PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KEKERASAN ANAK DALAM KELUARGA DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

A. Riwayat Pribadi

1. Nama : Hamdan Sukry Syahputra Siregar 2. Tempat Tanggal Lahir : Medan, 10 April 1990

3. Alamat : Jln. Bromo Gg. Jermal No.47 Medan 4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Anak Ke : 5 dari 5 Bersaudara

7. Email : putraplsunimed@gmail.com

B. Data Orang Tua Nama Orang Tua

1. Ayah : Alm. Hot Adam Siregar

2. Ibu : Almh. Tetty Harahap

Pekerjaan Orang Tua

1. Ayah : -

2. Ibu : -

3. Alamat Orang Tua : Jln. Bromo Gg. Jermal No.47 Medan

C. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan SD : SD Al-Ittihadiyah Medan ( Tahun 1996-2002) 2. Pendidikan SMP : Mts. Al-Ittihadiyah Medan

( Tahun 2002- 2005) 3. Pendidikan SMA : SMA. N 10 Medan

( Tahun 2005-2008) 4. Pendidikan Perg. Tinggi : Universitas Negeri Medan


(6)

i

ABSTRAK

Hamdan Sukry Syahputra Siregar, Nim 1103371015. Persepsi Masyarakat Tentang Kekerasan Anak Dalam Keluarga Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai. FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN, PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2017.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai masih belum memahami apa sebenarnya yang dimaksud suatu perilaku/tindakan yang dikatakan sebagai kekerasan anak dalam keluarga. Kekerasan anak tersebut akan ditinjau dari kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikis, kekerasan secara seksual, dan kekeerasan secara sosial. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang kekerasan anak dalam keluarga di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai, Kota Medan.

Menurut Andez (2006:1) Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk kekerasan yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas anak atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya dapat dipercaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, guru dan pendamping.

Jenis penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskrtiftif kuantitatif, dengan jumlah sampel 224, dengan tehnik pengumpulan data menggunakan angket tertutup. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan cara frekuensi variable dengan rumus: P = x 100%

Hasil pembahasan diperoleh: Pada kekerasan anak secara fisik 59,82% responden sangat setuju bahwa kekerasan terhadap anak adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit , atau luka berat yang dialami anak. Kekerasan anak secara psikis 51,34% sangat setuju bahwa perbuatan yang mengakibatkan ketakutan hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada anak. 58,93% responden sangat setuju membiarkan anak melihat gambar pornografi merupakan kekerasan secara seksual dan dapat merusak mental anak. Sebannyak 52,23 % responden sangat setuju bahwa sengaja membiarkan anak terlantar tanpa diberi nafkah merupakan salah satu contoh kekerasan pada anak secara sosial. Dengan demikian 51,34% responden hanya memahami bahwa kekerasan pada anak adalah suatu perilaku/tindakan yang mengakibatkan luka fisik.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis, namun semuanya teratasi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih terkhusus kepada kedua orang tua tercinta atas semangat, doa serta dukungan moral maupun moril mulai dari awal perkuliahan sampai selesainya dan kepada dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan serta masukan dalam setiap tahap penyelesaian skripsi.

Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Pada akhir kata penulis sangat berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya terutama sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang terkait dengan permasalahan yang diangkat menjadi judul skripsi ini.

Medan, Februari 2017

Hamdan Sukry S. Siregar NIM. 1103371015


(8)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Tentang Kekerasan Anak Dalam Keluarga Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan denai”, dan tak lupa penulis mengucapkan sholawat kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke Jalan yang di Ridhoi Allah SWT.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program Strata-1 di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari pada penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan rasa hormat, ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof.Dr.Syawal Gultom,M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan 2. Bapak Dr.Nasrun, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED 3. Bapak Prof.Dr.Yusnadi, MS selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.Aman

Simaremare, MS selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Kepegawaian, Drs.Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 4. Ibu Dra.Rosdiana, M.Pd, Bapak Dr.Sudirman, SE, M.Pd selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.

5. Ibu Dra.Rosdiana, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dan saran yang membangun dalam mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.


(9)

iv

6. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si , Dr.Sudirman, SE dan Ibu Anifah. S. Sos, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan serta saran-saran yang membangun kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Medan yang telah memberikan pendidikan, pengalaman dan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

8. Kak Surya Indrawati, M.Pd dan para staff pegawai jurusan PLS yang telah banyak membantu penulis demi kelancaran administrasi surat-menyurat selama penyusunan skripsi ini.

9. Untuk seluruh staf dan pegawai Tata Usaha Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah membantu penulis dalam proses kelancaran administrasi.

