Pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
PENGARUH BLADDER RETENTION TRAINING TERHADAP
KEMAMPUAN MANDIRI BERKEMIH PADA ANAK
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI
ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Tiurma Juliana Nababan 091121071
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
PRAKATA
Segala Puji dan Syukur Peneliti Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan Karunia Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Bladder Retention Training Terhadap Kemampuan Mandiri Berkemih Pada Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” .
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:
1. Dr. Dedi Ardinata, MKes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU
2. Ibu Nur Asnah Sitohang S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing I proposal dan skripsi 3. Ibu Reni Asmara Ariga S.Kp, MARS selaku dosen Pembimbing II proposal dan skripsi 4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen penguji proposal dan skripsi
5. Dr. M.Nur Rasyid Lubis, SpB, FINACS selaku Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberi izin kepada saya melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan
6. Kedua orang tua peneliti, terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat telah menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, serta sentuhan kasih sayang dan doa menjadi inspirasi yang mampu melahirkan goresan-goresan indah setiap ananda melangkah.
7. Terima kasih kepada abang, kakak, dan adik saya atas support dan semangat yang selalu diberikan 8. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman Fkep ’09 jalur B semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan.
9. Terima kasih kepada teman sepelayanan yang selalu memberikan support dan doa- doanya hingga peneliti dapat menyelesaikannya.
10. Terima kasih kepada teman satu bimbingan yang selalu bersama-sama dalam menyelesaikan skripsi ini.
(4)
Kiranya Tuhan yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Januari 2011 Peneliti
(5)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………....i
HALAMAN PENGESAHAN………...……..…ii
PRAKATA...………...………...iii
DAFTAR ISI………...v
DAFTAR TABEL………viii
DAFTAR SKEMA………...ix
ABSTRAK……….……….x
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ...1
2. Pertanyaan penelitian ...3
3. Tujuan Penelitian ...3
4. Manfaat Penelitian ...4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Bladder Retention Training ...6
1.1. Definisi Bladder Training ...6
1.2. Tujuan Bladder Training ...7
1.3. Indikasi Bladder Training ...8
1.4. Prosedur Bladder Training ...8
2.2. Konsep Berkemih pada Anak ...9
2.1. Pengertian Berkemih ...9
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berkemih ...10
2.3. Masalah-masalah Berkemih ...12
2.4. Perubahan Pola Berkemih ...12
2.5. Refleks Berkemih...13
2.6. Pola Berkemih Pasca Operasi ...14
(6)
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian ...16
3.2 Definisi Operasional ...17
3.3 Hipotesa Penelitian ...18
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ...19
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ...20
4.3 Lokasi dan Waktu penelitian ...21
4.4 Pertimbangan Etik ...21
4.5 Instrumen Penelitian ...22
4.6 Pengumpulan Data ...23
4.7 Analisa Data ...25
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.. Analisa Univariat ...26
5.2. Analisa Bivariat ...29
5.2.1. Uji Dependen ...29
5.2.1. Uji Independen ...30
5.3 Pembahasan ...31
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan ...33
6.2 Rekomendasi...33
6.2.1. Praktek Keperawatan………...33
6.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan………...34
6.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan Selanjutnya………..34
(7)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Daftar Tentatif Penelitian 4. Taksasi Dana
5. Tabel Hasil Penelitian 6. Daftar Riwayat Hidup
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20)………... 27
Tabel 5.2. Distribusi kemampuan mandiri berkemih anak terhadap bladder retention training pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol... 28
Tabel 5. 3. Pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak kelompok intervensi ... 29
Tabel 5. 4. Pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak kelompok kontrol ... 30
Tabel 5. 5. Perbedaan kemampuan mandiri berkemih anak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan bladder bladder training ... 31
(9)
DAFTAR SKEMA
(10)
Judul : Pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Nama : Tiurma Juliana Nababan Nim : 091121071
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik. Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi nonfarmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan. Tindakan pemasangan kateter membantu pasien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau pasien yang mengalami obstruksi Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre test dan post test. Besar sampel 20 anak yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan, dimana 10 anak kelompok intervensi dan 10 anak kelompok kontrol. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Analisa data yang digunakan yakni uji t-test yaitu dependen t-test dan independen t-test. Hasil analisis data dependen t-test pada kelompok intervensi disimpulkan ada pengaruh bladder retentation training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi (nilai P = 0,000) dan pada kelompok kontrol disimpulkan ada pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada kelompok kontrol (nilai P = 0,007). Sedangkan pada independen t-test hasil uji statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (nilai P = 0,918).
Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat melakukan intervensi bladder training pada anak yang menggunakan kateter dalam melatih kemampuan mandiri berkemih anak di RSUP. H. Adam Malik Medan.
(11)
Judul : Pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Nama : Tiurma Juliana Nababan Nim : 091121071
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik. Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi nonfarmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan. Tindakan pemasangan kateter membantu pasien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau pasien yang mengalami obstruksi Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre test dan post test. Besar sampel 20 anak yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan, dimana 10 anak kelompok intervensi dan 10 anak kelompok kontrol. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Analisa data yang digunakan yakni uji t-test yaitu dependen t-test dan independen t-test. Hasil analisis data dependen t-test pada kelompok intervensi disimpulkan ada pengaruh bladder retentation training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi (nilai P = 0,000) dan pada kelompok kontrol disimpulkan ada pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada kelompok kontrol (nilai P = 0,007). Sedangkan pada independen t-test hasil uji statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (nilai P = 0,918).
Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat melakukan intervensi bladder training pada anak yang menggunakan kateter dalam melatih kemampuan mandiri berkemih anak di RSUP. H. Adam Malik Medan.
(12)
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kateter urin merupakan suatu tindakan dengan memasukkan selang kedalam kandung kemih yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan urin. Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan yang menyelamatkan jiwa, khususnya bila traktus urinarius tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan urinasi. Tindakan pemasangan kateter juga dilakukan pada pasien dengan indikasi lain, yaitu: untuk menentukan jumlah urin sisa dalam kandung kemih setelah pasien buang air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang menyumbat aliran urin, untuk menghasilkan drainase pascaoperasi pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat, atau menyediakan cara-cara untuk memantau pengeluaran urin setiap jam pada pasien yang sakit berat (Smelzter, 2001).
