Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI

KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh :

SARAH PATUMONA MANALU NIM. 091000047

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

(3)

ABSTRAK

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis yang saat ini merupakan masalah besar karena peningkatan timbunan sampah sebesar 2-4% per tahun tetapi tidak diimbangi dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang untuk mengelola sampah secara maksimal. Selain itu masih banyak masyarakat belum mengetahui bagaimana mengelola dan memanfaatkan sampah.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013 yang meliputi faktor karakteristik, faktor pemungkin dan faktor pendukung dalam program bank sampah.

Populasi masyarakat yang memanfaatkan dan yang tidak memanfaatkan bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan adalah 1150 dengan jumlah sampel 100 orang yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05), atau uji exact fisher.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam program bank sampah masih sangat rendah yaitu 11%. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah adalah pekerjaan, pengetahuan, ketersediaan tempat sampah, dan keuntungan bank sampah. Sedangkan faktor pendidikan, sikap, dan ketersediaan memilah sampah pada masyarakat ini tidak berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.

Kesimpulan penelitian diharapkan agar petugas kesehatan melakukan sosialisasi khususnya kepada tokoh masyarakat melalui penyuluhan. Penyuluhan dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan di kelurahan untuk memotivasi masyarakat agar mau terdaftar sebagai nasabah bank sampah.

Kata Kunci : Bank Sampah, Partisipasi Masyarakat, Karakteristik, Pemungkin, Pendukung


(4)

ABSTRACT

Garbage is a wasted or discarded material from sources result of human activity and natural processes that do not have economic value which is now a big problem because of the increased landfill waste by 2-4% per year but it is not matched with support facilities and infrastructure to manage waste maximum. In addition there are a lot of people do not know how to manage and utilize the waste.

This study in an analytical study with cross-sectional research design that aims to analyze the factors associated with participation in the garbage bank program at Binjai Village Medan Denai Sub District in 2013 covering factor characteristics, enabling factors and supporting factors in garbage bank program.

Population is all people who use and do not utilize the waste bank in Binjai Village Medan Denai Sub District Medan City is 1150 people with a sample of 100 people taken by simple random sampling. Data collected by using questionnaires. Analysis data using chi-square test with a confidence level of 95% (p<0,05), or the fisher exact test.

The result showed that the level of community participation in garbage bank program is still very low at 11%. Factors associated with participation in the garbage bank program were occupation, knowledge, availability of trash, and profit of garbage bank. While the factors of education, attitudes, and sorting garbage in the community availability were not related to community participation in the garbage bank program.

Conclusion of the research is expected that health workers to socialize to the community particularly through outreach to community leader. Based on these, community leaders will explain the trash bank program in a variety of community activities undertaken in village to motivate the community to be registered as a waste of bank customers.

Keywords: Bank Waste, Community Participation, Characteristics, Enabling Supporting


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sarah Patumona Manalu

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 3 Februari 1991

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 1 (satu) dari 3 (tiga) bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Sembada X no.2 Koserna Medan

Riwayat Pendidikan

1. SD Budi Murni 6 Medan (1998-2004) 2. SMP Budi Mulia Bogor (2004-2006) 3. SMA Immanuel Medan (2006-2008)


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2013” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu penulis baik secara moral maupun moril. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr.drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 2. Ir. Evi Naria, MKes selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

3. Ir. Indra Chahaya, MSi selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan perhatian untuk membimbing dan memberi arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr.Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan waktu dan perhatian dalam membimbing penulis demi kesempurnaan skripsi ini.


(7)

5. Ir. Evi Naria, MKes selaku Penguji II yang telah memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Penguji III yang telah membimbing dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. drh. Hiswani, MKes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan perhatian dan saran dalam membimbing kegiatan akademik penulis sampai dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Dosen-dosen Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan ilmu yang berharga dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti studi di FKM USU serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah memberikan ilmu yang berharga pada penulis selama mengikuti studi di FKM USU.

10.Kepada Bank Sampah yang telah memberi izin pada penulis untuk melaksanakan penelitian.

11.Kepada masyarakat kelurahan Binjai kecamatan Medan Denai yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

12.Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, Ir. Johny Manalu dan Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, MSi, serta saudara penulis, Samuel Marganda Halomoan Manalu, dan Sadrakh Farel Christian Manalu, yang senantiasa mendoakan, menyayangi, member dukungan dan semangat serta perhatian yang sangat luar biasa pada penulis sampai skripsi ini dapat selesai.


(8)

13.Sahabat-sahabat penulis yang terkasih, Waldes, Devi, Winda, Maria, Fitri, Sulina, dan Ayu atas kebersamaan, bantuan, dukungan, dan semangat yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita.

Medan, Juli 2013


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 5

1.3.1 Tujuan Umum... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Sampah ... 7

2.1.1 Pengertian Sampah ... 7

2.1.2 Jenis Sampah ... 7

2.1.2.1 Sumber Sampah ... 7

2.1.2.2 Jenis Sampah ... 9

2.1.2.3 Komposisi Sampah ... 11

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah ... 12

2.2 Bank Sampah ... 13

2.2.1 Pengertian Bank Sampah ... 13

2.2.2 Lokasi Bank Sampah ... 16

2.2.3 Nasabah Bank Sampah ... 16

2.2.4 Manajemen Bank Sampah ... 16

2.3 Teori Perubahan Perilaku ... 17

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku ... 19

2.3.1.1 Pengetahuan ... 19

2.3.1.2 Pendidikan ... 19

2.3.1.3 Sikap ... 20

2.3.1.4 Pekerjaan ... 20

2.3.2 Teori Partisipasi ... 21

2.3.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 21

2.3.2.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat... 24


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 26

3.2.2 Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2 Sampel... 27

3.3.2.1 Besar Sampel ... 27

3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4.1 Data Primer ... 28

3.4.2 Data Sekunder ... 28

3.5 Defenisi Operasional ... 28

3.6 Aspek Pengukuran... 30

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 30

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 33

3.7 Teknik Analisa Data ... 33

3.7.1 Analisa Data Univariat ... 33

3.7.2 Analisa Data Bivariat ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 35

4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden... 36

4.2.1 Umur ... 37

4.2.2 Tingkat Pendidikan ... 37

4.2.3 Pekerjaan ... 38

4.2.4 Tingkat Pengetahuan ... 38

4.2.5 Tingkat Sikap ... 40

4.2.6 Jenis Kelamin ... 42

4.2.7 Ketersediaan Tempat Sampah ... 42

4.2.8 Ketersediaan Memilah Sampah ... 44

4.2.9 Keuntungan Bank Sampah ... 46

4.2.10 Peran Serta Petugas Kesehatan ... 48

4.2.11 Peran Serta Tokoh Masyarakat ... 50

4.2.12 Partisipasi Masyarakat ... 52

4.3 Analisa Bivariat ... 54

4.3.1 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi Masyarakat ... 54

4.3.2 Hubungan antara Pekerjaan dengan Partisipasi Masyarakat ... 55

4.3.3 Hubungan antara Umur dengan Partisipasi Masyarakat ... 56

4.3.4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Partisipasi Masyarakat ... 57


(11)