10.Bapak Kasradi Hasibuan S.Sos selaku Lurah Binjai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11.Bapak Drs. Ali Jambi, MM, H. Partaonan Rukun. S. Pd, serta Kak Emmy Febriyanti selaku Kepala Dinas, Sekretaris dan Kasubbag Umum Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Padang Lawas yang telah memberikan keluangan waktu dan ijin bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

12.Secara teristimewa dengan penuh Cinta dan sayang penulis ucapkan untuk orang tua penulis ayahanda Alm. Hot Adam Siregar dan Ibunda almh.Tetty Harahap yang telah memupuk rasa semangat perjuangan semenjak usia dini. 13.Secara teristimewa dengan penuh cinta dan sayang penulis ucapkan kepada

Kakak Penulis Herlina Siregar beserta suami M. Effendi Pohan, serta Kakak Husnun Maisyarah Siregar beserta Suami Ahmad Suparlin Hasibuan yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayangnya, doa, motivasi, serta dukungan kepada penulis.

14.Untuk Amangboru Darwin Hasibuan, berserta istri dan keluarga besar yang selalu menuntun dan memberi nasehat kepada penulis untuk terus berjuang dalam pilihan hidup yang dijalani.

15.Sepupu dan sahabat yang luar biasa, Ahmad Sofyan Harahap, Ratih Hesti Ningrum, S.H, Ira Saryka Sinaga S. Pd, Yunita Erni Sinaga, Am. Keb, bang


(10)

v

Dedi, Desi Kunata Solin S.Pd, Istiana, Khairuddin Harahap M.Pd yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

16.Kepada seluruh keluarga besar Alm. Hot Adam Siregar dan Almh. Tetty Harahap.

17.Untuk seluruh rekan-rekan CPNS Angkatan 2013 Kabupaten Padang Lawas yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

18.Untuk Organisasi tercinta, Para Senioran dan teman-teman di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ilmu Pendidikan yang menjadi inspirasi bagi penulis.

19.Untuk teman-teman seperjuangan PLS Ekstensi dan Reguler 2010, dan seluruh senioran yang selalu memberikan semangat kepada penulis Ira, Fatmawati, Desi, Teguh, Mangatas, Rizki, Junjung, Yusuf, Dion, Ernita, Rika, Reni, Agus, Maruba, Safri, dan yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

20.Untuk rekan-rekan seperjuangan ketika sidang Dhita, Friska, Fitria, Martha, Yanti dan untuk adik-adik stanbuk yang telah memberi bantuan dan semangat kepada penulis Putri Anita Sembiring, Siti Khadijah, Rini Cyntia, Oktaviani Dalimunthe, Meri Sidauruk, Fitri Mariani, Icun Manullang, Muhcim adi dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut.

Medan, Februari 2017 Penulis,

Hamdan Sukry S. Siregar NIM. 1103371015


(11)

Tabel 1 Kisi-Kisi Angket ... 29 Tabel 2 Jumlah Penduduk di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai ... 32 Tabel 3 Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak dalam

keluarga adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa

sakit, jatuh sakit ayau luka berat yang dialami anak ... 33

Tabel 4 Jika anak melakukan kesalahan, orangtua berhak

melakukan hukuman fisik sebagai efek jera. ... 34 Tabel 5 Hukuman secara fisik solusi untuk mendisiplinkan anak. ... 35 Tabel 6 Melukai, menganiaya anak merupakan contoh kekerasan

terhadap anak.. ... 36 Tabel 7 Pemukulan, Penganiayaan yang dilakukan orangtua

terhadap anak disebabkan oleh rendahnya ekonomi keluarga ... 37

Tabel 8 Penyiksaan yang dilakukan orangtua terhadap anak

karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang ilmu agama. ... 38 Tabel 9 Yang dimaksud kekerasan anak dalam keluarga

adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan hilangnya rasa percaya diri,hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau

penderitaan psikis berat pada anak... 39 Tabel 10 Perkataan yang membuat anak tersinggung, ketakutan,

tidak berdaya seperti menghina, membentak,berkata kasar secara terus terusan merupakan kekerasan

anak dalam keluarga... 40 Tabel 11 Memaksa anak untuk menguasai ilmu pengetahuan yang

tidak di sukai anak merupakan tindak kekerasan kepada anak ... 41 Tabel 12 Kekerasan terhadap anak dikarenakan oleh latar belakang

orangtua yang juga pernah mengalami kekerasan semasa kecil ... 42 Tabel 13 Membiarkan anak melihat gambar pornografi merupakan

kekerasan secara seksual dan dapat merusak mental anak ... 43 Tabel 14 Memaksa anak untuk melayani kebutuhan seksual

termasuk kekerasan pada anak ... 44 Tabel 15 Pemaksaan hubungan seksual terhadap anak dalam-