Smith (2003) melaporkan pemasangan kateter dilakukan lebih dari lima ribu pasien setiap tahunnya. Dimana sebanyak 4% penggunaan kateter dilakukan pada perawatan rumah dan sebanyak 25 % pada perawatan akut. Sebanyak 15-25% pasien dirumah sakit menggunakan kateter menetap untuk mengukur haluaran urin dan membantu pengosongan kandung kemih (The Joanna Briggs Institute, 2000).
Tindakan pemasangan kateter membantu pasien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau pasien yang mengalami obstruksi. Namun tindakan ini bisa juga menimbulkan masalah lain seperti infeksi, trauma pada uretra, dan menurunnya rangsangan berkemih. Menurunnya rangsangan berkemih terjadi akibat pemasangan kateter dalam waktu yang lama mengakibatkan kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi sehingga pada akhirnya kandung kemih akan kehilangan tonusnya. Apabila hai ini terjadi dan kateter
(13)
dilepas, maka otot detrusor mungkin tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengontrolpengeluaran urinnya (Smelzter, 2001).
Tujuan dari bladder training adalah untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (AHCPR, 1992). Agar bladder retensi training ini berhasil, klien harus mampu menyadari dan secara fisik mampu mengikuti program pelatihan. Program tersebut meliputi penyuluhan , upaya berkemih yang terjadwal, dan memberikan umpan balik positif. Fungsi kandung kemih untuk sementara mungkin terganggu setelah suatu periode kateterisasi ( potter & perry, 2006). Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih. Latihan ini dilakukan pada pasien anak yang yang dipasang kateter (Suharyanto, 2008).
Penanganan ketidakmampuan berkemih secara mandiri sebagian besar tergantung kepada penyebabnya. Salah satu usaha untuk mengatasi kondisi ini berupa program latihan kandung kemih atau bladder training (Long, 1996). Bladder training atau latihan kandung kemih merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit ini. Bladder training atau latihan kandung kemih merupakan upaya mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan, keadaan normal atau fungsi optimalnya sesuai dengan kondisi semula (Lutfie, 2008).
Penelitian ini dilakukan pada pasien anak yang menggunakan kateter setelah dilakukan pembedahan dan yang tidak dilakukan pembedahan harus dilakukan bladder training. Dan setelah diwawancara pada beberapa anak pasca bedah didapat bahwa keluhan yang dialami oleh anak tersebut ketika dilepas kateter adalah nyeri ketika ingin berkemih. Hal ini dikeluhkan pada anak pasca bedah yang mengalami apendiksitis dan colostomi.
(14)
Melihat akibat yang dapat ditimbulkan, makna peneliti tertarik untuk melihat pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak .
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan bagaimana pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari peneliti ini adalah untuk:
1. Mengetahui karakteristik responden yang menggunakan kateter urin.
2. Mengetahui kemampuan mandiri berkemih yang terjadi pada pasien kelompok intervensi sebelum dilakukan bladder training..
3. Mengetahui kemampuan mandiri berkemih yang terjadi pada pasien kelompok kontrol sebelum dilakukan bladder tarining.
4. Mengetahui kemampuan mandiri berkemih yang terjadi pada pasien kelompok intervensi setelah dilakukan bladder training.
5. Mengetahui kemampuan mandiri berkemih yang terjadi pada pasien kelompok kontrol setelah dilakukan bladder training.
6. Membandingkan kemampuan berkemih pada kelompok kontrol dan intervensi dilakukan bladder training dan pada pasien yang tidak dilakukan bladder training.
(15)
4. Manfaat Penelitian
4.1. Untuk Praktek keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dalam melakukan bladder training pada pasien yang dipasang kateter mengkaji kemampuan mandiri berkemih pada anak.
4.2. Untuk Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau sumber informasi mengenai latihan bladder training pada pasien dengan pemasangan kateter.
4.3.Untuk Penelitian Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai latihan bladder training.
(16)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Bladder Retention Training1.1. Defenisi Bladder Training
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (potter & perry, 2005). Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi nonfarmakologi.
Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul), Delay urination (menunda berkemih), dan scheduled bathroom trips (jadwal berkemih) Suhariyanto (2008). Latihan kegel (kegel execises) merupakan aktifitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh. Latihan kegel dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih dan bermanfaat dalam menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin. Latihan otot dasar panggul dapat membantu memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan secara refleks menghambat kontraksi kandung kemih. (Kane, 1996 dalam Nursalam 2006).
Bladder training dapat dilakukan dengan latihan menahan kencing (menunda untuk berkemih). Pada pasien yang terpasang kateter, Bladder training dapat dilakukan dengan mengklem aliran urin ke urin bag (Hariyati, 2000). Bladder training dilakukan sebelum kateterisasi diberhentikan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan menjepit kateter urin dengan klem kemudian jepitannya dilepas setiap beberapa jam sekali. Kateter di klem selama 20 menit dan kemudian dilepas. Tindakan menjepit kateter ini memungkinkan kandung kemih
(17)
terisi urin dan otot destrusor berkontraksi sedangkan pelepasan klem memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan isinya. (Smeltzer, 2001).
1.2. Tujuan Bladder Training
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (potter&perry, 2005). Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih. Latihan ini dilakukan pada pasien anak pasca bedah yang di pasang kateter (Suharyanto, 2008).
Karon (2005) menyatakan tujuan dilakukan bladder training yaitu Membantu anak mendapat pola berkemih yang rutin, Mengembangkan tonus otot kandung kemih, Memperpanjang interval waktu berkemih, Meningkatkan kapasitas kandung kemih.
1.3. Indikasi Bladder Training
Bladder Training dapat dilakukan pada pasien anak yang mengalami retensi urin, pada pasien anak yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi spingter kandung kemih terganggu (Suharyanto, 2008). Bladder training juga bisa dilakukan pada pasien anak yang menggunakan kateter yang lama, dan pasien anak yang mengalami inkontinensia urin.