Masyarakat ... 58

4.3.7 Hubungan antara Ketersediaan Memilah Sampah dengan Partisipasi Masyarakat ... 59

4.3.8 Hubungan antara Keuntungan Bank Sampah dengan Partisipasi Masyarakat ... 60

4.3.9 Hubungan antara Peran Serta Petugas Kesehatan dengan Partisipasi Masyarakat ... 61

4.3.10 Hubungan antara Peran Serta Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat ... 62

BAB V PEMBAHASAN ... 63

5.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 63

5.2 Distribusi Faktor Pemungkin ... 64

5.3 Distribusi Faktor Pendukung ... 64

5.4 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi Masyarakat ... 65

5.5 Hubungan antara Pekerjaan dengan Partisipasi Masyarakat ... 66

5.6 Hubungan antara Umur dengan Partisipasi Masyarakat ... 67

5.7 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Partisipasi Masyarakat ... 68

5.8 Hubungan antara Tingkat Sikap dengan Partisipasi Masyarakat ... 69

5.9 Hubungan antara Ketersediaan Tempat Sampah dengan Partisipasi Masyarakat ... 70

5.10 Hubungan antara Ketersediaan Memilah Sampah dengan Partisipasi Masyarakat ... 71

5.11 Hubungan antara Keuntungan Bank Sampah dengan Partisipasi Masyarakat ... 73

5.12 Hubungan antara Peran Serta Petugas Kesehatan dengan Partisipasi Masyarakat ... 75

5.13 Hubungan antara Peran Serta Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 78

6.1 Kesimpulan ... 78

6.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 82

Lampiran 2 Output Analisis Univariat dan Bivariat ... 90


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Sampah ... 12 Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur pada Kelurahan Binjai

Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 37 Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 38 Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 38 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 39 Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Tingkat Sikap pada Kelurahan Binjai

Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap pada Kelurahan Binjai

Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 41 Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai 2013 ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Ketersediaan Tempat Sampah pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai 2013 ... 42 Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden tentang Ketersediaan Tempat

Pembuangan Sampah ... 43 Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Ketersediaan Memilah Sampah pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 44 Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden tentang Ketersediaan Memilah

Sampah ... 45 Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Keuntungan Bank Sampah pada Kelurahan Binjai

Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 46 Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden tentang Keuntungan Bank Sampah ... 47 Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Peran Serta Petugas Kesehatan pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 48 Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Responden tentang Peran Serta Petugas Kesehatan

pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 49 Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Peran Serta Tokoh Masyarakat pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 50 Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden tentang Peran Serta Tokoh Masyarakat

pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 51 Tabel 4.19 Distribusi Proporsi Partisipasi Masyarakat pada Kelurahan

Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 52 Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden tentang Partisipasi Masyarakat ... 53 Tabel 4.21 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi Masyarakat

di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 55 Tabel 4.22 Hubungan antara Pekerjaan dengan Partisipasi Masyarakat di


(13)

Tabel 4.23 Hubungan antara Umur dengan Partisipasi Masyarakat di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 56 Tabel 4.24 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Partisipasi Masyarakat

di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 57 Tabel 4.25 Hubungan antara Tingkat Sikap dengan Partisipasi Masyarakat di

Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 ... 58 Tabel 4.26 Hubungan antara Ketersediaan Tempat Sampah dengan Partisipasi

Masyarakat di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

Tahun 2013 ... 59 Tabel 4.27 Hubungan antara Ketersediaan Memilah Sampah dengan Partisipasi

Masyarakat di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

Tahun 2013 ... 60 Tabel 4.28 Hubungan antara Keuntungan Bank Sampah dengan Partisipasi

Masyarakat di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

Tahun 2013 ... 61 Tabel 4.29 Hubungan antara Peran Serta Petugas Kesehatan dengan Partisipasi

Masyarakat di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

Tahun 2013 ... 61 Tabel 4.30 Hubungan antara Peran Serta Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi

Masyarakat di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

ABSTRAK

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis yang saat ini merupakan masalah besar karena peningkatan timbunan sampah sebesar 2-4% per tahun tetapi tidak diimbangi dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang untuk mengelola sampah secara maksimal. Selain itu masih banyak masyarakat belum mengetahui bagaimana mengelola dan memanfaatkan sampah.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013 yang meliputi faktor karakteristik, faktor pemungkin dan faktor pendukung dalam program bank sampah.

Populasi masyarakat yang memanfaatkan dan yang tidak memanfaatkan bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan adalah 1150 dengan jumlah sampel 100 orang yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05), atau uji exact fisher.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam program bank sampah masih sangat rendah yaitu 11%. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah adalah pekerjaan, pengetahuan, ketersediaan tempat sampah, dan keuntungan bank sampah. Sedangkan faktor pendidikan, sikap, dan ketersediaan memilah sampah pada masyarakat ini tidak berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.

Kesimpulan penelitian diharapkan agar petugas kesehatan melakukan sosialisasi khususnya kepada tokoh masyarakat melalui penyuluhan. Penyuluhan dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan di kelurahan untuk memotivasi masyarakat agar mau terdaftar sebagai nasabah bank sampah.

Kata Kunci : Bank Sampah, Partisipasi Masyarakat, Karakteristik, Pemungkin, Pendukung


(16)

ABSTRACT

Garbage is a wasted or discarded material from sources result of human activity and natural processes that do not have economic value which is now a big problem because of the increased landfill waste by 2-4% per year but it is not matched with support facilities and infrastructure to manage waste maximum. In addition there are a lot of people do not know how to manage and utilize the waste.

This study in an analytical study with cross-sectional research design that aims to analyze the factors associated with participation in the garbage bank program at Binjai Village Medan Denai Sub District in 2013 covering factor characteristics, enabling factors and supporting factors in garbage bank program.

Population is all people who use and do not utilize the waste bank in Binjai Village Medan Denai Sub District Medan City is 1150 people with a sample of 100 people taken by simple random sampling. Data collected by using questionnaires. Analysis data using chi-square test with a confidence level of 95% (p<0,05), or the fisher exact test.

The result showed that the level of community participation in garbage bank program is still very low at 11%. Factors associated with participation in the garbage bank program were occupation, knowledge, availability of trash, and profit of garbage bank. While the factors of education, attitudes, and sorting garbage in the community availability were not related to community participation in the garbage bank program.

Conclusion of the research is expected that health workers to socialize to the community particularly through outreach to community leader. Based on these, community leaders will explain the trash bank program in a variety of community activities undertaken in village to motivate the community to be registered as a waste of bank customers.

Keywords: Bank Waste, Community Participation, Characteristics, Enabling Supporting


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI, 2009).

Dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam Program Pembangunan Kesehatan, salah satunya adalah Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan (Depkes RI, 2004).

Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.


(18)

Fakta yang berkembang saat ini bahwa kualitas lingkungan hidup semakin menurun yang terus mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Masalah lingkungan hidup dapat diakibatkan berbagai kegiatan, baik dalam skala terbatas (sempit) maupun dalam skala luas. Dalam skala luas, pada dasarnya perubahan kondisi lingkungan terjadi akibat kerusakan dan pencemaran lingkungan yang mempengaruhi ekosistem di alam (Anonimous, 2008).

Dalam skala terbatas, dapat dilihat mulai dari kegiatan keluarga yang menghasilkan limbah rumah tangga. Limbah ini belum menjadi sorotan masyarakat, khususnya di negara-negara sedang berkembang karena semua keluarga menghasilkannya dan dampaknya tidak secara nyata mengganggu kesehatan (Manik, 2003).

Pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga menjadi ancaman serius untuk wilayah perkotaan di Indonesia. Masalah pokoknya mencakup limbah manusia dan timbunan sampahnya. Menurut “World Bank Country Study” (Indonesia, Environment and Development, Washington D.C 1994) dalam Wardhana (2000) selain kualitas air bersih, pengelolaan sampah yang kurang memadai (penumpukan secara tak terkendali, pembakaran, dan pembuangan ke dalam sungai serta tanah kosong) merupakan ancaman yang paling besar di wilayah perkotaan Indonesia.

Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara yang merupakan kota metropolitan, mencerminkan kehidupan masyarakat yang padat aktivitas serta memiliki berbagai permasalahan, mulai dari permasalahan kependudukan sampai dengan masalah transportasi dan lingkungan. Sumber masalah terbesar adalah


(19)

masyarakat yang buruk. Mobilitas penduduk yang tinggi, serta banyaknya aktifitas yang terjadi setiap hari mengakibatkan kota Medan menjadi salah satu kota dengan produksi sampah yang cukup besar (Laporan MdGC, 2009).

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Masalah sampah timbul dengan adanya peningkatan timbunan sampah sebesar 2-4% per tahun, namun tidak diimbangi dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga banyak sampah yang tidak ditangani dengan maksimal. Selain sarana dan prasarana, kesadaran manusia juga memegang peranan penting dalam mengelola sampah. Jika dilihat kondisi saat ini masyarakat belum banyak mengetahui bagaimana mengelola dan memanfaatkan sampah. Sampah masih dianggap sebagai barang yang tidak berguna (Kusnoputranto, 1986).

Undang - Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan tentang prinsip dalam mengelola sampah adalah reduce, reuse dan

recycle yang artinya adalah mengurangi, menggunakan kembali, dan mengolah. Sedangkan pola hidup masyarakat saat ini, dalam pengelolaan sampah jarang sekali dikelola dan digunakan kembali. Masyarakat hanya melakukan pengumpulan sampah di rumah masing-masing, kemudian sampah di ambil oleh tukang pengumpul sampah (petugas sampah) sesudah itu tukang pengumpul sampah membawa sampah tersebut ke TPS (Tempat Penyimpanan Sementara), dari TPS sampah di angkut oleh mobil sampah kemudian dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Salah satu bentuk pengelolaan yang ada di Kota Medan adalah Program Bank Sampah. Bank Sampah merupakan salah satu pendekatan dalam Gerakan Nasional


(20)

untuk Kebersihan yang sekarang digagas pemerintah, dimana Kementerian Kesehatan menjadi salah satu komponennya. Konsep Bank Sampah mulai banyak dilakukan di Indonesia, dimana masyarakat dapat membawa sampah tertentu, lalu bisa diolah menjadi bahan bermanfaat. Saat ini, sudah ada 477 bank sampah di 55 kota dan kabupaten di Indonesia. Salah satunya adalah Bank Sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Bank sampah ini dibentuk pada tanggal 15 Mei 2012 yang berada di Jalan Pelajar Timur Gg. Kelapa Lorong Gabe Medan. Bank sampah membuka pelayanan tabungan sampah setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 09.00 Wib-13.00 Wib (Medan Green&Clean, 2010).

Sasaran dalam pelaksanaan program ini adalah seluruh komponen masyarakat. Secara umum, masih banyak masyarakat yang belum mau berpartisipasi dalam program ini. Hal ini dapat dilihat dengan partisipasi masyarakat yang masih sedikit dalam mengikuti kegiatan pengelolaan bank sampah (Medan Green&Clean, 2010).

Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013.


(21)

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden (pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, dan sikap).

2. Untuk mengetahui faktor pemungkin program bank sampah (ketersediaan tempat pembuangan sampah, ketersediaan memilah sampah, dan keuntungan dari bank sampah).

3. Untuk mengetahui faktor pendukung program bank sampah (petugas kesehatan, tokoh masyarakat).

4. Untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.

5. Untuk mengetahui hubungan faktor pemungkin dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.

6. Untuk mengetahui hubungan faktor pendukung dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.


(22)

1.4. Manfaat

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak penyelenggara program Bank Sampah sehingga program ini nantinya dapat berjalan lebih baik, sehingga dapat mempengaruhi kelurahan lain agar dapat mengikuti keberhasilan kelurahan Binjai.

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak Kelurahan Binjai agar dapat lebih memaksimalkan potensi masyarakat yang ada agar dapat terus mewujudkan kondisi lingkungan yang lebih baik.

3. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat dalam rangka memaksimalkan pengelolaan sampah di lingkungan mereka.

4. Sebagai masukan bagi penulis agar dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman serta sebagai proses belajar bagi penulis dalam mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku perkuliahan selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan.

5. Sebagai referensi bagi berbagai pihak yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah

2.1.1. Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Dalam Undang-Undang No.18 2008 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).

Berdasarkan uraian tersebut, sampah memiliki batasan yang jelas sebagai sesuatu yang tidak diinginkan dan berasal dari aktifitas manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat.

2. Adanya hubungan langsung dengan kegiatan manusia. 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Azwar, 1990)


(24)

2.1.2. Sumber, Jenis, dan Komposisi Sampah 2.1.2.1. Sumber Sampah

1. Sampah Domestik (Domestic Wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

3. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar (rubbish).

4. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.


(25)

5. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

7. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

8. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2.2. Jenis Sampah

1. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya a) Sampah non organik


(26)

Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik, kain, dan sebagainya. Sampah non organik memerlukan waktu yang lama untuk dapat hancur. Menghilangkan sampah non organik dengan cara membakarnya akan sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan polusi udara dan gangguan pernafasan, serta mencemari tanah.

b) Sampah organik

Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, potongan rumput, dan sebagainya. Sampah organik terutama sisa makanan yang dibiarkan begitu saja akan membusuk dan bisa menjadi sumber penyakit karena menjadi tempat perkembangbiakkan vektor.

2. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar

a) Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

b) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003).

3. Sampah berdasarkan karakteristiknya a) Abu (Ashes)

Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah, di kantor maupun industri.


(27)

b) Sampah Jalanan (Street Sweeping)

Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.

c) Bangkai Binatang (Dead Animal)

Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.

d) Sampah pemukiman (Household refuse)

Yaitu sampah campuran yang berasal dari daerah perumahan. e) Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles)

Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat transportasi lainnya.

f) Sampah industri

Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.

g) Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste) Yaitu sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan. h) Sampah dari daerah pembangunan

Yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari daerah ini mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat, kertas dan lain-lain.


(28)

i) Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid)

Sampah yang terdiri dari benda yang umumnya zat organic hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan.

j) Sampah Khusus

Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan zat yang toksis (Mukono, 2006).

2.1.2.3. Komposisi Sampah

Menurut Achmadi (2004) secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan negara hampir sama, yaitu :

Tabel 2.1. Komposisi Sampah

No Komposisi Sampah Persentase

1 Kertas dan Karton ± 35 %

2 Logam ± 7 %

3 Gelas ± 5 %

4 Sampah halaman dan dapur ± 37 %

5 Kayu ± 3 %

6 Plastik, karet, dan kulit ± 7 %

7 Lain-lain ± 6 %


(29)

Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang perlu diketahui, hal ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan alat atau sarana yang diperlukan untuk pengelolaan sampah.

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :

1. Jumlah Penduduk

Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

2. Keadaan sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.


(30)

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

4. Tingkat pendidikan

Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan selayaknya semakin tinggi kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.

2.2. Bank Sampah

2.2.1. Pengertian Bank Sampah

Bank Sampah lahir dari program Jakarta Green and Clean yaitu salah satu cara pengelolaan sampah skala rumah tangga, yang menitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga. Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank


(31)

yang biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi dalam bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis, sedangkan pengelola bank sampah harus orang yang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem kerja bank sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan reward

kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah (Unilever Green&Clean, 2010).