viii


(12)

lingkungan keluarga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu termasuk kekerasan

pada anak ... 45 Tabel 16 Pelecehan adalah perbuatan yang dilakukan dengan cara

kata-kata dan tindakan kasar ... 46 Tabel 17 Pelecehan seksual adalah melakukan tindakan yang kasar

melalui sentuhan sampai berujung pemerkosaan ... 47 Tabel 18 Sengaja membiarkan anak terlantar tanpa diberi nafkah

merupakan salah satu contoh kekerasan terhadap anak ... 49 Tabel 19 Tidak memberikan anak pendidikan yang layak merupakan

contoh kekerasan anak secara sosial ... 50 Tabel 20 Kekerasan dalam keluarga adalah masalah internal (pribadi),

orang lain tidak berhak campur tangan dalam mengatasi

kekerasan yang terjadi ... 51 Tabel 21 Kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang

tidak pantas diceritakan kepada orang lain ... 52 Tabel 22 Suami sebagai kepala keluarga berhak mendidik istri dan

anak dengan menggunakan tindak kekerasan ... 53 Tabel 23 penyebab terjdinya tindakan kekerasan pada anak

disebabkan oleh faktor lingkungan yang buruk ... 54 Tabel 24 Dengan berlakunya UU No. 35 tahun 2014 Tentang

Perlindungan Anak dapat menjamin hilangnya tindak

kekerasan pada anak... 55 Tabel 25 Dengan mengadakan sosialisasi UU No. 35 tahun

2014 Kepada masyarakat merupakan salah satu

upaya untuk mencegah tindak kekerasan terhadap anak ... 56 Tabel 26 Jika saya mengalami kekerasan dalam rumah tangga,saya

memilih untuk diam karena tidak ingin orang lain mengetahui ... 57 Tabel 27 Pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan

perlindungan terhadap korban kekerasan dalam keluarga ... 58 Tabel 28 Dukungan atau bantuan dari orang lain dapat

mengurangi beban pada seseorang yang mengalami kekerasan ... 59 Tabel 29 Dukungan atau bantuan untuk korban kekerasan


(13)

dalam rumah tangga cukup dari keluarga saja ... 60 Tabel 30 Dukungan atau bantuan dari tetangga, tokoh

masyarakat setempat, tidak diperlukan karena

dianggap ikut campur masalah keluarga ... 61 Tabel 31 Dukungan atau bantuan dapat diperoleh dari tenaga dan

lembaga bantuan hukum ... 62 Tabel 32 Kepolisian, advokat, dan pengadilan wajib

memberikan perlindungan dan pelayanan bagi

korban kekerasan dalam keluarga ... 63


(14)

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak salah jika pasangan yang telah berumah tangga belum merasa sempurna jika belum dikaruniai seorang anak. Dan anak dianggap sebagai urat nadi bagi orang tua dalam menyambung garis keturunan. Oleh karena itu, anak sebenarnya adalah amanah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan (suami-istri), maka hendaklah anak dididik dengan penuh cinta dan kasih sayang, sehingga dalam proses perkembangannya menjadi dewasa anak telah dibekali dengan aqidah dan akhlak yang baik, mentali dan fisik yang kuat, sehingga mampu menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju.

Akhir-akhir ini begitu banyak disajikan berita mengenai tindakan kekerasan terhadap anak yang terjadi di dalam lingkungan keluarga, baik melalui media cetak dan elektronik. Dan berita ini selalu menjadi sorotan penting dalam masyarakat. Jika diperhatikan ini berbanding terbalik dengan prinsip bahwa keluarga merupakan wadah pertama seorang anak dalam memperoleh pendidikan secara informal, karena keluarga merupakan wadah sebagai dasar dalam pembentukan mental anak, sehingga sangat diharapkan keluarga mampu menjalanka fungsinya dalam menjaga, memelihara dan mendidik serta membesarkan anak-anaknya. Sangat ironi memang, keluarga yang diharapkan


(16)

2

sebagai tempat mengadu setiap masalah yang dihadapinya malah mendatangkan ketakutan bagi si anak sendiri.

Kekerasan anak selama ini sering diakaitkan dengan kekerasan kasat mata, seperti kekerasan fisik dan seksual. Padahal, kekerasan psikis dan sosial juga membawa dampak buruk dan permanen anak. Contohnya berita yang di terbitkan tabloid Nova (18 November 2006) tentang seorang ayah kandung yang memukuli anaknya hingga babak belur Sahrizal 6 Tahun di Pangkalan Brandan Medan hanya disebabkan si anak bermain di rumah tetangganya.