1.4.Prosedur Bladder Training
Prosedur kerja dalam melakukan bladder training menurut Suharyanto (2008) yaitu :
a. Lakukan cuci tangan. b. Mengucapkan salam.
(18)
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan. e. Atur posisi pasien yaitu dengan posisi dorsal recumbent
f. Pakai sarung tangan disposibel
g. Lakukan pengukuran volume urin pada kantong urin. h. Kosongkan kantong urin.
i. Klem selang kateter sesuai dengan program selama 1 jam yang memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi, supaya meningkatkan volume urin residual.
j. Anjurkan klien minum (200-250 cc).
k. Tanyakan pada klien apakah terasa ingin berkemih setelah 1 jam. l. Buka klem dan biarkan urin mengalir keluar.
m. Lihat kemampuan berkemih klien
n. Lepaskan sarung tangan dan merapikan semua peralatan.
2. Konsep Berkemih Pada Anak 2.1. Pengertian berkemih
Berkemih adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ berkemih seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urin. Ureter mengalirkan urin ke bladder urin ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Air sisa metabolisme dalam darah difiltrasi oleh ginjal. Darah mengalir sampai ke ginjal melalui arteri renal yang merupakan cabang dari aorta abdomen. Kira-kira darah akan masuk ke ginjal 20-25% dari kardiak output. Dalam glomerulus ginjal difiltrasi air dan zat-zat lain seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin, dan elektrolit. Glomerulus akan memfiltrasi
(19)
kira-kira 125 ml/menit. Tidak semua hasil filtrasi akan dikeluarkan sebagai urin, tetapi sebagian zat berupa glukosa, asam amino, sodium, dan potassium kembali ke plasma. Pengeluaran urin tergantung pada intake cairan.
Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi untuk merangsang produks i eritropoitisetin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada sumsum tulang. Hormon ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran darah pada ginjal. Disamping eritripoitin, ginjal juga menghasilkan hormon renin yang berfungsi sebagai pengatur aliran darah ginjal pada saat terjadinya iskemia. Renin dihasilkan pada sel juxtagmerulus pada apparatus juxtagmerulus di nephron. Renin berfungsi sebagai enzim yang berfungsi mengubah angiontensinogen menjadi angiontensin I yang kemudian di ubah diparu-paru menjadi angiontensin II dan angiontensi III. Angiontensin II berdampak pada vasokontriksi dan menstimulus aldosteron untuk menahan/merentensi air dan meningkatkan volume darah. Angiontensin III memberikan efek tekanan pada aliran pembuluh darah arteri.
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkemih 1. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. 2. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih. 3. Kebiasaan Seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak dapat berkemih dengan menggunakan pot urin.
4. Tonus Otot
Berkemih membutuhkan tonus otot bladder, otot abdomen dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang.
(20)
5. Kondisi Penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih menimbulkan retensi urin.
6. Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan menurun.
7. Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa anak mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung kemih. Anak ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih daripada normal.
8. Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
9. Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah dan karakter) Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine Analgetik dapat terjadi retensi urine.
(21)
2.3. Masalah-Masalah Berkemih 1. Retensi Urin
Merupakan penumpukan urin dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urin yang terdapat dalam bladder melebihi dari 400 ml. Normalnya adalah 250-400 ml.
2. Inkontenensia urin
Adalah ketidakmampuan otot spingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urin.
3. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau pada orang jompo (Wartonah, 2004).
2.4. Perubahan Pola Berkemih 1. Frekuensi:
Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stres.
2. Urgensi:
Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. Disuria:
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran kemih, dan trauma.
(22)
4. Poliuria:
Produksi urin melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya pada pasien diabetes militus.
5. Urinaria Suppressi:
Keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urin secara tiba-tiba 6. Anuria
Urin kurang dari 100 ml/24 jam 7. Oliguri
urin sebanyak 100-500 ml/24 jam
2.5. Refleks Berkemih
2.6. Pola Berkemih Pasca Operasi
Kemampuan klien untuk berkemih bergantung pada adanya rasa desakan untuk berkemih, kemampuan mengontrol sfingter uretra, dan kemampuan untuk rileks selama berkemih (Wartonah, 2004).
Dalam waktu 6 sampai 8 jam setelah anestesi, klien mendapatkan kontrol fungsi berkemih secara volunter, bergantung pada jenis pembedahan anestesi epidural atau spinal menyebabkan klien tidak dapat merasakan distensi atau penuhnya kandung kemih. Untuk memeriksa adanya distensi kandung kemih, perawat mempalpasi abdomen bagian bawah tepat pada diatas simpisis pubis. Klien perlu dibantu berkemih jika klien tidak dapat berkemih dalam waktu 8 jam. Karena kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan nyeri dan sering menyebabkan kegelisahan selama pemulihan, kateter mungkin perlu dipasang. Apabila klien telah terpasang kateter tetap, urin harus mengalir sedikitnya 2 ml/kg/jam pada dewasa dan 1 ml/kg/jam pada anak-anak. Perawat mengobservasi warna dan bau urin klien. Pembedahan
(23)
yang melibatkan bagian saluran perkemihan, normalnya akan menyebabkan urin mengandung darah, paling tidak selama 12 sampai 24 jam setelah pembedahan, dan bergantung pada jenis pembedahan ( Potter & Perry, 2005).
2.7. Perkembangan Anak Pada Usia Sekolah
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan masa ini adalah masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah dan tampak sekali kemamapuan anak belum mampu menilai sesuatu. Berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang tuanya. Sedangkan perkembangan psikososial pada anak sudah menunjukkan adanya rasa inisiatif, konsep diri yang positif serta mampu mengidentifikasikan identitas dirinya (Hidayat, 2005).
Pada fase ini anak sekolah dilatih untuk melakukan toilet training. Dimana anak mampu melakukan buang air kecil dan besar pada anak yang membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun secara inteletual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau kecil secara mandiri.