Bank sampah menjadi metode alternatif pengelolaan sampah yang efektif, aman, sehat dan ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan pada bank sampah, masyarakat menabung dalam bentuk sampah yang sudah dikelompokan sesuai jenisnya sehingga dapat memudahkan pengelola bank sampah dalam melakukan pengelolaan sampah seperti pemilihan dan pemisahan sampah berdasarkan jenisnya sehingga tidak terjadi pencampuran antara sampah organik dan anorganik yang membuat bank sampah lebih efektif, aman, sehat dan ramah lingkungan (Unilever Green&Clean, 2010).

Konsep bank sampah ini tidak jauh berbeda dengan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Jika dalam konsep 3R ditekankan bagaimana agar mengurangi jumlah sampah yang ditimbulkan dengan menggunakan atau mendaur ulangnya, dalam konsep bank sampah ini, paling ditekankan adalah bagaimana agar sampah yang sudah dianggap tidak berguna dan tidak memiliki manfaat dapat memberikan manfaat tersendiri dalam bentuk uang, sehingga masyarakat termotivasi untuk memilah sampah yang mereka hasilkan. Proses pemilahan inilah yang mengurangi


(32)

jumlah timbunan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga sebagai penghasil sampah terbesar di perkotaan. Konsep Bank Sampah membuat masyarakat sadar bahwa sampah memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan uang, sehingga mereka peduli untuk mengelolanya, mulai dari pemilahan, pengomposan, hingga menjadikan sampah sebagai barang yang bisa digunakan kembali dan bernilai ekonomis (Aryeti, 2011).

Konsep bank sampah ini menjadi salah satu solusi bagi pengelolaan sampah di Indonesia yang masih bertumpu pada pendekatan akhir. Dengan program ini, sampah mulai dikelola dari awal sumber timbunan sampah, yaitu rumah tangga. Pemilahan yang dilakukan oleh masyarakat sejak awal membuat timbunan sampah yang dihasilkan dan dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi berkurang (Medan Green&Clean, 2010).

Keberadan bank sampah mampu memberikan nilai ekonomis bagi warga masyarakat. Bank sampah merupakan sentra pengumpulan sampah non organik yang mempunyai nilai harga diantaranya ; (kertas, botol plastik, gelas plastik, kardus, plastik kemasan, plastik kresek, koran, plastik sachetan, ember, kaleng, besi, alumunium, dll). Jenis sampah non organik ini mempunyai nilai harga yang berbeda berdasarkan jenisnya. Harganya sangat beragam mulai dari Rp. 100,- per kg sampai Rp. 8.000,- (Medan Green&Clean, 2010).

Pada tahun 2008 bank sampah di 5 wilayah DKI Jakarta sebanyak 50 sentra bank sampah yang meliputi 50 RW. Selanjutnya program ini dikompetisikan untuk


(33)

melihat kualitas dan kuantitas dari bank sampah yang sudah dikelola oleh warga. Kriteria dari lomba tersebut adalah kuota dari jumlah sampah non organik yang sudah dimanfaatkan oleh warga serta mekanisme yang berjalan secara berkelanjutan. Dengan adanya bank sampah, memberikan keuntungan baik bagi warga maupun pelapak. Untuk pelapak mendapatkan keuntungan dalam hal waktu dan kondisi sampah, karena sampahnya sudah dipilah oleh warga. Untuk warga dapat menikmati hasil sampah non organik yang sudah dikumpulkan di bank sampah, yang dinilai dengan uang, selain itu kondisi lingkungan juga menjadi bersih (Medan Green&Clean, 2010).

2.2.2. Lokasi Bank Sampah

Tempat atau lokasi bank sampah dapat berupa lahan terbuka, gudang dan lahan-lahan kosong yang dapat menampung sampah dalam jumlah yang banyak. 2.2.3. Nasabah Bank Sampah

Nasabah bank sampah adalah individu, komunitas/ kelompok yang berminat menabungkan sampahnya pada bank sampah. Individu biasanya perwakilan dari kepala keluarga yang mengumpulkan sampah rumah-tangga. Komunitas/ kelompok, adalah kumpulan sampah dari satu lingkungan atau sampah dari sekolah-sekolah dan perkantoran (Unilever Green&Clean, 2010).

2.2.4. Manajemen Bank Sampah

Cara menabung pada bank sampah adalah setiap nasabah mendaftarkan pada pengelola, pengelola akan mencatat nama nasabah dan setiap anggota akan diberi


(34)

buku tabungan secara resmi. Bagi nasabah yang ingin menabung sampah, caranya cukup mudah, tinggal datang ke kantor bank sampah dengan membawa sampah, sampah yang akan ditabung harus sudah dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya seperti kertas, plastik, botol, kaleng, besi, alumunium dan lainnya dimasukkan kekantong-kantong yang terpisah (Medan Green&Clean, 2010).

Sampah yang akan ditabung harus dalam kondisi bersih dan kering. Petugas

teller akan melakukan penimbangan, pencatatan, pelabelan dan memasukkan sampah pada tempat yang telah disediakan. Nasabah yang sudah menabung dapat mencairkan uangnya sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati misalnya 3 atau 4 bulan sekali dapat mengambil uangnya. Sedangkan jadwal menabung ditentukan oleh pengelola. Pencatatan dibuku tabungan akan menjadi patokan berapa uang yang sudah terkumpul oleh masing-masing nasabah, sedang pihak bank sampah memberikan harga berdasarkan harga pasaran dari pengumpul sampah. Berbeda dengan bank pada umumnya menabung pada bank sampah tidak mendapat bunga. Untuk keperluan administrasi dan upah pekerja pengelola akan memotong tabungan nasabah sesuai dengan harga kesepakatan. Dana yang terkumpul akan dikelola oleh bendahara (Unilever Green&Clean, 2010).

2.3. Teori Perubahan Perilaku

Masyarakat yang menggunakan bank sampah jumlahnya masih sangat sedikit. Mulai dari terbentuk bank sampah, pertumbuhan jumlah nasabahnya masih sangat rendah. dikarenakan berbagai macam faktor. Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni (Notoatmodjo, 2003):


(35)

a. Faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

b. Faktor Pemungkin (Enabling factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya tempat pembuangan sampah, sarana sanitasi, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.

c. Faktor Penguat (Reinforcing factor)

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, peraturan pemerintahyang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas, juga diperlukan perilaku contoh (acuan) dari tokoh yang dianggap berpengaruh di masyarakat, terutama petugas kesehatan. Disamping itu, undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.


(36)

2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

2.3.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam arti lain, pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki. Pengaruh tingkat pengetahuan seseorang dengan perubahan perilaku adalah semakin baik penyampaian informasi oleh pihak terkait, maka perubahan perilaku akan semakin bermakna.

2.3.1.2. Pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya ádalah pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula


(37)

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang rendah, akan menghambat perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai).

2.3.1.3. Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Dalam hal ini dapat di artikan bahwa semakin baik pembentukan sikap seseorang terhadap suatu objek, maka semakin tinggi juga tingkat partisipasi seseorang.

