara pada responden atau keluarganya. Kemudian peneliti membagi responden menjadi dua kelompok. Selanjutnya kelompok intervensi diberikan bladder training sedangkan satu kelompok lagi tidak diberi bladder training. Bladder training dilakukan dengan mengklem kateter selama 1-2 jam. Peneliti melakukan bladder training 4 kali sehari selama 6 hari. Kemudian dilakukan evaluasi inkontinensia urin setelah intervensi dilakukan.

8. Analisa Data