(24)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka penelitian ini adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2002). Variabel dependen yaitu kemampuan mandiri berkemih pada anak yang dirawat dirumah sakit dan variabel independen yaitu bladder training yang diberikan kepada anak yang menggunakan kateter.
Adapun yang menjadi kerangka penelitian ini dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1: Kerangka konsep penelitian . Anak
Pasca Bedah
Bladder Training
Dilakukan Bladder Training
Tidak Dilakukan
Bladder Training
Kemampuan Berkemih Pada anak
(25)
2. Defenisi Operasional Variabel Defenisi
Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Bladder Trainimg
Bladder training adalah suatu latihan kandung kemih yang sengaja dilakukan dan direncanakan pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan untuk melatih anak dalam melakukan berkemih secara mandiri.
Lembar observasi oleh peneliti Dilakukan atau tidak dilakukan bladder training 0=tidak dilakukan bladder training 1=dilakukan bladder training Nominal Kemampuan Berkemih Kemampuan
berkemih adalah suatu kesanggupan yang dimiliki oleh seorang anak untuk melakukan berkemih secara mandiri yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Lembar observasi oleh peneliti Peneliti mengobservasi kemampuan anak berkemih dengan menggunakan 10 kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan. Skor jawaban responden yaitu:
1.Nilai 1 jika pertanyaan “Ya”
2.Nilai 0 jika pertanyaan “Tidak”
(26)
3. Hipotesa Penelitian
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak berusia 5-12 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
(27)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh judul dengan cara melibatkan kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Kelompok Pre test Perlakuan post test
I P-I B P-2 K P-I O P-2
Kterangan : I: Kelompok Intervensi B:Diberikan Bladder Training K:Kelompok Kontrol O:Tidak diberikan
Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok Intervensi (I) yang diberikan Bladder training (B) oleh peneliti dan kelompok (O) yang tidak diberikan Bladder training oleh peneliti. Pada kedua kelompok diawali dengan Pre test (P-I) yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan dan melakukan observasi yang menyangkut kemampuan mandiri berkemih anak. Kemudian kelompok intervensi diberikan Bladder training dan kelompok kontrol (K) diberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari dilakukannya Bladder training untuk melihat kemampuan mandiri berkemih pada anak. Setelah peneliti memberikan Bladder training maka akan dilakukan identifikasi kembali Post test (P-2) pada kedua kelompok yaitu dengan menggunakan instrumen yang sama pada pre test sebelumnya.
(28)
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah klien yang sedang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan yang sedang dipasang kateter .
2.2. Sampel Penelitian
Penentuan jumlah sampel menggunakan tabel power analysis karena populasi tidak diketahui .Dalam penelitian ini ditetapkan level of significance (α) sebesar 0,05 dengan effect size (γ) sebesar 0,80 sehingga didapat besar sampel pada masing-masing kelompok penelitian ini yaitu 10 (Polit & Hungler, 1995).
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti. Sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Adapun kriteria inklusi yang ditentukan dalam penelitian yaitu anak yang berusia 5-12 tahun, terpasang kateter, dapat berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi responden, dirawat diruang rindu B2 dan diruang rindu B4.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan di Ruangan RB2 dan RB4 dengan alasan Rumah Sakit tersebut merupakan Rumah Sakit untuk pendidikan, dan merupakan Rumah Sakit rujukan dengan jumlah pasien yang besar sehingga dapat mendukung penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan juli 2010.
(29)
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi dari bagian pendidikan yaitu Dekan. Selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan ijin ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan melalui Badan Diklat dan litbang lalu diruangan yang dituju. Setelah mendapat ijin dari Kepala ruang baru boleh langsung ke responden . Kemudian peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan (Informed Consent) kepada responden yang akan diteliti. Sebelum responden dan orangtua responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat serta prosedur penelitian. Bila orangtua responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan dapat dinyatakan secara lisan. Responden dan orangtua responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini, atau menarik kesediaanya pada proses pengumpulan data. Dan tidak ada efek yang merugikan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan selama responden dirawat diRumah Sakit.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan bagian dari penelitian yang terdiri dari dua kuesioner yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner kemampuan mandiri berkemih. Kuesioner kemampuan mandiri berkemih disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka (Bloom, 1908 dalam Notoadmojo, 2003) yang berisikan pertanyaan.
5.1. Kuesioner Data Demografi
Instrumen penelitian tentang pengumpulan data demografi anak seperti: usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku, serta data yang berhubungan dengan karakteristik responden yaitu: lama perawatan dan jenis penyakit sekarang.
(30)
5.2. Kuesioner Kemampuan Mandiri Berkemih
Instrumen penelitian tentang kemampuan mandiri berkemih anak terdiri dari 20 pertanyaan. Penilaian menggunakan lembar observasi dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap pertanyaan yaitu dengan jawaban “ya” nilainya 1, dan dengan jawaban “tidak” nilainya 0. Total skor diperoleh terendah 0 dan yang tertinggi 20. Semakin tinggi skor maka semakin baik kemampuan mandiri berkemih pada anak.
6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas adalah suatu instrumen akan dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner kemampuan mandiri berkemih pada anak. Peneliti menggunakan teknik content validity yang membuktikan instrumen lebih sahih yang akan dilakukan oleh orang yang ahli dalam keperawatan medikal bedah dari Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu ibu Cholina T. Siregar, M.Kep Sp. KMB dengan content validity index (CVI) adalah 0,12.
Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur mengukur sasaran yang akan diukur sehingga dapat digunakan untuk penelitian dalam lingkup yang sama. Uji reliabilitas untuk kuesioner pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak dilakukan dengan program komputerisasi didapat nilai croncbach alpa sebesar 0,75.
Uji dilakukan yang digunakan adalah uji formula Chonbach Alpha dimana harus > 0,7 agar dianggap realiabel maka kuesioner ini layak digunakan (polit, 1995).
(31)
7. Pengumpulan Data
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti menjalankan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada institusi pendidikan yakni fakultas keperawatan.