Jumlah anak korban kekerasan terus meningkat dari tahun ke tahun, sesuai data yang di umumkan Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam situs resminya www.kpai.go.id kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang sifnifikan. “Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua (KPAI) Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Maria Advianti menyatakan, “5 kasus tertinggi dengan jumlah kasus per bidang dari 2011 hingga april 2015. Pertama, anak berhadapan dengan hukum hingga april 2015 tercatat 6006 kasus. Selanjutnya, kasus pengasuhan 3160 kasus, pendidikan 1764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus serta pornografi dan cybercrime 1032 kasus".

Selain itu, sambungnya, anak bisa menjadi korban ataupun pelaku kekerasan dengan fokus kekerasan pada anak ada 3, yaitu di lingkungan keluarga,


(17)

3

di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6 persen di lingkungan sekolah dan 17.9 persen di lingkungan masyarakat. (www.kpai.go.id diakses pada tanggal 20 Desember 2015).

Sedangkan untuk Kota Medan sendiri merupakan kab/kota di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami kasus kekerassan anak tertinggi. Fakta ini bersumber dari Koordinator Divisi Anak dan Perempuan Yayasan Pusaka Indonesia, Mitra Lubis SH yang penulis ambil dari media Online http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015. Mitra mengatakan “secara keseluruhan tindak kekerasan di Sumatera Utara sepanjang tahun 2014 sebanyak 193 korban. Dari data tersebut, 93 diantaranya merupakan korban pencabulan. "Selain pencabulan, kasus lainnya juga terjadi seperti penganiayaan sebanyak 48 korban, pemerkosaan 14 korban, pembunuhan 15 korban, penelantaran 3 korban. Jika dirata-ratakan dari bulan Januari - Desember setiap bulannya 16 korban terjadi kekerasan anak," paparnya.

Medan menjadi kota tertinggi terjadinya kasus kekerasan selama tahun 2014. "Kota Medan merupakan korban terbesar mencapai 61 orang, 34 kasus diantaranya merupakan korban pencabulan dan penganiayaan. Disusul Deli Serdang 38 korban dan langkat 18 korban. Dia menyebutkan, kasus tindak kekerasan anak di Indonesia justru lebih banyak dilakukan oleh orang terdekat anak, yakni yang dilakukan tetangga sebanyak 36 korban, orang tua 23 korban dan teman 21 korban. "Hal ini harus dijadikan warning bagi para orang tua agar


(18)

4

tidak kecolongan dalam mengawasi anaknya," kata Mitra. Sedangkan rentang usia korban, Mitra menjelaskan, berkisar antara 4 tahun - 18 tahun. Namun yang paling dominan menjadi korban adalah mereka yang berusia 13 - 18 tahun atau sebanyak 136 korban selama tahun 2014. Akibat kondisi ini, banyak dampak negatif yang ditanggung anak sebagai korban kekerasan. Bahkan harus ditanggung seumur hidupnya. "Kekerasan membuat anak tidak percaya diri, juga menjadi pemurung. Lebih parahnya, korban kekerasan bisa menjadi pelaku kekerasan," katanya.

Dari data yang dipaparkan KPAI dan Koordinator Divisi Anak dan Perempuan Yayasan Pusaka Indonesia tersebut terbukti bahwa tindakan kekerasan yang di alami anak dari tahun ke tahun semakin memprihatinkan. Perilaku kekeerasan terhadap ini juga pernah terjadi di kelurahan Binjai, seperti di kutip dari berita satu.com bahwa seorang remaja membuang bayi yang baru dilahirkannya kedalam tong sampah. Diketahui pelaku beralamat di Kelurahan Binjai.

Mengingat anak merupakan penerus cita-cita bangsa seharusnya anak mendapat perlakuan yang baik, kasih sayang, perhatian dan perlindungan dalam proses tumbuh kembangnya. Perlakuan ini menjadi syarat agar anak tumbuh dan berkembang menjadi individu yang dapat bertanggung jawab, mandiri dan memiliki mental yang kuat. Tetapi hal-hal tersebut sering terabaikan, ironisnya tindakan kekerasan tersebut terjadi di dalam lingkungan keluarga yang semestinya menjadi wadah anak untuk berlindung. Tindakan kekerasan orang tua anaknya


(19)

5

dapat berupa tindakan semena-mena yang di luar batas, yang mengakibatkan rusaknya mental anak dan mengalami luka fisik (child abuse).

