POLITISASI ETNIS DALAM PILKADA (STUDI PADA REKRUTMENT CALON WAKIL KEPALA DAERAH PDI PERJUANGAN LAMPUNG PERIODE 2008-2013)
A. Latar Belakang
Etnis sering kali dijadikan isu atau komoditi utama untuk mencapai suatu tujuan dalam masyarakat. Dalam konteks Pilkada, etnis dimobilisasi dan dimanipulasi sedemikian rupa untuk memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik yang akan bertarung mengusung kandidat kepala daerah (gubernur dan wakil gubernur) yang berasal dari kelompok atau etnis mayoritas dengan harapan etnis mayoritas itu akan memilih pasangan yang mereka usung sehingga perolehan suara dalam pilkada akan terdongkrak.
Mobilisasi dan manipulasi etnis untuk meningkatkan jumlah suara ini dapat terjadi karena masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya adalah faktor sosiologis di dalam mengambil suatu keputusan, khususnya menentukan suara dalam pemilihan. Faktor-faktor sosiologis adalah pengelompokkan masyarakat berdasarkan kelas sosial, usia, jenis kelamin, agama, etnisitas, kelas sosial, organisasi kemasyarakatan dan semacamnya. Faktor-faktor sosiologis memiliki peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi, orientasi seseorang sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan pilihannya. Seseorang cenderung akan memilih calon kepala daerah (gubernur, walikota/bupati) yang memiliki latar belakang yang sama dikarenakan akan merasa memiliki keterikatan emosional dengan calon.
(2)
2
Lampung sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat heterogenitas masyarakat yang tinggi pun tidak lepas dari isu etnis ini. Seringkali partai politik menjadikan etnis sebagai komoditi utama dalam mencari dukungan suara. Fenomena ini dapat dilihat pada momen Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Lampung 2008. Pada pemilihan kepala daerah 2008 ini komposisi yang mencuat adalah gabungan antara etnis Jawa (calon gubernur) dengan Lampung (calon wakil gubernur) atau Lampung (calon gubernur) dengan Jawa (calon wakil gubernur). Sejumlah analis politik memperkirakan, dengan mayoritas penduduk berasal dari etnis Jawa, komposisi calon yang memasukkan tokoh Jawa di dalamnya akan memiliki peluang besar mendapatkan dukungan untuk memimpin Lampung dalam pilgub (www.kapanlagi.com).
Jumlah masyarakat beretnis Jawa di Provinsi Lampung lebih banyak meskipun etnis lainnya disatukan. Untuk itu dalam berbagai kesempatan Etnis Jawa selalu dilibatkan dalam memegang kendali pemerintahan baik sebagai orang nomor satu maupun orang nomor dua. Pada Pilkada Lampung 2008 kedudukan Etnis Jawa masih memegang peranan, yaitu sebagai unsur memperoleh suara. Untuk mendukung tujuan tersebut maka partai politik maupun calon gubernur dan wakil gubernur memasang Etnis Jawa sebagai kandidat baik sebagai kandidat calon gubernur maupun wakil gubernur.