2.3.1.4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah jenis perbuatan atau kegiatan untuk memperoleh imbalan atau upah. Dengan ciri makna yang demikian, pekerjaan dapat juga disebut mata pencarian atau pokok penghidupan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan. Hubungan tingkat pekerjaan seseorang dengan perubahan perilaku adalah semakin tinggi tingkat pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula penghasilannya, maka dengan begitu seseorang akan menggunakan penghasilannya tersebut memenuhi kebutuhan


(38)

kesehatannya dalam hal ini memenuhi kebutuhan sanitasi mereka. (Notoatmodjo, 2003).

2.3.2. Teori Partisipasi

Menurut WHO (1979), memberikan pengertian bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan masyarakat merupakan hak dan kewajiban anggota masyarakat baik sebagai individu maupun dalam kelompok. Sedangkan Davis dan Newstorn dalam Anisatullaila (2010), memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu.

2.3.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Compton dalam Anisatullaila (2010), faktor-faktor keberhasilan partisipasi masyarakat adalah:

1. Kegiatan atau program sesuai dengan situasi dan kondisi sosial dari masyarakat setempat.

2. Faktor kepemimpinan dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam menggerakkan masyarakat.

Menurut Slamet (2004), faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri. Secara teoritis, tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis, yaitu:


(39)

1. Jenis Kelamin

Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat antara pria dan wanita. Perbedaan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita.

2. Usia

Perbedaan usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Dalam masyarakat terdapat pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda, yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu. Dalam hal ini golongan tua yang dianggap lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak memberikan pendapat dan dalam hal menetapkan keputusan.

3. Tingkat Pendidikan

Demikian pula halnya dengan tingkat pengetahuan., salah satu karakteristik partisipan dalam pembangunan partisipatif adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang usaha-usaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting karena dengan melalui pendidikan yang


(40)

diperoleh, seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar, dan cepat tanggap terhadap inovasi.

4. Tingkat Penghasilan

Tingkat penghasilan juga mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk yang berpenghasilan pas-pasan akan cenderung berpartisipasi dalam hal tenaga. Besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat penghasilan ini mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi. Masyarakat hanya akan bersedia untuk mengerahkan semua kemampuannya apabila hasil yang dicapai akan sesuai dengan keinginan dan prioritas kebutuhan mereka.

5. Mata Pencaharian

Mata pencaharian ini akan berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seseorang untuk terlibat dalam pembangunan, misalnya dalam hal menghadiri pertemuan, kerja bakti dan sebagainya.

Ada beberapa faktor yang dapat mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kondisi yang kondusif untuk berpartisipasi. Kondisi-kondisi tersebut antara lain:


(41)

1. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka memandang penting issue-issue

atau aktivitas tertentu.

2. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu. 3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi dan didukung dalam partisipasinya. 4. Orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam

partisipasinya.

5. Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan (Sarwono, 2004).

2.3.2.2. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Menurut Paul dalam Hasyim (2009) tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan dapat diukur dengan menggunakan skala intensitas partisipasi (scale of participation intensity). Skala ini digunakan untuk melihat jangkauan peran (partisipasi) masyarakat pada masing-masing tahapan kegiatan.

Partisipasi masyarakat yang diukur pada tahap mobilisasi adalah partisipasi saat dilaksanakannya sosialisasi dari kegiatan tersebut dan kegiatan pada tahap pengambilan keputusan adalah tentang tata cara, penentuan lokasi dan lain-lainnya. Pada tahap mobilisasi dan pengambilan keputusan tingkat partisipasi masyarakat akan sangat tinggi jika mereka mengetahui manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan tersebut bagi kehidupannya, sementara pada tahapan pembangunan dan pemeliharaan perannya dapat menurun karena kegiatannya terlalu teknis dan telah tersedia standar


(42)

operasional yang minimal sehingga pihak manapun yang membangun dan memelihara tidaklah masalah asalkan termasuk dalam kriteria tersebut.

2.4 Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Responden

1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur 4. Pengetahuan 5. Sikap

Faktor Pemungkin 1. Ketersediaan tempat

pembuangan sampah 2. Ketersediaan memilah

sampah

3. Keuntungan dari bank sampah

Faktor Pendukung 1. Petugas Kesehatan 2. Tokoh Masyarakat

Partisipasi Masyarakat dalam Program Bank Sampah

a. Baik b. Tidak Baik


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah adalah jenis penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik responden (pendidikan, pekerjaan, umur, tingkat pengetahuan, dan sikap), ketersediaan sarana dan prasarana (ketersediaan tempat pembuangan sampah, ketersediaan memilah sampah, keuntungan dari bank sampah), dan faktor pendukung (sosialisasi dari petugas kesehatan dan tokoh masyarakat) dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian ini adalah :

1. Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai memiliki Bank Sampah.

2. Pada wilayah ini masih sedikit warga yang ikut berpartisipasi untuk membuang sampahnya ke bank sampah.

3. Belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut sebelumnya mengenai judul skripsi ini.


(44)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2013 yang diawali dengan survey awal, konsultasi dengan pembimbing, seminar proposal, pengambilan data, penulisan laporan skripsi, dan ujian skripsi.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memanfaatkan dan yang tidak memanfaatkan bank sampah pada setiap rumah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Besar populasinya adalah 1150.

3.3.2. Sampel

3.3.2.1. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yaitu masyarakat yang memanfaatkan dan yang tidak memanfaatkan bank sampah. Untuk mengetahui besar sampel dari seluruh populasi ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoatmojo, 2003) :

n = =

= 99,08 ≈ 100 dimana : N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ ketetapan yang diinginkan (0,1)

1 +N(d2)

N 10792


(45)

3.3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling (acak sederhana) di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan karena sampel bersifat heterogen (Azwar, 2003).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dan observasi dengan menggunakan kuesioner pada masyarakat di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Data primer antara lain karakteristik responden (pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, dan sikap), faktor pemungkin program bank sampah (ketersediaan tempat pembuangan sampah, ketersediaan memilah sampah, dan keuntungan dari bank sampah), faktor pendukung program bank sampah (petugas kesehatan, tokoh masyarakat), dan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mengadakan pencatatan data-data pelaporan dari instansi-instansi yang terlibat dalam pelaksanaan program Bank Sampah (Kantor Kelurahan, Dinas Kebersihan Kota Medan, dan Instansi Pemerintahan Lainnya).

3.5. Definisi Operasional

1. Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut jenis sampah.


(46)

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang diperoleh seseorang pada periode waktu tertentu pada suatu instansi yang resmi disahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan tertentu yang ditandai adanya ijazah setelah selesai pendidikan.

3. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh responden untuk memperoleh uang dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.

5. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden tentang pemanfaatan bank sampah.

6. Sikap adalah tanggapan responden tentang pemanfaatan bank sampah.

7. Ketersediaan tempat pembuangan sampah adalah ada atau tidak ada tempat sampah di rumah tangga.

8. Ketersediaan memilah sampah adalah ada atau tidak ada tempat memilah sampah di rumah tangga.

9. Keuntungan dari bank sampah adalah manfaat yang diperoleh dan dirasakan responden dalam program bank sampah.

10.Peran petugas kesehatan adalah keterlibatan petugas dinas kesehatan dalam program bank sampah.

11.Peran tokoh masyarakat adalah keterlibatan tokoh masyarakat dalam program bank sampah.