Menurut Terry. E Lawson dalam Jalu (2006 : 2) mengatakan kekerasan pada anak (child abuse) di klasifikasikan dalam empat macam, yaitu:

1. Emosional Abuse, terjadi apabila setelah orang tua mengetahui keinginan anaknya tetapi orang tua tersebut tidak memberikan apa yang diinginkan anaknya. Maka anak akan mengingat kekerasan emosional yang dirasakannya. 2. Verbal Abuse, terjadi akibat bentakan atau makian orang tua anak. 3. Physical Abuse, terjadi pada saat anak menerima pukulan dari orang tua (kekerasan fisik). Kekerasn ini akan terus diingat oleh anak apalagi bila kekerasan tersebut meninggalkan bekas. 3. Sexual abuse, terjadi pada saat anak menerima kekerasan sexual seperti tindakan pemerkosaan.

Berbagai tindakan kekerasan fisik, penelantaran dan exploitasi masih terus dialami oleh anak-anak. Menurut Andez (2006 : 1) kekerasan anak (diakses pada 20 desember 2015) eksploitasi adalah perlakuan yang salah, dengan mengamil keutungan atas diri orang lain, untuk kepentingan pribadi. Misalnya menyuruh anak bekerja untuk membayar hutang orang tuanya atau menyuruh anak melakukan pekerjaan ilegal seperti melibatkan anak dalam prostitusi untuk kepentingan orang lain. Hal ini sangat bertentangan dengan UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.


(20)

6

Penderitaan psikologi akibat berbagai sikap dan tindakan sewenang-wenang orang tua membuat mereka menjadi anak-anak yang bermasalah sehingga mengganggu proses pertumbuhan mereka. Hal ini tidak terlepas dari semakin kompleksnya masalah yang dihadapi anak zaman sekarang, ditambah lagi faktor-faktor lain misalnya tayangan televisi yang menyajikan tayangan kekerasan di layar kaca. Sebagaimana diketahui bahwa pada proses perkembangan diri seorang anak masih dominan untuk meniru apa yang disaksikan atau di alaminya.

Dalam masyarakat seolah-olah timbul anggapan bahwa anak adalah pribadi yang kecil dan lemah yang sepenuhnya di bawah kekuasaan orang dewasa, sehingga orang tua merasa berhak melakukan apa saja anaknya. Kondisi ini semakin berkembang sehingga anak sama sekali tidak boleh membantah, mengkritik atau lainnya. Pandangan ini membuka peluang dilakukannya berbagai penindasan dan perlakuan salah anak.

Dalam kondisi yang seperti ini tentu hak seorang anak terabaikan. Menurut UNICEF bahwa materi hukum mengenai hak-hak anak dalam konvensi hak anak, dapat dikelompokkan dalam empat katagori, yaitu:

1. Hak anak dalam kelangsungan hidup (Survival Right) yaitu hak yang meliputi hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standart kesehatan yang tinggi dan perwatan yag sebaik-baiknya. 2. Hak untuk perlindungan (protection) yatu hak-hak yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga. 3. Hak untuk


(21)

7

tumbuh kembang ( development right) yaitu hak-hak yang meliputi segala bentuk pendidikan dan hak untuk mencapai standart hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental spiritual, moral dan sosial anak. 4. Hak untuk berpartisipasi (partisipation right) yaitu hak-hak yang meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak.

Berdasarkan observasi di lapangan yang dilakukan di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan masyarakat masih belum memahami apa sebenarnya yang dimaksud suatu perilaku/tindakan yang dikatakan sebagai kekerasan anak. Oleh karena itu, penulis bersemangat untuk meneliti dan mengkaji bagaimana pendapat masyarakat tentang kekerasan anak dalam keluarga. Oleh sebab itu penulis mengambil judul : “Persepsi Masyarakat Tentang Kekerasan Anak Dalam Keluarga di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Faktor-faktor dan Bentuk-bentuk kekerasan anak ( Seperti: Kekerasan seksual, penyiksaan/pemukulan, menganiaya, menghina, dan lain sebagainya).

b. Dampak dari kekerasan anak ( Seperti: trauma, gangguan emosional, cacat fisik dan lain sebagainya).


(22)

8 anak dalam keluarga.

d. Persepsi masyarakat tentang kekerasan anak dalam keluarga yang beragam.

e. Karakteristik kekerasan anak dalam keluarga.

f. Penyebab sulitnya kekerasan anak terungkap keruang publik. g. Tingginya angka kekerasan anak yang setiap tahun meningkat. h. Rendahnya kepedulian masyarakat tentang kekerasan anak terutama dalam lingkungan keluarga.

C. Pembatasan Masalah

Dengan keterbatasan dan menghindari luasnya pembahasan maka penulis membuat beberapa batasan untuk mengarahkan hasil penelitian. Adapun

pembatasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah persepsi

masyarakat tentang kekerasan anak dalam keluarga di Kelurahan Binjai

Kecamatan Medan Denai.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat tentang kekerasan anak dalam keluarga di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai.


(23)

9 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang kekerasan anak dalam keluarga.