(3)
Adapun nama-nama calon kepala daerah dan wakil kepala daerah berdasarkan etnis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Nama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Periode 2008-2013
No Partai Pendukung
Nama Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung
Etnis Asal Calon
Gubernur Wakil Gubernur
1. PKS-PAN Zulkifli Anwar-Akhmadi
Sumaryanto
Lampung Jawa
2. Perseorangan/Non Partai Politik
Muhajir Utomo-Andi Arief Jawa Lampung 3. Golkar-PKB-PPP Alzier Dianis
Thabranie-Bambang Sudibyo Lampung Jawa 4. PKPB-PPDK-PNI Marhaenisme- PBB-PPNUI-Partai Pelopor-PNBK-PPDI-PDS Oemarsono-Thomas Azis Riska Jawa Lampung
5. Demokrat-PBR Andy Achmad Sampurna Jaya-Muhammad Suparjo
Lampung Jawa
6. PDI Perjuangan Sjachroedin ZP-Joko umar Said Lampung Jawa 7. Perseorangan/Non Partai Politik Sofjan Jacoeb-Bambang Waluyo Utomo Lampung Jawa
Sumber : Harian Pagi Rakyat Lampung, 3 September 2008
Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2008, syarat yang harus dipenuhi untuk mencalonkan diri sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur adalah partai atau gabungan partai yang memperolah suara 15 persen pada Pemilu 2004 di daerah bersangkutan, dalam hal ini adalah perolehan suara Pemilu 2004 di Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil Pemilu 2004 terdapat 2 partai yang berhak mengajukan calon gubernur dan wakil gubernurnya sendiri, yaitu Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
(4)
4
Tabel 2
Perolehan Suara Partai Politik di Lampung pada Pemilu 2004
No. Partai Jumlah
Kursi
Jumlah Suara pada pemilu
2004
Persentase (%)
1. Golkar 16 774.492 25,76%
2. PDI Perjuangan 13 692.939 23,05%
3. PKS 6 284.362 9,30%
4. PKB 6 279.601 9,45%
5. Partai Demokrat 6 205.604 6,83%
6. PAN 6 221.592 7,37%
7. PPP 6 173.452 5,77%
8. PBR 4 133.577 4,44%
9. PKPB 3 163.770 5,44%
10. PDDK 1 76.610 2,54%
Jumlah 67 3.005.999 100,00%
Sumber : Maryanah, Tabah. 2007. Politisasi Etnis; Strategi Politik Etnis Lampung Memanfaatkan Liberalisasi Politik di dalam Rekrutment Jabatan Publik di Provinsi Lampung Tahun 1999-2007. Tesis. Program Studi Ilmu Politik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
(5)
PDI Perjuangan sebagai salah satu partai yang berhak mengajukan calon gubernur dan wakil gubernurnya sendiri memilih tidak melakukan koalisi dengan partai lain di dalam mengusung pasangan Sjachroedin ZP-Joko Umar Said. Hal ini membuat PDI Perjuangan menggunakan cara atau starategi lainnya untuk mendapat dukungan dalam mengusung kandidat calon gubernur dan wakilnya. Strategi yang digunakan yaitu strategi penyandingan dua calon yang mewakili etnis terbesar di Lampung, Sjachroedin ZP (Lampung) dan Joko Umar Said (Jawa).
Hal berbeda dilakukan oleh Partai Golkar yang pada pemilu 2004 menempati posisi pertama perolehan suara parlemen. Selain menerapkan stategi penyandingan dua Etnis terbesar, merekapun menerapkan srategi berkoalisi dengan PPP dan PKB di dalam mengusung M.Alzier Dianis Thabranie-Bambang Sudibyo. Koalisi dilakukan untuk memaksimalkan kekuatan mereka agar dalam Pemilihan Gubernur dapat memperoleh dukungan dari massa masing-masing partai sehingga peluang memenangkan pasangan calon akan semakin terbuka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :
“Apakah terjadi politisasi etnis dalam perekrutan calon wakil kepala daerah PDI Perjuangan Lampung?”
(6)
6
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya politisasi etnis di dalam perekrutan Joko Umar Said sebagai sebagai calon wakil kepala daerah PDI Perjuangan Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dalam hal :
1. Untuk mengetahui apakah isu etnisitas memengaruhi rekrutmen calon wakil kepala daerah PDI Perjuangan Lampung.
2. Untuk memberikan gambaran tentang fenomena politik lokal yang ada di Provinsi Lampung terutama berkaitan dengan rekrutmen politik calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.
(7)
A. Demokrasi Liberal dan Etnisitas 1. Pengertian Demokrasi Liberal
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan kratos atau
kratei yang artinya Pemerintahan. Jadi dapat di artikan Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang artinya pemerintahan di mana rakyat memegang peranan penting.
Demokrasi Liberal atau demokrasi konstitusional adalah sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi Liberal pertama kali dikemukakan pada abad pencerahan oleh penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, Jhon Locke, dan Jean- Jacques Rousseau. Semasa perang dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang komunisme ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya disbanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.