(47)

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran variabel bebas adalah karakteristik responden yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, ketersediaan tempat pembuangan sampah, kondisi bank sampah, peran petugas kesehatan dan peran tokoh masyarakat. 3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen

1. Pendidikan

Untuk mengetahui pendidikan responden diajukan 1 pertanyaan berbentuk kuesioner. Penilaian terhadap jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika responden menjawab pendidikan SD (Sekolah Dasar), nilai 2 jika responden menjawab SMP (Sekolah Menengah Pertama), memberikan nilai 3 untuk responden yang menjawab SMA (Sekolah Menengah Atas) dan memberikan nilai 4 kepada responden yang menjawab PT (Perguruan Tinggi). Tingkat pendidikan berdasarkan skala ordinal.

2. Pekerjaan

Untuk mengetahui pekerjaan responden diajukan 1 pertanyaan berbentuk kuesioner. Diberikan nilai 1 apabila responden menjawab bekerja dan nilai 0 apabila tidak bekerja. Pekerjaan berdasarkan skala nominal.

3. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang pemanfaatan bank sampah diajukan 10 pertanyaan dalam kuesioner. Penilaian terhadap jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika reponden menjawab


(48)

dengan benar, jika responden menjawab tidak benar maka diberikan nilai nol. Jika responden menjawab benar 8-10 pertanyaan akan dikategorikan baik jika responden menjawab benar 5-7 pertanyaan akan dikategorikan sedang. Jika responden menjawab 0-4 pertanyaan akan dikategorikan kurang. Skala tingkat pengetahuan adalah skala ordinal.

4. Sikap

Untuk mengetahui sikap responden tentang pemanfaatan bank sampah diajukan 10 pertanyaan dalam kuesioner. Penilaian dilakukan dengan memberikan kategori “Baik “apabila responden memberikan pernyataan “setuju” sebanyak 8-10 pernyataan, kategori “Sedang” apabila memberikan pernyataan setuju 5-7 pernyataan dan kategori “Kurang” apabila memberikan pernyataan setuju 0-4 pernyataan.

5. Ketersediaan Tempat Pembuangan Sampah

Pengukuran variabel ketersediaan tempat pembuangan sampah menggunakan kuesioner sebanyak 5 pertanyaan. Skor 1 untuk jawaban “Ya”, dan skor 0 untuk jawaban “Tidak”. Variabel ketersediaan sarana dan prasarana dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu:

a. Baik, jika > 50% dengan total skor > 2 b. Tidak baik, jika ≤ 50% dengan total skor ≤ 2


(49)

6. Ketersediaan Memilah Sampah

Pengukuran variabel ketersediaan memilah sampah menggunakan kuesioner sebanyak 10 pertanyaan. Skor 1 untuk jawaban “Ya”, dan skor 0 untuk jawaban “Tidak”. Variabel ketersediaan sarana dan prasarana dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu:

a. Baik, jika > 50% dengan total skor > 5 b. Tidak baik, jika ≤ 50% dengan total skor ≤ 5 7. Keuntungan dari Bank Sampah

Pengukuran variabel keuntungan dari bank sampah menggunakan kuesioner sebanyak 10 pertanyaan. Skor 1 untuk jawaban “Ya”, dan skor 0 untuk jawaban “Tidak”. Variabel keuntungan dari bank sampah dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu:

a. Memberikan keuntungan, jika > 50% dengan total skor > 5 b. Tidak memberikan keuntungan, jika ≤ 50% dengan total skor ≤ 5 8. Peran Petugas Kesehatan

Pengukuran variabel peran petugas kesehatan menggunakan kuesioner sebanyak 5 pertanyaan. Skor 2 untuk jawaban “Sering”, skor 1 untuk jawaban “Kadang-kadang”, dan skor 0 untuk jawaban “Tidak Pernah”. Variabel peran petugas kesehatan dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu:

a. Baik, jika > 50% dengan total skor > 5 b. Tidak baik, jika ≤ 50% dengan total skor ≤ 5


(50)

9. Tokoh Masyarakat

Pengukuran variabel peran petugas kesehatan menggunakan kuesioner sebanyak 5 pertanyaan. Skor 2 untuk jawaban “Sering”, skor 1 untuk jawaban “Kadang-kadang”, dan skor 0 untuk jawaban “Tidak Pernah”. Variabel tokoh masyarakat dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu:

a. Baik, jika > 50% dengan total skor > 5 b. Tidak baik, jika ≤ 50% dengan total skor ≤ 5 3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel partisipasi masyarakat dengan menggunakan skala ordinal melalui kuesioner kepada responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Partisipasi diukur dengan memberikan nilai skor 1 untuk jawaban “Ya”, dan skor 0 untuk jawaban “Tidak”. Variabel partisipasi masyarakat dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu:

a. Berpartisipasi, jika > 50% dengan total skor > 5 b. Tidak berpartisipasi, jika ≤ 50% dengan total skor ≤ 5 3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi, diolah dengan sistem komputerisasi untuk kemudian dianalisa. Data yang telah masuk diinterpretasikan lebih lanjut dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.


(51)

3.7.1. Analisis Data Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi frekuensi karakteristik responden (pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, sikap), ketersediaan sarana dan prasarana (ketersediaan tempat pembuangan sampah, ketersediaan memilah sampah, keuntungan dari bank sampah), dan faktor pendukung (peran petugas kesehatan dan tokoh masyarakat) serta tindakan penggunaan bank sampah (partisipasi masyarakat).

3.7.2. Analisis Data Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kuatnya hubungan antara karakteristik responden (pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, sikap), ketersediaan sarana dan prasarana (ketersediaan tempat pembuangan sampah, ketersediaan memilah sampah, keuntungan dari bank sampah), dan faktor pendukung (peran petugas kesehatan dan tokoh masyarakat) dengan tindakan penggunaan bank sampah (partisipasi masyarakat). Analisa bivariat menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05), atau uji exact fisher jika chi-square tidak dipenuhi.


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Kelurahan Binjai berada di Kecamatan Medan Denai Kota Medan, dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Tegal Sari Mandala III dan Kelurahan Tanjung Sari III

- Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Siti Rejo III

- Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Sari II / Pasar Merah - Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Denai dan Kelurahan Menteng

Luas Kelurahan Binjai adalah 415,5 Ha, yang terdiri dari 20 lingkungan. Jumlah penduduk di kelurahan ini adalah 45.510 jiwa dan 10.792 KK.

Bank sampah Mutiara yang terletak di Jalan Pelajar Timur gang Kelapa Lorong Gabe dibentuk pada tanggal 15 Mei 2012 serta diresmikan oleh Mentri Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balhasar Kambuaya MBA. Mekanisme pengumpulan sampah non organik yang dilakukan oleh warga dimulai dari diri sendiri untuk memilah sampah rumah tangganya, dikumpulkan, setelah selama seminggu disetorkan ke sentra bank sampah, dicatat dalam pembukuan sesuai dengan kuota dan harganya. Pengangkutan dan penimbangan yang dilakukan oleh dinas kebersihan ke wilayah kurang lebih 2 minggu sekali atau sebulan sekali atau sesuai kebutuhan. Setelah transaksi berjalan, hasilnya dapat diambil atau ditabung sesuai manajemen


(53)

Bank sampah mutiara Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan dibentuk melalui kerjasama dengan Pemerintah Kota dengan mengutamakan kebersamaan dalam pencapaian tujuannya. Bank sampah Mutiara juga memberikan harga yang cukup tinggi untuk membeli sampah dari masyarakat, seperti sampah kertas Rp. 1.000/kg, sampah plastik Rp. 1.500/kg dan sampah botol Rp. 3.000/kg, harga ini disesuaikan dengan harga dari pengumpul sampah di Kota Medan.