F. Manfaat Penelitian

Dalam setiap aktifitas penelitian diharapkan menghadirkan manfaat yang berarti bagi peneliti. Demikian juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi orang lain yaitu:

1. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pihak Kelurahan Binjai, masyarakat dan aparat penegak hukum sebagai bahan acuan dalam mengambil langkah-langkah aktif untuk menjegah semakin maraknya perilaku tindakan kekerasan anak.

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai salah satu usaha peneliti dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan khususnya pada lingkup Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang fokus pada masalah-masalah yang ada di masyarakat.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi dan bermanfaat dalam upaya mengurangi tindakan kekerasan anak dalam keluarga. c. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain jika melakukan penelitian yang sama dalam lingkup masalah yang berbeda.


(24)

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya, sebagai bagian akhir dari pada keseluruhan proses penulisan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara fisik adalah segala tindakan penyiksaan, pemukulan dan penganiyaan anak dengan atau tanpa menggunakan benda yang menimbulkan luka fisik atau kematian pada anak.

b. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara psikis adalah segala tindakan yang meliputi menghardik, menyampaikan kata-kata kasar atau kotor, memperlihatkan gambar porno kepada anak yang menyebabkan terganggunya mental anak berupa ketakutan, pendiam, dan emosi tidak stabil.

c. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara Seksual adalah segala tindakan berupa perlakuan yang kasar melalui sentuhan sampai berujung pemerkosaan, pemaksaan melakukan hubungan seksual terhadap anak untuk tujuan komersial, serta menunjukkan atau membiarkan anak melihat gambar pornografi.

d. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara Sosial adalah segala tindakan yang mencakup penelantaran anak, eksploitasi anak


(25)

69

berupa: anak diasingkan dalam keluarga, tidak diberikan pendidikan yang layak, pemaksaan anak untuk bekerja.

e. Faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan terhadap anak baik secara fisik, psikis, seksual dan sosial yang dilakukan oleh orang tua yaitu diakibatkan kurangnya pengetahuan orang tua tentang ilmu agama, rendahnya ekonomi keluarga,latar belakang orang tua yang juga menjadi korban kekerasan di masa kecil, dan faktor lingkungan sekitar yang buruk.

f. Salah satu upaya pencegahan terjadinya kekerasan terhadap anak menurut responden yaitu dengan berlaku dan disosialisasikannya UU No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

g. Dukungan dan bantuan kepada korban kekerasan dapat diterima tidak hanya melalui keluarga tetapi juga dari tetangga, tokoh masyarakat setempat, tenaga kesehatan, pekerja social, pembimbing rohani, dan lembaga bantuan hukum.

B. Saran

Dalam menyampaikan masukan guna menyambung maksud dan tujuan dari hasil penelitian dan pengamatan peserta analisis dapatlah disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Orang tua diharapkan lebih sering berkomunikasi dengan anak-anaknya mengenai berbagai hal yang dialami anak dalam


(26)

70

keseharianya, baik berbagai hal yang dialami anak di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya. Terjalinnya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua diharapkan terbentuk hubungan batin yang kuat antara anak dan orang tua sehingga apabila terjadi benturan keinginan dapat diselesaikan dengan komunikasi positif, sehingga kekerasan anak dalam keluarga dapatt dihindarkan. 2. Orang tua diharapkan memiliki self control atau pengendalian diri

yang baik, yaitu apabila anak melakukan kesalahan ataupun perilaku anak menyimpang dari keinginan orang tua, agar tidak langsung membentak atau memukul anak, tetapi memberikan teguran dan pengarahan dengan tetap menjaga emosi.

3. Orang tua diharapkan dapat menjadi tauladan yang baik bagi anak, karena proses pendidikan yang pertama sekali di peroleh anak dan berlangsung terus-menerus adalah pada lingkungan keluarga atau informal education.

4. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasan itu sendiri. Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik dan memberikan bimbingan dan nasihat kepada anak, guna mempersipakan diri anak yang bermental tangguh.


(27)

71

5. Masyarakat diharapkan lebih peka terhadap tanda-tanda terjadinya kekerasan anak, dan masyarakat juga harus memiliki pengetahuan terkait perilaku kekerasan terhadap anak, sehingga timbul kesadaran untuk mencegah dan melaporkan tindak kekerasan terhadap anak. Bentuk pencegahan yang dilakukan adalah peningkatan pengawasan dan penjagaan agar anak tidak memperoleh kekerasan oleh orang di lingkungan sekitarnya baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

6. Melaporkan kecurigaan terhadap adanya kekerasan terhadap anak kepada pimpinan masyarakat seperti kepala lingkungan, Tokoh masyarakat atau agama dan bisa langsung melaporkan kepada pihak berwajib maupun kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mencegah agar angka tindakan kekerasan anak tidak semakin meningkat.