(8)
8
Demokrasi Liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di Amerika Serikat, Britania Raya, dan Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa Republik (Amerika Serikat, India, Perancis, dan lain-lain), atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol, dan lain-lain). Demokrasi Liberal dipakai oleh Negara yang menganut sistem Presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster : Britania raya dan
negara-negara persemakmuran) atau sistem semipresidensial
(Perancis).(www.wikipedia.org)
2. Hubungan Demokrasi Liberal dan Etnisitas
Marzena Kisielowska Lipman dalam studinya di Eropa Timur dan Eropa tengah menemukan kesimpulan bahwa telah terjadi kebangkitan etnis. Runtuhnya rezim Komunis Uni Soviet dan perkembangan demokrasi memperluas lingkup kebebasan dan hak warga negara. Terutama kelompok-kelompok agama, kelompok-kelompok yang bersifat kedaerahan, kelompok-kelompok kultural, dan kelompok etnis. Demokratisasi membawa konstitusi dan tatanan hukum baru yang menjamin kebebasan politik, agama, dan berbahasa bagi masyarakat di daerah perbatasan. Demokratisasi menyediakan instrumen legal bagi pelaksanaan hak tersebut dan menjadi katalis bagi kebangkitan etnis. Lebih lanjut, demokratisasi membuat inklusi dan partisipasi politik kelompok etnis menjadi lebih besar. Kebangkitan etnik diakomodasi ke dalam gerakan solidaritas untuk kebebasan dan keadilan yang ditunjukkan oleh kelompok etnis minoritas. Kebangkitan etnis juga dilakukan dengan cara
(9)
mengembangkan agenda solidaritas etnis, baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional (Tabah Maryanah, 2007).
Robert Kaplan dalam bukuThe Coming Anarchy(2000) mengamati apa yang terjadi di Benua Afrika. Dalam observasinya, demokrasi telah gagal menyelamatkan Afrika. Bukan perpolitikan yang rasional yang muncul di benua itu, tetapi pertarungan antarsuku dan antaragama. Demokrasi mengandaikan partai politik yang menjadi interest aggregation. Di Afrika, hal itu tidak terjadi. Partai politik ternyata hanya berbasis agama atau kesukuan, dan pertarungan antarpartai menjadi pertarungan antarsuku dan agama. Ketika dilaksanakan pemilu, yang terjadi medan pertempuran berlumur darah dan bukan arena perebutan kekuasaan yang rasional. Kaplan terang-terangan mengatakan, demokrasi tak akan berjalan di negara yang sedang berkembang, yang mempunyai partai politik berbasis suku atau agama. Kedua hal itu tak mungkin diakomodasi dalam sistem demokrasi yang pada dasarnya adalah sistem yang didasarkan atas toleransi (I. Wibowo, 2003).
B. Partai Politik dan Fungsinya
Istilah partai menurut Maurice Duverger dalam Ichlasul Amal seperti dikutip Ari Darmastuti (2004) kata partai digunakan untuk menggambarkan faksi-faksi dalam republik-republik masa lalu, pasukan-pasukan yang terbentuk di sekitar conditeri
pada masa Renaisans Itali, kelab-kelab tempat berkumpil anggota-anggota dewan-dewan revolusi, komite-komite yang bertugas memenangkan pemilihan umum dan monarki konstitusional, dan organisasi-organisasi sosial yang membentuk
(10)
10
opini publik dalam negara-negara demokrasi modern. Semua lembaga-lembaga tersebut berperan dalam memenangkan kekuasaan politik dan menerapkannya.
George B. De Huszar dan Thomas H. Stevenson dalam Miriam Budiardjo seperti dikutip Ari Darmastuti (2004) mengartikan partai politik sebagai sekelompok orang yang terorganisir untuk ikut serta mengendalikan suatu pemerintahan agar dapat melaksanakan programnya dan menempatkan orang-orangnya dalam jabatan. Pendapat di atas menitikberatkan bahwa partai politik sebagai organisasi yang berorientasi secara langsung kepada penguasaan pemerintahan.
Sigmund Nuemann dalam Miriam Budiardjo seperti dikutip Ari Darmastuti (2004) menberikan makna yang lebih luas lagi, di mana partai politik diartikan sebagai organisasi artikulatif terdiri dari pelaku-pelaku politik yang masih aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada pengendalian kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan berbeda-beda.