2. Mengirim surat izin penelitian yang diperoleh ke tempat dimana akan dilakukan penelitian.
3. Setelah mendapat izin dari rumah sakit yang bersangkutan, peneliti melakukan pengambilan data.
4. Peneliti meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian secara sukarela. Kerahasiaan informasi mengenai responden dijaga oleh peneliti. Selama kegiatan penelitian nama responden tidak dicantumkan dan sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor responden.
5. Sebelum meminta calon responden mengisi kuesioner penelitian, peneliti menjelaskan terlebih dahulu manfaat penelitian dan cara pengisian kuesionerdan meminta responden yang bersedia untuk menandatangani informed concert.
6. Setelah mendapatkan persetujuan, pengumpulan data dimulai. Kuesioner data demografi diisi oleh peneliti dengan melakukan wawancara pada responden atau keluarganya. Kemudian peneliti membagi responden menjadi dua kelompok. Responden pertama dimasukkan ke kelompok intervensi diruang rawat inap RB2, responden berikutnya dimasukkan ke kelompok kontrol diruang rawat inap RB4. Kelompok intervensi dilakukan bladder training sedangkan kelompok kontrol tidak dilakukan bladder training. Sebelum bladder training dilakukan peserta penelitian untuk minum untuk membantu mengkontraksikan otot kandung kemih. Bladder training dilakukan dengan mengklem kateter selama 1-2 jam. Klem dibuka setelah peserta penelitian merasakan penuh pada daerah
(32)
kandung kemih. Evaluasi kemampuan mandiri berkemih dilakukan setelah klem dibuka, dan setelah kateter dilepas dengan mengisi kuesioner. Peneliti melakukan bladder training sebanyak sekali sehari.
8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data dengan memeriksa kembali semua kuesioner satu persatu yakni identitas serta data responden dan memastikan bahwa jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Kemudian peneliti memberi kode terhadap semua pertanyaan yang telah diajukan dengan tujuan mempermudah peneliti untuk melakukan tabulasi.
Analisa data dibedakan menjadi dua yaitu analisa data univariat dan bivariat. Analisa data univariat menjadi data demografi berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, serta data yang berhubungan dengan karakteristik responden yaitu: lama perawatan dan penyakit sekarang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan analisa bivariat untuk menguji pengaruh bladder training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak digunakan uji t Dependent untuk membandingkan kemampuan mandiri berkemih pada anak pada kedua kelompok sebelum dan sesudah dilakukan bladder training dan uji t Independent digunakan untuk membandingkan kemampuan mandiri berkemih pada anak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
(33)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak diruang rawat inap Rindu B2 Rumah Sakit Adam Malik dan di ruang rawat inap Rindu B4 anak Rumah Sakit Adam Malik pada tanggal 26 Juli -17 September 2010. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 20 orang anak yang terdiri dari 10 orang anak pada kelompok intervensi dan 10 orang anak pada kelompok kontrol.
1. Hasil Penelitian
1.1. Analisa Univariat
Analisa univariat untuk mengetahui data demografi mengenai pasien yang mendapat bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yaitu:
1.1.1. Karakteristik kelompok intervensi dan kontrol
Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervensi jenis kelamin mayoritas laki-laki 7 orang (70%), kelompok umur mayoritas berusia 5-8 tahun 7 orang (70%), pendidikan mayoritas sekolah SD (80%) yaitu 8 orang, Lama perawatan mayoritas antara >7 hari yaitu 5 orang (50%), agama mayoritas yaitu islam 5 orang (50%),suku mayoritas yaitu batak 5 orang (50%), dan jenis penyakit yang dialami anak mayoritas appendiksitis yaitu 4 orang (40%).
Kelompok kontrol jenis kelamin laki-laki 8 orang (80%), kelompok usia 5-8 tahun yaitu 7 orang (70%), pendidikan mayoritas yang sekolah SD yaitu 9 orang (90%), lama
(34)
perawatan mayoritas antara >7 hari yaitu 5 orang (50%), agama mayoritas islam yaitu 7 orang (70%), suku mayoritas jawa yaitu 5 orang (50%), dan jenis penyakit mayoritas penyakit CHF yaitu 4 orang (40%)
Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (n= 20)
Karakteristik Demografi Responden
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
F % F %
1. Umur •5-8 Tahun •9-12 Tahun 2. Jenis Kelamin
•Laki-laki •Perempuan 3. Agama •Islam •Protestan •Katolik 4. Suku •Jawa •Batak •Lain-lain 5. Pendidikan •SD •SMP 6. Diagnosa •Apendiksitis •Hernia •Colostomi •PSA •DBD •CHF
•Nefrotik syndrome 7. Lama perawatan
•1-3 hari •4-6 hari •>7 hari
7 3 7 3 5 3 2 3 5 2 8 2 4 3 2 1 0 0 0 3 2 5 70 30 70 30 50 30 20 30 50 20 80 20 40 30 20 10 0 0 0 30 20 50 7 3 8 2 7 2 1 5 3 2 9 1 0 0 0 0 3 2 5 3 2 5 70 30 80 20 70 20 10 50 30 20 90 10 0 0 0 0 30 20 50 30 20 50
(35)
Tabel 5.2. Distribusi kemampuan mandiri berkemih anak terhadap bladder retention training pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ( n= 20)
Variabel
( Kelompok Intervensi) Mean SD SE Pre test 13,80 1,135 0,359 Post test 5,10 2,234 0,706 Kemampuan berkemih
(Kelompok kontrol)
Pre test 8,50 2,369 0,749
Post test 5,20 2,044 0,646 Kemampuan berkemih
Berdasarkan table 5.2 diatas kelompok intervensi yang diberi intervensi mempunyai nilai rata-rata pada saat pre test 13,80, nilai SD = 1,135 dan nilai SE = 0,359. Pada post test nilai rata-rata yaitu 5,10, nilai SD = 2,234, dan nilai SE = 0,706. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak.
Sedangkan pada kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata pada saat pre test 8,50, nilai SD = 2,369 dan nilai SE = 0,749. Pada post test nilai rata-rata yaitu 5,20, nilai SD = 2,044, dan nilai Se = 0,646. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak..