7. Pemerintah wajib melakukan sosialisasi dalam hal ini diwakili Kelurahan Binjai dan program edukasi kepada semua golongan masyarakat mengenai pencegahan kejahatan terhadap anak dan tindakan-tindakan serta hukuman bagi pelaku. Sosialisasi akan dilakukan secara masif dan berkelanjutan. Pemerintah wajib memberikan perhatian pada rehabilitasi anak yang menjadi korban, terutama pendampingan secara psikologis sehingga memulihkan cedera mental atau trauma yang dialami anak.


(28)

72

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Al-’Akk, Syekh Khalin Bin Abdul Rahman. 2006. Cara Islam Mendidik Anak, Yogyakarta: Ad-Dawa’.

Arikunto, Suharsini. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmasasmita, Ramli. 1997. Perlindungan Anak Indonesia. Bandung. Mandar Maju.

Effendi, Sofian. 1987. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta. LP3ES.

Huraerah, Abu. 2005. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung. Nuansa

Irwanto. 2001. Tindak Kekerasan Mengintai Anak-Anak. Surabaya: Lutfansah Mediantara.

Istadi, Irawati. 2005. Agar Hadiah daan Hukuman Effektif. Bekasi. Pustaka Inti.

Kisbiyah, Yayah. 2000. Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasn. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak (Peran Moral, Intelektual,

Emosional Dan Social Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri).

Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Soemitro, Irma, Setiyowati. 1990. Aspek hukum Perlindungan Anak. Semarang: Bumi Aksara.


(29)

73

Sobur, Alex. 1991. Anak Masa Depan. Bandung. Angkasa.

Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Tjatta, Awaluddin. 2004. 10 Kesalahan Orang Tua dan Guru dalam Mendidik

Anak dan Solusinya. Bogor. An-Najah

Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

---1995. Kamus Besar Bahas Indonesia (edisi kedua). Jakarta. Balai Pustaka.

Sumber Internet

Adjie, Shintoko. 2006. Sekilas Tentang Perlindungan Anak,

http://belajarpsikologi.com/sekilastentangperlindungananak. (Di Akses Pada Desember 2015).

Green. Defenisi Kekerasan Terhadap Anak. http://iingreen.web.id. (Di Akses Pada Desember 2015).

Indonesia, Unicef. Perlindungan Anak. www.google.com (http// www. Suararakyat.com). (Di Akses Pada Desember 2015).

Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Data Kekerasan Terhadap Anak. http://www.kpai.go.id. (Di Akses Pada Desember 2015).

Lesmana, Andi. 2012. Defenisi anak.

Htpps://andibooks.wordpress.com/defenisianak. (Dia Akses Pada 22 April 2016).


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya, sebagai bagian akhir dari pada keseluruhan proses penulisan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara fisik adalah segala tindakan penyiksaan, pemukulan dan penganiyaan anak dengan atau tanpa menggunakan benda yang menimbulkan luka fisik atau kematian pada anak.

b. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara psikis adalah segala tindakan yang meliputi menghardik, menyampaikan kata-kata kasar atau kotor, memperlihatkan gambar porno kepada anak yang menyebabkan terganggunya mental anak berupa ketakutan, pendiam, dan emosi tidak stabil.

c. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara Seksual adalah segala tindakan berupa perlakuan yang kasar melalui sentuhan sampai berujung pemerkosaan, pemaksaan melakukan hubungan seksual terhadap anak untuk tujuan komersial, serta menunjukkan atau membiarkan anak melihat gambar pornografi.

d. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara Sosial adalah segala tindakan yang mencakup penelantaran anak, eksploitasi anak


(2)

berupa: anak diasingkan dalam keluarga, tidak diberikan pendidikan yang layak, pemaksaan anak untuk bekerja.

e. Faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan terhadap anak baik secara fisik, psikis, seksual dan sosial yang dilakukan oleh orang tua yaitu diakibatkan kurangnya pengetahuan orang tua tentang ilmu agama, rendahnya ekonomi keluarga,latar belakang orang tua yang juga menjadi korban kekerasan di masa kecil, dan faktor lingkungan sekitar yang buruk.

f. Salah satu upaya pencegahan terjadinya kekerasan terhadap anak menurut responden yaitu dengan berlaku dan disosialisasikannya UU No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

g. Dukungan dan bantuan kepada korban kekerasan dapat diterima tidak hanya melalui keluarga tetapi juga dari tetangga, tokoh masyarakat setempat, tenaga kesehatan, pekerja social, pembimbing rohani, dan lembaga bantuan hukum.