Gabriel A. Almond dalam Collin Mc Andrews seperti dikutip Ari Darmastuti (2004) menyatakan bahwa ada tujuh fungsi partai politik yaitu sosialisasi politik, rekrutmen politik, partisipasi politik, artikulasi kepentingan, komunikasi politik, pembuat kebijakan. Di samping ketujuh fungsi di atas Haryanto dalam Ari Darmastuti menambahkan dua fungsi lain yaitu partai politik sebagai sarana pengatur konflik dan mengkritik rezim yang berkuasa atau kontrol politik.
(11)
1. Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik (political participation) merupakan proses pembentukan sikap serta orientasi politik warga negara terhadap sistem politik (Almond dalam Collin Mc Andrews seperti dikutip Ari Darmastuti, 2004). Melalui proses sosialisasi ini para anggota masyarakat memperoleh orientasi dan sikap politik terhadap kehidupan politik yang berlangsung di masyarakat. Berdasarkan sikap dan orientasi politik yang diperoleh dari sosialisasi politik masyarakat akan dapat menenpatkan diri dan mengambil bagian atau tidak mengambil bagian dalam sistem politik.
Sosialisasi politik berlangsung seumur hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal-non formal, dan informal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari (Ramlan Surbakti dalam Ari Darmastuti, 2004).
Dari segi metode penyampain pesan, sosialisasi politik menjadi dua, yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan proses dialogik antara pemberi dan penerima pesan. Sedangkan indoktrinasi merupakan proses sepihak yang dilakukan penguasa dalam memobilisasi dan memanipulasi warga negara untuk menerima nilai, norma, dan simbol yang dianggap baik dan ideal oleh penguasa (Ramlan Surbakti dalam Ari Darmastuti, 2004).
(12)
12
2. Rekrutment Politik
Fungsi rekrutment politik (political recruitment) ini berkaitan dengan proses penyeleksian, memilih, mengangkat pejabat politik untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam proses politik maupun menjalankan roda pemerintahan. Fungsi rekrutment merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Fungsi ini memiliki peranan sangat penting dalam menjaga kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam (Ramlan Surbakti dalam Ari Darmastuti, 2004).
3. Partisipasi Politik
Partisipasi politik (political participation) adalah keikutsertaan dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik serta ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Pada dasarnya, ketika partai politik menarik minat dan perhatian warga negara untuk ikut aktif dan bersedia menjadi anggota partai, sesungguhnya partai politik menjadi wahana bagi warga negara untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan politik (Ari darmastuti, 2004).
4. Komunikasi Politik
Komunikasi politik (political communication) adalah proses penyampaian mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Kedudukan partai politik adalah sebagai jembatan penghubung atau komunikator politik. Dari masyarakat partai politik menyalurkan aneka ragam pendapat, aspirasi maupun kepentingan kepada pihak penguasa. Dan dari penguasa, partai politik menyalurkan informasi,
(13)
menyebarluaskan kebijakan pemerintah kepada masyarakat (Haryanto dalam Ari Darmastuti, 2004).
5. Artikulasi kepentingan dan Agregasi kepentingan
Artikulasi kepentingan (interest articulation)adalah proses merumuskan dan kemudian menyalurkan berbagai ragam pendapat, aspirasi maupun kepentingan masyarakat tersebut dapat berupa tuntutan maupun dukungan. Ketika partai politik menyalurkan aneka ragam pendapat, aspirasi masyarakat kepada pemerintah maka merupakan proses komunikasi astu arah, dari masyarakat kepada pemerintah (Ari Darmastuti, 2004).
Agregasi atau pemandu kepentingan (interest aggregation)merupakan proses penggabungan tuntutan-tuntutan dan dukungan-dukungan yang ada dalam masyarakat menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, untuk diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Di dalam masyarakat, ada berbagai macam tuntutan dan dukungan yang berkembang, baik yang sifatnya sama, berbeda, atau bahkan bertentangan. Partai politik menampung dan memilah-milah tuntutan yang sama, kemudian memadukan dan menganalisi untuk dijadikan berbagai alternatif kebijakan umum. Selanjutnya memperjuangkannya dalam proses pembuatan keputusan untuk menjadi sebuah keputusan (Ari Darmastuti, 2004).