Bank sampah Mutiara menggunakan sistem tabungan sampah individual. Tabungan sampah individual adalah tabungan sampah dimana warga yang menjadi nasabah harus membawa sampah yang akan ditabungkan langsung ke bank sampah. Sampah tersebut harus dipilah dalam kelompok kertas, plastik, botol, besi, karung, dan aluminium yang sudah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Selain dijual ke pengumpul sampah, ada sebagian sampah yang langsung didaur ulang oleh anggota pengurus bank sampah tersebut. Adapun sampah non organik yang didaur ulang antara lain kertas, kardus, koran, majalah, dan buku. Hasil dari daur ulang tersebut adalah kerajinan tangan yang dijual di bank sampah. Hasil dari penjualan tersebut akan masuk ke kas bank sampah mutiara (Medan Green&Clean, 2010). 4.2 Analisis Univariat Karekteristik Responden

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Adapun jumlah nasabah bank sampah yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 63 orang (63%).


(54)

4.2.1 Umur

Adapun gambaran umur responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No Umur Jumlah Persentase (%)

1 < 30 Tahun 36 36

2 30-40 Tahun 54 54

3 ≥41 Tahun 10 10

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan kelompok umur terbanyak kelompok umur 30-40 tahun yaitu 54 orang (54%). Sedangkan kelompok umur yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur ≥41 tahun yaitu 10 orang (10%).

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Adapun gambaran tingkat pendidikan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Tidak Tamat Sekolah 13 13

2. SD 21 21

3. SMP 61 61

4. SMA 5 5

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut tingkat pendidikan pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2013 yang


(55)

terbanyak tamat SMP yaitu 61 responden (61%). Sedangkan yang paling sedikit terdapat pada kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu 5 orang (5%).

4.2.3 Pekerjaan

Adapun gambaran pekerjaan responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. Bekerja 85 85

2. Tidak Bekerja 15 15

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut pekerjaan pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2013 terbanyak bekerja yaitu 85 responden (85%), dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga, wiraswasta, guru, dan pegawai swasta.

4.2.4 Tingkat Pengetahuan

Adapun gambaran tingkat pengetahuan responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. Baik 27 27

2. Sedang 64 64

3. Kurang 9 9

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut tingkat pengetahuan pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2013 yang


(56)

terbanyak pada tingkat pengetahuan sedang yaitu 64 responden (64%). Sedangkan tingkat pengetahuan terendah terdapat pada kelompok tingkat pengetahuan kurang yaitu 9 orang (9%).

Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No Pernyataan Pengetahuan Benar Salah

n % n %

1. Pengertian bank sampah 69 69 31 31

2. Tujuan dari pengelolaan bank sampah 71 71 29 29 3. Keuntungan lingkungan yang diperoleh

dari bank sampah 83 83 17 17

4. Manfaat yang diperoleh dari

pengelolaan bank sampah bagi keluarga 66 66 34 34 5. Keuntungan sosial yang didapat dari

bank sampah 34 34 66 66

6. Apakah bank sampah bermanfaat sebagai sarana pengelolaan sampah keluarga

85 85 15 15

7. Pemahaman mengenai pengelolaan

sampah yang baik 95 95 5 5

8. Pemahaman mengenai dampak negatif

dari sampah 76 76 24 24

9. Pemahaman mengenai sampah organik 43 43 57 57 10. Pemahaman mengenai sampah non

organik? 42 42 58 58

Dari Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang bank sampah adalah kategori cukup (sedang). Beberapa hal tentang bank sampah sudah sangat baik dipahami oleh sebagian besar responden yaitu pengertian bank sampah, tujuan pengelolaan bank sampah, keuntungan lingkungan, dampak negatif sampah, dan manfaat bagi keluarga. Hal-hal yang belum dipahami oleh


(57)

sebagian besar responden tentang bank sampah antara lain keuntungan sosial bank sampah, sampah organik, dan sampah non organik.

4.2.5 Tingkat Sikap

Adapun gambaran tingkat sikap responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Tingkat Sikap pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No Tingkat Sikap Jumlah Persentase (%)

1. Baik 53 53

2. Sedang 34 34

3. Kurang 13 13

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut tingkat sikap pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2013 yang terbanyak pada tingkat sikap baik yaitu 53 responden (53%). Sedangkan tingkat sikap terendah terdapat pada kelompok tingkat sikap kurang yaitu 13 orang (13%).


(58)

Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No. Pernyataan Setuju

Kurang Setuju dan Tidak Setuju

n % n %

1. Bank sampah menjadi solusi untuk

masalah sampah 69 69 31 31

2. Sampah dapat memberikan

kerugian bagi manusia 80 80 20 20

3. Bank sampah tidak dapat

mengurangi jumlah sampah 40 40 60 60

4.

Pengelolaan bank sampah memberikan banyak manfaat bagi kesehatan dan lingkungan

87 87 13 13

5.

Bank sampah dapat memberikan pengetahuan tentang pentingnya pengelolaan sampah

91 91 9 9

6. Bank sampah dapat dimanfaatkan

oleh semua orang 84 84 16 16

7. Bank Sampah dapat menjadi

keuntungan bagi anda 82 82 18 18

8.

Bank sampah dapat membuat anda lebih aktif dalam memperhatikan lingkungan

65 65 35 35

9.

Pengelolaan bank sampah dapat menjadi salah satu upaya untuk mengurangi sampah

90 90 10 10

10. Pengelolaan bank sampah tidak

dapat mengurangi jumlah sampah 29 29 71 71 Dari Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sikap responden tentang bank sampah adalah kategori sedang. Secara umum dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap yang positif (setuju) tentang hal-hal yang benar tentang bank sampah.

Beberapa sikap tentang bank sampah yang sudah disetujui oleh kebanyakan responden antara lain bank sampah menjadi solusi untuk masalah sampah, dapat


(59)

dimanfaatkan oleh semua orang, menjadi keuntungan, dan membuat lebih aktif dalam memperhatikan lingkungan. Sedangkan sikap tentang bank sampah yang tidak disetujui ataupun kurang disetujui oleh sebagian besar responden adalah bahwa bank sampah dan pengelolaannya tidak dapat mengurangi jumlah sampah.

4.2.6 Jenis Kelamin

Adapun gambaran jenis kelamin responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai 2013

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 40 40

2. Perempuan 60 60

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2013 yang terbanyak pada perempuan yaitu 60 orang (60%).

4.2.7 Ketersediaan Tempat Sampah

Adapun gambaran ketersediaan tempat sampah responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :


(60)

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Ketersediaan Tempat Sampah pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai 2013

No Ketersediaan Tempat Sampah Jumlah Persentase (%)

1. Baik 67 67

2. Tidak Baik 33 33

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan ketersediaan tempat sampah pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2013 sebanyak 67 orang (67%) sudah baik.

Tabel 4.10. Distribusi Jawaban Responden tentang Ketersediaan Tempat Pembuangan Sampah

No. Pernyataan Ya Tidak

n % n %

1. Tempat pembuangan sampah tersedia

dirumah 100 100 0 0

2.

Tempat pembuangan sampah dirumah anda cukup untuk menampung produksi sampah anda per hari

99 99 1 1

3.

Tempat pembuangan sampah anda dirumah adalah tempat pembuangan sampah tertutup

11 11 89 89

4. Tempat pembuangan sampah anda

digunakan setiap hari 100 100 0 0

5.