1.2. Analisa Bivariat 1.2.1. Uji Dependen
Analisa bivariat digunakan untuk menguji pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dalam menganalisa data secara bivariat pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji t-test dependen yaitu membandingkan data pada pre test dan post test sehingga diperoleh perbedaan pre test dan post test pada kelompok intervensi yang diberikan
(36)
Tabel 5.3. Pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak kelompok intervensi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Variabel Mean SD Perbedaan
mean
Nilai p n
Intervensi Pre post 13,80 5,10 1,135 2,234
8,700 0,000 10
Berdasarkan table 5.3 pengaruh bladder training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak kelompok intervensi yang diberi intervensi mempunyai nilai mean pada saat pre test 13,80 dan nilai SD = 1,135, dan pada post test nilai mean 5,10, dan nilai SD = 2,234 dengan perbedaan mean 8,700. Dari hasil uji analisa diperoleh nilai p 0,000 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak.
Tabel 5.4. Pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak kelompok kontrol di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Variabel Mean SD Perbedaan
mean
Nilai p n
Kontrol Pre Post 8,50 5,20 2,369 2,044
3,300 0,007 10
Berdasarkan table 5.4 pengaruh bladder training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata pada saat pre test 8,50 dan nilai SD = 2,369 dan pada post test nilai mean 5,20, nilai SD = 2,044, dengan perbedaan
(37)
mean 3.300. Dan hasil uji analisa diperoleh nilai p 0,007 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak.
1.2.2.Uji independent
Tabel 5.5. Perbedaan kemampuan mandiri berkemih anak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan bladder bladder training di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Variabel Mean SD Nilai p n
Kemampuan berkemih Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol - 5,10 5,20 - 2,233 2,043 -
0.918 20
Pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak kelompok intervensi yang diberi intervensi mempunyai nilai rata-rata pada diperoleh nilai rata-rata 5,10, nilai SD = 2,233. Pada kelompok kontrol rata-ratanya yaitu 5,20, nilai SD = 2,043. Dari hasil analisis diperoleh nilai P = 0,918 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi terhadap kemampuan mandiri berkemih anak.
2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak . Hasil penelitian menunjukkan pada saat sebelum dilakukan bladder training ( pre test) kemampuan mandiri berkemih kelompok intervensi dan kelompok kontrol mempunyai kesamaan di dalam kemampuan mandiri.
Hasil dari penelitian pada uji t-dependen untuk kelompok intervensi sebelum dilakukan bladder training nilai rata-rata 13,80, SD = 1,135, setelah dilakukan bladder training pada kelompok intervensi mempunyai nilai rata-rata 5,10, SD = 2,234. Dari uji statistik nilai P
(38)
yaitu 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya pengaruh yang signifikan bladder training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak.
Sedangkan hasil dari penelitian untuk kelompok control sebelum dilakukan bladder training nilai rata-rata 8,50, SD = 2,369, setelah dilakukan bladder training pada kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata 5,20, SD = 2,044. Dari uji statistik nilai P= 0,007 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya pengaruh yang signifikan bladder training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak.
Sedangkan Pada uji independen dengan pengaruh bladder training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak kelompok intervensi diperoleh nilai rata-rata 5,10, SD = 2,234. Pada kelompok kontrol rata-ratanya yaitu 5,20, SD = 2,044. Dari hasil uji statistik nilai P yaitu 0,918, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tidak terdapat adanya pengaruh yang signifikan kemampuan mandiri berkemih pada anak antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (potter & perry, 2005). Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi nonfarmakologi.
Bladder training dapat dilakukan dengan latihan menahan kencing (menunda untuk berkemih). Pada pasien yang terpasang kateter, Bladder training dapat dilakukan dengan mengklem aliran urin ke urin bag (Hariyati, 2000). Tujuan dari bladder training adalah untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (AHCPR, 1992). Agar bladder retensi training ini berhasil, klien harus mampu menyadari dan secara fisik mampu mengikuti program pelatihan. Program tersebut meliputi penyuluhan , upaya berkemih yang terjadwal, dan memberikan umpan balik positif. Fungsi
(39)
kandung kemih untuk sementara mungkin terganggu setelah suatu periode kateterisasi (potter & perry, 2006).
Penanganan ketidakmampuan berkemih secara mandiri sebagian besar tergantung kepada penyebabnya. Salah satu usaha untuk mengatasi kondisi ini berupa program latihan kandung kemih atau bladder training (Long, 1996). Bladder training atau latihan kandung kemih merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit ini. Bladder training atau latihan kandung kemih merupakan upaya mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan, keadaan normal atau fungsi optimalnya sesuai dengan kondisi semula (Lutfie, 2008).
(40)
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada uji dependen kelompok intervensi yang diberi intervensi mempunyai nilai rata-rata pada saat pre test 13,80 dan nilai SD = 1,135. Pada post test nilai rata-rata yaitu 5,10 dan nilai SD = 2,234, perbedaan mean 8,700, dan nilai P = 0,000 dengan jumlah responden 10 orang anak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan bladder training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak .
Sedangkan pada kelompok kontrol mempunyai nilai rata-rata pada saat pre test 8,50 dan nilai SD = 2,369. Pada post test nilai rata-rata yaitu 5,20 dan nilai SD = 2,044, perbedaan mean 3,300 dan nilai p 0,007 dengan jumlah responden 10 orang anak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan bladder training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak.
2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian diberikan rekomendasikan kepada berbagai pihak antara lain:
2.1. Praktek keperawatan
Saat ini bladder training belum pernah dilakukan dirumah sakit karena itu perawat diharapkan dapat menerapkan bladder training bagi anak .
2.2. Bagi pendidikan keperawatan
Diharapkan dari hasil penelitian ini mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang bladder training. Dan mahasiswa dapat melakukan bladder training di rumah sakit
(41)
pada anak yang menggunakan kateter yang berguna untuk membantu melatih kandung kemih agar mampu berkemih secara mandiri.