(14)
14
C. Konsep Etnis dan Etnisitas
Kata etnik (ethnic) berasal dari kata bahasa Yunani ethnos, yang merujuk pada pengertian bangsa atau orang. Acap kali ethnosdiartikan sebagai setiap kelompok sosial yang ditentukan oleh ras, adat-istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya, dan lain-lain yang pada gilirannya mengindikasikan adanya kenyataan kelompok mayoritas dan minoritas dalam suatu masyarakat.
Fredrick Bart dan Zastro dalam Liliweri (2005) mengatakan etnik adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budayanya.
Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005) memaksudkan etnik sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut. Adanya komunitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan
sendiri. Sementara itu, dalam kaitannya dengan ”bangsa”, etnik (kelompok etnik)
merupakan konsep yang digunakan silih berganti untuk menerangkan suatu bangsa seperti Indonesia, dari sudut pandang kebangsaan yang melatarbelakangi perkembangan budaya ( Hidayah dalam Liliweri, 2005).
Martin Bulmer dalam Liliweri (2005) mengemukakan, etnik atau yang selalu disebut kelompok etnik adalah satu kelompok kolektif manusia dalam penduduk yang luas. Memiliki kenyataan atau cerita asal-usul yang sama, mempunyai kenangan terhadap masa lalu, yang terfokus pada satu unsur simbolik atau lebih. Mendefinisikan identitas kelompok, seperti kekerabatan, agama, bahasa,
(15)
pembagian wilayah, tampilan nasionalitas dan fisik (suku bangsa dan fisik. Anggotanya sadar bahwa mereka merupakan anggota dari kelompok tersebut.
Diana dalam Liliweri (2005) mengemukakan bahwa etnik, atau yang lazim disebut dengan kelompok etnik, adalah kumpulan orang yang dapat dibedakan terutama oleh karakterisitik kebudayaan atau bangsa, yang meliputi :
1. keunikan dalan perangai(trait)budaya 2. perasaan sebagai satu komunitas 3. mempunyai perasaan etnosentrisme
4. status keanggotaan yang bersifat keturunan atauascribed status
5. berdiam atau memiliki teritorial tertentu.
Sedangkan Etnisitas(ethnicity)adalah konsep yang menjelaskan :
1. status sekelompok orang berdasarkan kebudayaan yang dia warisi dari generasi sebelumnya.
2. nilai budaya dan norma yang membedaan anggota suatu kelompok dangan kelompok lain. Para anggota suatu kelompok etnis umumnya mempunyai kesadaran atas nilai dan norma budaya yang sama, bahkan menjadikannya sebagai identitas budaya untuk membedakan atau memisahkan diri dengan kelompok lain.
3. penggolongan etnik berdasarkan afiliasi, artinya atas dasar apa sekelompok orang berafiliasi satu sama lain. Bahkan itu dijadikan sebagai identitas sekaligus identifikasi dari individu bahwa mereka merupakan bagian dari anggota kelompok etnik.
(16)
16
4. perbedaan dengan ras, bahwa etnisitas merupakan proses pertukaran kebiasaan berprilaku dan kebudayaan secara turun-temurun.
5. identitas kelompok yang didasarkan pada kesamaan karakteristik bahasa, kebudayaan, sejarah, dan asal-usul geografis.
6. pembagian atau pertukaran kebudayaan yang berbasis pada bahasa, agama, dan kebangsaan (nasionalisme). Atas pertimbanga ini etnisitas selalu dihubungkan dengan keyakinan yang berlebihan pada bahasa, agama, dan kebangsaan lain (Liliweri, 2005).
Etnisitas adalah konsep relasional yang mendasarkan pada kategorisasi identifikasi diri(self identification)(Barker dalam kinasih, 2005).