B. Saran

Dalam menyampaikan masukan guna menyambung maksud dan tujuan dari hasil penelitian dan pengamatan peserta analisis dapatlah disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Orang tua diharapkan lebih sering berkomunikasi dengan anak-anaknya mengenai berbagai hal yang dialami anak dalam


(3)

keseharianya, baik berbagai hal yang dialami anak di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya. Terjalinnya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua diharapkan terbentuk hubungan batin yang kuat antara anak dan orang tua sehingga apabila terjadi benturan keinginan dapat diselesaikan dengan komunikasi positif, sehingga kekerasan anak dalam keluarga dapatt dihindarkan. 2. Orang tua diharapkan memiliki self control atau pengendalian diri

yang baik, yaitu apabila anak melakukan kesalahan ataupun perilaku anak menyimpang dari keinginan orang tua, agar tidak langsung membentak atau memukul anak, tetapi memberikan teguran dan pengarahan dengan tetap menjaga emosi.

3. Orang tua diharapkan dapat menjadi tauladan yang baik bagi anak, karena proses pendidikan yang pertama sekali di peroleh anak dan berlangsung terus-menerus adalah pada lingkungan keluarga atau informal education.

4. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasan itu sendiri. Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik dan memberikan bimbingan dan nasihat kepada anak, guna mempersipakan diri anak yang bermental tangguh.


(4)

5. Masyarakat diharapkan lebih peka terhadap tanda-tanda terjadinya kekerasan anak, dan masyarakat juga harus memiliki pengetahuan terkait perilaku kekerasan terhadap anak, sehingga timbul kesadaran untuk mencegah dan melaporkan tindak kekerasan terhadap anak. Bentuk pencegahan yang dilakukan adalah peningkatan pengawasan dan penjagaan agar anak tidak memperoleh kekerasan oleh orang di lingkungan sekitarnya baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

6. Melaporkan kecurigaan terhadap adanya kekerasan terhadap anak kepada pimpinan masyarakat seperti kepala lingkungan, Tokoh masyarakat atau agama dan bisa langsung melaporkan kepada pihak berwajib maupun kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mencegah agar angka tindakan kekerasan anak tidak semakin meningkat.

7. Pemerintah wajib melakukan sosialisasi dalam hal ini diwakili Kelurahan Binjai dan program edukasi kepada semua golongan masyarakat mengenai pencegahan kejahatan terhadap anak dan tindakan-tindakan serta hukuman bagi pelaku. Sosialisasi akan dilakukan secara masif dan berkelanjutan. Pemerintah wajib memberikan perhatian pada rehabilitasi anak yang menjadi korban, terutama pendampingan secara psikologis sehingga memulihkan cedera mental atau trauma yang dialami anak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Al-’Akk, Syekh Khalin Bin Abdul Rahman. 2006. Cara Islam Mendidik Anak, Yogyakarta: Ad-Dawa’.

Arikunto, Suharsini. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmasasmita, Ramli. 1997. Perlindungan Anak Indonesia. Bandung. Mandar Maju.

Effendi, Sofian. 1987. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta. LP3ES.

Huraerah, Abu. 2005. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung. Nuansa

Irwanto. 2001. Tindak Kekerasan Mengintai Anak-Anak. Surabaya: Lutfansah Mediantara.

Istadi, Irawati. 2005. Agar Hadiah daan Hukuman Effektif. Bekasi. Pustaka Inti.

Kisbiyah, Yayah. 2000. Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasn. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak (Peran Moral, Intelektual, Emosional Dan Social Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri). Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Soemitro, Irma, Setiyowati. 1990. Aspek hukum Perlindungan Anak. Semarang: Bumi Aksara.


(6)

Sobur, Alex. 1991. Anak Masa Depan. Bandung. Angkasa.

Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Tjatta, Awaluddin. 2004. 10 Kesalahan Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak dan Solusinya. Bogor. An-Najah

Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

---1995. Kamus Besar Bahas Indonesia (edisi kedua). Jakarta. Balai Pustaka.

Sumber Internet

Adjie, Shintoko. 2006. Sekilas Tentang Perlindungan Anak, http://belajarpsikologi.com/sekilastentangperlindungananak. (Di Akses Pada Desember 2015).

Green. Defenisi Kekerasan Terhadap Anak. http://iingreen.web.id. (Di Akses Pada Desember 2015).

Indonesia, Unicef. Perlindungan Anak. www.google.com (http// www. Suararakyat.com). (Di Akses Pada Desember 2015).

Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Data Kekerasan Terhadap Anak. http://www.kpai.go.id. (Di Akses Pada Desember 2015).

Lesmana, Andi. 2012. Defenisi anak.

Htpps://andibooks.wordpress.com/defenisianak. (Dia Akses Pada 22 April 2016).