2.3. Bagi penelitian keperawatan selanjutnya
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, dimana penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak . Untuk itu, peneliti berikutnya diharapkan dapat meneliti dalam melakukan bladder retention training pada anak yang menggunakan kateter lebih baik lagi agar dapat peneliti dapat mengetahui perbedaan kemampuan berkemih anak yang dilakukan intervensi dengan yang tidak dilakukan. Kelemahan dari peneliti dalam melakukan bladder training adalah peneliti melakukan bladder training hanya sekali saja dalam sehari sehingga hasil yang dilakukan kurang effektif dan peneliti memiliki waktu yang cukup singkat dalam melakukan tindakan bladder training tersebut.
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.1998. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Hidayat, A, A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Karon, S (2005). A team approach to bladder retraining: A pilot study. Diakses dari:www. Proquest.umi.com/pqdwb pada tanggal 16 maret 2009
Long, Barbara C. (1996). Perawatan medical bedah (Suatu pendekatan proses keperwatan) 3. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran Bandung.
Luftie, S. H. (2008). Penatalaksanaan rehabilitas neurogenic bladder. Cermin Dunia kedokteran 165. Volume 35. No.6
Notoadmojo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Ed. Revisi. Jakarta:Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman
skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : Proses dan praktik. Ed. 4.
Jakarta: EGC
Potter, P.A. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan:Proses dan praktik. Ed.4.Jakarta:EGC
Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Smith, J M. (2003).Indewelling catheter management :from habit-based to evidence-based practice. Diakses dari http:/www.o-wn.com.
Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC
Suryahanto, T. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.
Tarwoto dan Watonah. (2004). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Ed.1. Jakarta:Salemba Medika
The Joanna Briggs Institute. (2000). Management of short term indwelling urethral catheters to prevent urinary tract infection. Diakses dari www. Jopannabriggs.edu.au pada tanggal 30 maret 2009
(43)
Lampiran
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
Pengaruh Bladder Retention Training Terhadap Kemampuan Mandiri Berkemih Pada Anak Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Oleh : Tiurma Juliana Nababan
Nim : 091121071
Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan USU Medan. Ingin melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh bladder retention training terhadap kemampuan mandiri berkemih pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Fakultas Keperawatan USU Medan. Maka saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia untuk mengizinkan menjadi responden silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini.
Tanggal :
No. responden :
(44)
Lampiran
LEMBAR WAWANCARA
Judul : Data Demografi
Pengaruh Bladder Retention Training Terhadap Kemampuan Mandiri Berkemih Pada Anak Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Nama (Inisial) :
Usia :1. ( ) 5-8 Tahun
2. ( ) 9-12 Tahun
Jenis Kelamin : 1. ( ) Laki-laki
2. ( ) Perempuan
Agama : 1. ( ) Islam
2. ( ) Protestan
3. ( ) Katolik
4. Lain-lain……….
Suku Bangsa : 1. ( ) Jawa
2. ( ) Batak
(45)
Pendidikan : 1. ( ) SD
2. ( ) SMP
Diagnosa : 1. Apendiksitis
2. Hernia
3. colostomy
4. PSA
5. DBD
6. CHF
7. Nefrotik Syndrom
Lama Perawatan:
1. 1-3 Hari 2. 4-6 Hari
(46)
LEMBAR OBSERVASI TERHADAP KEMAMPUAN MANDIRI BERKEMIH ANAK Berilah tanda cheklist (√ ) pada kolom di bawah ini jika saudara mengalami hal berikut ini:
No Daftar Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ada rasa sulit kencing? 0,10 2. Apakah ada kesulitan untuk memulai kencing? 0,10 3. Apakah ada perasaan penuh daerah kandung kemih? 0,10 4. Apakah ada sakit saat kencing? 0,10 5. Apakah ada rasa sakit sesudah kencing? 0,10 6. Apakah kencing keluar menetes? 0,10 7. Apakah ada kesulitan untuk menahan kencing? 0.10 8. Apakah ada rasa kencing tidak tuntas? 0,10 9. Apakah terjadi penurunan rangsangan/keinginan untuk
memulai kencing?
0,5
10. Apakah kencing keluar sebelum mencapai kamar mandi? 0,10 11. Apakah terjadi penurunan jumlah kencing setiap harinya? 0,10 12. Apakah ada rasa ingin kencing tetapi tidak keluar? 0,10 13. Apakah kencing keluar terputus-putus? 0,10 14. Apakah ada sakit bila ditekan pada daerah kandung kemih? 0,10 15 Apakah kencing keluar tanpa disadari? 0,10 16. Apakah anak merasa puas setelah selesai kencing? 0,10 17. Apakah ketika tertawa, batuk, kencing keluar dengan
sendirinya?
0,10
18. Apakah anak menangis ketika ingin kencing? 0,10 19. Apakah anak mampu kencing mandiri tanpa ditemani orang
lain?
0,10
20. Apakah anak pernah mengompol? 0,10
(47)
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Bladder Training
1. Perawat memperkenalkan diri kepada anak dan orang tua:
a. Memperkenalkan : nama dan identitas singkat dari peneliti
b. Memberikan informasi tentang pentingnya orang tua dalam mendampingi anak selama dilakukan tindakan bladder training oleh peneliti.
2. Melakukan pendekatan dengan anak :
a. Membina hubungan saling percaya
3. Memberitahukan tentang tujuan, manfaat di lakukannya bladder training
4. Pre test
Peneliti memberikan instrumen dan mengobservasi anak sebelum diberikan tindakan 5. Bladder training
a. Persiapan alat: pinset, sarung tangan
b. Persiapan anak:
- Posisi yang nyaman bagi anak yaitu dorsal recumbent
c. Waktu pelaksanaan:
Dalam sehari dilakukan satu kali dan dilaksanakan pada jam 14.00 WIB d. Prosedur
(48)
- Mengucapkan salam.
- Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan.
- Atur posisi pasien yaitu dengan posisi dorsal recumbent
- Pakai sarung tangan disposibel
- Lakukan pengukuran volume urin pada kantong urin.
- Kosongkan kantong urin.