Etnisitas dipaparkan oleh Jan Nederveen Pieterse sebagai bidang yang merujuk pada politik kultural yang dilakukan oleh kelompok dominan Pieterse dalam Kinasih (2005). Etnisitas merupakan kategori-kategori yang diterapkan pada kelompok atau kumpulan orang yang dibentuuk dan membentuk dirinya dalam kebersamaan atau kolektivitas (Rex dalam Kinasih, 2005). Dengan demikian etnisitas lebih menunjuk pada kolektivitas dari pada individual. Sementara Paul Brass dalam Pieterse seperti dikutip Kinasih (2005) menyatakan etnisitas adalah kategori etnis mengenai kesadaran kelas ke kelas. Etnisitas merupakan aspek yang penting dalam konteks hubungan antar kelompok. Pada term ini muncul gagasan tentang pembedaan atas klaim terhadap dasar asal-usul dan karakteristik budaya.
Jika ada pembedaan antara ”orang dalam” (insider) dan ”orang luar” (outsider)
(17)
Erikson dalam Kinasih (2005) menambahkan syarat kemunculan etnisitas atau suatu kelompok etnis adalah bahwa kelompok tersebut paling tidak telah menjalin hubungan atau kontak dengan etnis lain, dan masing-masing harus menerima gagasan ide-ide perbedaan di antara mereka. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka tidak akan muncul diskusi tentang etnisitas, karena pada hakikatnya etnisitas adalah sebuah aspek relasional bukan milik suatu kelompok.
D. Pandangan Etnisitas
Ada beberapa pandangan teoritis utama yang bisa digunakan dalam melihat fenomena etnisitas. Pandangan tersebut adalah :
1. Pandangan Primordialisme
Pandangan ini membaca kelompok etnik sebagai sesuatu yanggivendari sananya, dan tidak terbantah. Argumentasi kaum primordialis menyatakan bahwa identitas etnis telah terberi sejak manusia itu dilahirkan. Identitas kolektif dibangun melalui proses bersama dalam komunitas, melalui ikatan-ikatan penyejarahan yang sama dan sosialisasi komunitas (Nurul Aini dalam Kinasih, 2005).
Dalam masyarakat modern, primordialisme sering dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan yang mengarah pada tribalisme. Secara mendasar, kaum primordialisme merasa pesimis manusia dapat hidup dalam satu kondisi multikultural dan multietnis (Pieterse dalam Kinasih, 2005).
(18)
18
2. Pandangan Konstruktivis
Memandang fenomena etnis sebagai hasil dari proses sosial yang kompleks. Pandangan Konstruktivis melihat identitas etnis terbangun melalui mitologi, sejarah masa lampau, cerita nenek moyang, dan ikatan-ikatan kultural. Manusia menyadari identitasnya secara otomatis. Kelompok etnis menurut pandangan konstruktif bukan semata-mata kategori sosial tetapi merupakan kesadaran kultural (Aini dalam Kinasih, 2005).
3. Pandangan Instrumentalis
Dalam pandangan ini keterikatan dan identitas dalam etnis bukan dipandang sebagai sesuatu yang tetap. Menurut kaum instrumentalis relasi etnis selalu berubah. Mereka bersepakat dengan kaum konstruktivis yang menekankan kesadaran etnis terbangun atas konstruksi sosial. Akan tetapi pandangan instrumentalis lebih menekankan aspek kekuasaan. Kaum instrumentalis memandang kesadaran etnis sebagai hasil manipulasi dan mobilisasi politik elit yang berkuasa. Konstruksi tersebut diproduksi secara terus-menerus melalui atribut-atribut awal etnisitas seperti kebangsaan, agama, ras dan bahasa. Dalam pemahaman sederhana etnis adalah bentukan atau produk wacana politik elit yang berkuasa (Kinasih, 2005).
Dari beberapa pandangan di atas, penulis akan menggunakan pandangan instrumentalis di dalam melakukan penelitian. Hal ini disebabkan di dalam penentuan calon kepala derah dan wakil kepala daerah untuk Pilkada Lampung 2008, partai politik akan merekrut calon berdasarkan kriteria-kriteria tertentu,
(19)
dalam hal ini etnisitas. Jika calon sudah ditentukan maka partai memiliki kekuasaan untuk memanipulasi rakyat dengan membawa isu etnisitas sebagai sarana untuk memperoleh dukungan suara pada Pilkada.