Setelah ada bank sampah, anda tetap membuang sampah pada tempat pembuangan sampah dirumah

63 63 37 37

Ketersediaan tempat pembuangan sampah sudah baik pada sebagian besar responden. Hal ini dibuktikan dari tersedianya tempat pembuangan sampah di rumah pada semua masyarakat dan tempat pembuangan sampah ini digunakan setiap hari. Selain itu keberadaan tempat pembuangan sampahnya yang dirumah mereka cukup


(61)

menampung produksi sampah rumahtangga setiap hari. Hal-hal yang tidak baik dilakukan responden tentang keberadaan tempat pembuangan sampah mereka adalah bahwa tempat pembuangan sampah dirumah sebagian besar bukan tempat pembuangan sampah tertutup.

4.2.8 Ketersediaan Memilah Sampah

Adapun gambaran ketersediaan memilah sampah responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Ketersediaan Memilah Sampah pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No Ketersediaan Memilah Sampah Jumlah Persentase (%)

1. Baik 18 18

2. Tidak Baik 82 82

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan ketersediaan memilah sampah pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2013 sebanyak 82 orang (82%) tidak baik.


(62)

Tabel 4.12. Distribusi Jawaban Responden tentang Ketersediaan Memilah Sampah

No. Pernyataan Ya Tidak

n % n %

1. Dirumah anda tersedia tempat sampah

organik dan non organik 18 18 82 82

2. Anda melakukan pemilahan sampah

dirumah 18 18 82 82

3. Sebelum ada bank sampah, anda sudah

memilah sampah menurut jenisnya 3 3 97 97 4.

Pemilahan sampah hanya dilakukan oleh warga yang menjadi nasabah bank sampah

95 95 5 5

5. Anda tahu manfaat memilah sampah 34 34 66 66

6.

Sebelum ada bank sampah, anda sudah memanfaatkan sampah dengan cara mendaur ulang kembali sampah yang masih dapat digunakan

0 0 100 100

7. Pemilahan sampah dapat memudahkan

anda dalam pengelolaan sampah? 18 18 82 82 8. Anda sudah memanfaatkan barang bekas 1 1 99 99 9. Seluruh anggota keluarga dapat

melakukan pemilahan sampah 4 4 96 96

10. Setelah ada bank sampah apakah anda

sudah memilah sampah menurut jenisnya 18 18 82 82

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil (18%) masyarakat yang sudah memiliki ketersediaan memilah sampah yang baik di rumahnya. Beberapa hal yang mendukung belum baiknya ketersediaan memilah sampah ini adalah bahwa dirumah tidak tersedia tempat sampah organik dan non organik, tidak melakukan pemilahan sampah dirumah, tidak mengetahui manfaat


(63)

memilah sampah, dan tidak mendaur ulang kembali sampah yang masih dapat digunakan.

4.2.9 Keuntungan Bank Sampah

Adapun gambaran keuntungan bank sampah pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.13. Distribusi Proporsi Keuntungan Bank Sampah pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No Keuntungan Bank Sampah Jumlah Persentase (%)

1. Memberi Keuntungan 64 64

2. Tidak Memberi Keuntungan 36 36

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan keuntungan bank sampah pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2013 sebanyak 64 orang (64%) bahwa bank sampah memberikan keuntungan.


(64)

Tabel 4.14. Distribusi Jawaban Responden tentang Keuntungan Bank Sampah

No. Pernyataan Ya Tidak

n % n %

1.

Dengan adanya bank sampah, dapat memudahkan anda dalam pengelolaan sampah

64 64 36 36

2.

Dengan adanya bank sampah dapat memberikan perubahan di lingkungan, dari segi kebersihan lingkungan

7 7 93 93

3. Ada keuntungan yang anda dapatkan dari

bank sampah 64 64 36 36

4.

Dengan adanya bank sampah, anda sudah dapat melakukan pengelolaan sampah yang benar

63 63 37 37

5.

Dengan adanya bank sampah, anda dapat memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna kembali dengan proses daur ulang

2 2 98 98

6.

Dengan adanya bank sampah, pengetahuan anda mengenai sampah menjadi bertambah

64 64 36 36

7.

Dengan adanya bank sampah, anda dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh sampah

6 6 94 94

8.

Dengan adanya bank sampah, apakah dapat mengurangi produksi sampah rumah tangga

61 61 39 39

9. Setelah adanya bank sampah, anda

menjadi tahu tujuan pengelolaan sampah 64 64 36 36 10.

Dengan adanya bank sampah apakah pendapatan anda menjadi lebih baik dari sebelumnya

60 60 40 40

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa masih ada sebagian kecil masyarakat (36%) yang tidak merasakan keuntungan dari adanya bank sampah ini, meskipun yang lebih banyak sudah merasakan adanya keuntungan dari adanya bank


(65)

sampah ini. Beberapa faktor dari keuntungan bank sampah ini yang sebagian besar sudah dirasakan masyarakat adalah bahwa bank sampah memudahkan dalam pengelolaan sampah, adanya keuntungan yang didapatkan, pengetahuan mengenai sampah menjadi bertambah, dapat mengurangi produksi sampah rumah tangga, dan pendapatan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aspek keuntungan bank sampah yang belum dirasakan masyarakat antara lain dapat memberikan perubahan di lingkungan, dari segi kebersihan lingkungan, dapat memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna kembali dengan proses daur ulang, dan dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh sampah.

4.2.10 Peran Serta Petugas Kesehatan

Adapun gambaran peran serta petugas kesehatan pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini :

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Peran Serta Petugas Kesehatan pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

No Peran Serta Petugas Kesehatan

Jumlah Persentase (%)

1. Baik 0 0

2. Tidak Baik 100 100

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa seluruh responden pada Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2013 menyatakan bahwa semua responden menyatakan bahwa peran serta petugas kesehatan tidak baik. Hal ini dikarenakan tidak ada petugas kesehatan yang menyampaikan penyuluhan atau pemberitahuan mengenai bank sampah.


(1)

apakah dengan adanya bank sampah, pengetahuan anda mengenai sampah menjadi bertambah?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 36 36.0 36.0 36.0

1 64 64.0 64.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

apakah dengan adanya bank sampah, anda dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh sampah?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 94 94.0 94.0 94.0

1 6 6.0 6.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

dengan adanya bank sampah, apakah dapat mengurangi produksi sampah rumah tangga?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 39 39.0 39.0 39.0

1 61 61.0 61.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

apakah setelah adanya bank sampah, anda menjadi tahu tujuan pengelolaan sampah?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 36 36.0 36.0 36.0

1 64 64.0 64.0 100.0


(2)

dengan adanya bank sampah apakah pendapatan anda menjadi lebih baik dari sebelumnya?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 40 40.0 40.0 40.0

1 60 60.0 60.0 100.0


(3)

Gambar Lampiran 1. Bank Sampah Mutiara


(4)

Gambar Lampiran 3. Sampah yang terkumpul dari nasabah


(5)

Gambar Lampiran 5. Hasil Kerajinan Tangan dari Barang Bekas


(6)

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu yang Mempunyai Bayi di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

2 59 152

Dampak Program Bank Sampah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan

24 217 112

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013

0 0 14

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013

0 0 6

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013

0 0 20

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013

0 0 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Dampak Program Bank Sampah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan

0 1 26

DAMPAK PROGRAM BANK SAMPAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KELURAHAN BINJAI, KECAMATAN MEDAN DENAI, KOTA MEDAN

0 0 12