- Klem selang kateter sesuai dengan program selama 1 jam yang memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi, supaya meningkatkan volume urin residual.
- Anjurkan klien minum (200-250 cc).
- Tanyakan pada klien apakah terasa ingin berkemih setelah 1 jam.
- Buka klem dan biarkan urin mengalir keluar.
- Lihat kemampuan berkemih klien
- Lepaskan sarung tangan dan merapikan semua peralatan.
6. Post test
Dilakukan dengan mengisi kuesioner yang berupa data demografi dan berhubungan dengan karakteristik responden serta kuesioner bladder training .
(49)
RELIABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0 a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
(50)
(51)
(52)
JADWAL PENELITIAN
Nama : Tiurma Juliana Nababan
Nim : 091121071
Judul penelitian : Pengaruh Bladder Retention Training Terhadap Kemampuan Mandiri Berkemih Pada Anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan Dosen pembimbing : 1. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M. Kep 2. Reni Asmara Ariga , S.Kp. MARS
No AKTIFITAS
PENELITIAN JUNI 2010 JULI 2010 AGUSTUS 2010 SEPT 2010 OKT’ 2010 NOV’ 2010 DES’ 2010 JANUARI 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan judul penelitian /
2 Acc judul proposal 3 Survey Awal
4 Menyusun BAB 1, 2, 3 4
5 Menyerahkan proposal
penelitian
6 Sidang proposal penelitian 7 Revisi proposal penelitian
8 Pengumpulan data
responden 9 Analisa data
10 Penyusunan laporan/skripsi 11 Pengajuan sidang skripsi 12 Ujian sidang skripsi 13 Revisi skripsi
(53)
Pasien control
Statistics
Usia Jk Agama Suku Pendidikan Diagnosa VAR00007
N Valid 10 10 10 10 10 10 10
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1.3000 1.3000 1.4000 1.7000 1.2000 2.0000 2.3000
Median 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.0000 2.0000 2.5000
Std. Deviation .48305 .48305 .69921 .82327 .63246 .81650 .82327
Variance .233 .233 .489 .678 .400 .667 .678
Range 1.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Percentiles 25 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.7500
50 1.0000 1.0000 1.0000 1.5000 1.0000 2.0000 2.5000
75 2.0000 2.0000 2.0000 2.2500 1.0000 3.0000 3.0000
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3-8 tahun 7 70.0 70.0 70.0
9-12 tahun 3 30.0 30.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Jk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 7 70.0 70.0 70.0
Perempuan 3 30.0 30.0 100.0
(54)
Agama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Islam 7 70.0 70.0 70.0
Protestan 2 20.0 20.0 90.0
Katolik 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Jawa 5 50.0 50.0 50.0
Batak 3 30.0 30.0 80.0
Lain-lain 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 9 90.0 90.0 90.0
Belum sekolah 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Diagnosa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid DBD 3 30.0 30.0 30.0
(55)
Nefrotik syndrom 3 30.0 30.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
VAR00007
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-3 Hari 2 20.0 20.0 20.0
4-6 Hari 3 30.0 30.0 50.0
> 7 Hari 5 50.0 50.0 100.0
(56)
(57)
(58)
(59)
TAKSASI DANA
1. Persiapan Proposal
a. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp. 100.000,- b. Foto copy sumber pustaka Rp. 12.000,- c. Memperbanyak proposal Rp. 100.000,-
d. Beli buku Rp. 202.000,-
e. Konsumsi saat sidang proposal Rp. 50.000,- f. Konsumsi saat siding skripsi Rp. 50.000,- 2. Pengumpulan Data
a. Izin penelitian Rp. 42.000,- b. Penggandaan kuesioner Rp. 20.000,- c. Transportasi Rp. 60.000,- 3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan
a. Biaya kertas dan tinta print Rp. 100.000,- b. Sidang hasil penelitian Rp. 300.000,- c. Penjilidan Rp. 50.000,- d. Penggandaan laporan penelitian Rp. 200.000,-
(60)
Lampiran
CURRICULUM VITAE
Nama : Tiurma Juliana Nababan
Nim : 091121071
Tempat/Tgl Lahir : Kampar, 17 Juli 1988
Agama : Kristen Protestan
Tahun Ajaran : 2009/2010
Pendidikan : SD IMPRES Binjai (1994-2000)
SMP Negeri 4 Binjai (2000-2003)
SMA Negeri 4 Binjai (2003-2006)
D-III Keperawatan USU (2006-2009)
(1)
Nefrotik syndrom 3 30.0 30.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
VAR00007
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-3 Hari 2 20.0 20.0 20.0
4-6 Hari 3 30.0 30.0 50.0
> 7 Hari 5 50.0 50.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
(2)
(3)
(4)
(5)
TAKSASI DANA
1. Persiapan Proposal
a. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp. 100.000,-
b. Foto copy sumber pustaka Rp. 12.000,-
c. Memperbanyak proposal Rp. 100.000,-
d. Beli buku Rp. 202.000,-
e. Konsumsi saat sidang proposal Rp. 50.000,-
f. Konsumsi saat siding skripsi Rp. 50.000,-
2. Pengumpulan Data
a. Izin penelitian Rp. 42.000,-
b. Penggandaan kuesioner Rp. 20.000,-
c. Transportasi Rp. 60.000,-
3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan
a. Biaya kertas dan tinta print Rp. 100.000,-
b. Sidang hasil penelitian Rp. 300.000,-
c. Penjilidan Rp. 50.000,-
d. Penggandaan laporan penelitian Rp. 200.000,-
Jumlah Rp.1.336.000,-
(6)
Lampiran
CURRICULUM VITAE
Nama : Tiurma Juliana Nababan
Nim : 091121071
Tempat/Tgl Lahir : Kampar, 17 Juli 1988
Agama : Kristen Protestan
Tahun Ajaran : 2009/2010
Pendidikan : SD IMPRES Binjai (1994-2000)
SMP Negeri 4 Binjai (2000-2003)
SMA Negeri 4 Binjai (2003-2006)
D-III Keperawatan USU (2006-2009)