E. Definisi Konseptual
Untuk menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan penelitian, maka dianggap perlu dalam penelitian ini dirumuskan konsep-konsep yang digunakan.
a. Politik Etnis adalah Politik yang berlandaskan pada nilai-nilai kesukuan, agama, dan kultur masyarakat.
b. Politisasi Etnis adalah praktek politik yang menjadikan isu etnis sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal Pilkada maka etnis dijadikan alat untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan suara dalam Pilkada.
c. Rekrutment cagub dan cawagub adalah proses seleksi individu-individu berbakat untuk ditempatkan pada jabatan sebagai cagub ataupun cawagub. d. Etnis Jawa adalah masyarakat Jawa yang berdasarkan garis keturunan atau
biologisnya beradat Jawa, berbahasa daerah Jawa, dan juga masih menerapkan adat-istiadat atau prinsip-prinsip kehidupan masyarakat Jawa.
e. Etnis Lampung adalah masyarakat Lampung yang berdasarkan garis keturunan atau biologisnya beradat Lampung, berbahasa daerah Lampung, dan juga masih menerapkan adat-istiadat atau prinsip-prinsip kehidupan masyarakat Lampung.
(20)
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Hadari Nawawi mengatakan:
“Pada prinsipnya penelitian deskriptif adalah cara yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan di lapangan dengan teori-teori, konsep-konsep dan data hasil penelitian
di lapangan.” B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan bahwa yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah rekrutmen yang dilakukan oleh PDI Perjuangan dalam menentukan calon wakil kepala daerah pada Pilkada 2008.
C. Jenis Data
Jenis-jenis yang dipergunakan dalam penelitian skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama atau informan melalui pedoman wawancara.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian pustaka berupa literatur buku-buku bacaan, maupun dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti.
(21)
D. Sumber Data
Dalam penentuan sumber data ini penulis menggunakan tekhniksnowballatau bola salju. Adapun informan yang berhasil peneliti temui di lapangan adalah:
1. Sahzan Syafri, S.H., M.H. (Ketua Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung).
2. P. Gultom (Wakil Ketua Bidang Sumber Daya DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung).
3. Palgunadi (Wakil Sekretaris Bidang Internal DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung).
4. Mingrum Gumay (Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung).
5. Hj. Nurhasanah (Sekretaris DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung). 6. Dr. Suwondo, M.A (Akademisi)
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder dilakukan dengan suatu penelitian secara seksama, yaitu dengan cara:
1. Wawancara mendalam(deep interview)
Teknik wawancara yang diarahkan pada suatu masalah tertentu atau yang menjadi pusat penelitian. Ini merupakan sebuah proses untuk menggali informasi secara langsung dan mendalam sebagai data primer. Informasi akan diperoleh terutama dari informan.
(22)
22
2. Dokumentasi
Penggunaan dokumen ini untuk mengumpulkan data-data yang dapat mendukung, manambah data dan informasi bagi teknik pengumpulan data. Dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen, arsip-arsip yang didapat baik melalui media cetak maupun internet.
Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2004) dokumen digunakan untuk keperluan penelitian karena alasan-alasan sebagai berikut:
a) Dokumen digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong.
b) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
c) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.
d) Tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.
e) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
(23)
F. Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif menurut Nasution (1988: 114-122) ada beberapa teknik untuk memperoleh tingkat keabsahan data yang meliputi:
1. Kredibilitas Data
Untuk mendapatkan data dapat dilakukan perpanjangan waktu lapangan, dan dengan melakukan teknik trigulasi, yaitu teknik keabsahan data yang memanfaatkan data dari luar data tersebut sebagai pembanding sehingga kebenaran itu dapat diketahui dengan pasti, selain itu juga dapat melakukan pengamatan, memperbanyak referensi serta melakukan pembicaraan dengan rekan sejawat.
2. Transferability/ Keteralihan Data
Dalam penelitian kualitatif keteralihan data sangat bergantung pada si pemakai, yaitu sampai manakah hasil sebuah penelitian dapat mereka gunakan pada konteks dan situasi tertentu. Apabila pemakai melihat ada dalam penelitian itu yang serasi pada situasi yang dihadapinya, maka situasi tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga tidak ada dua situasi yang sama. 3. Dependability/ Ketergantungan Data
Dalam hal ini dapat digunakan model “audit trail” yaitu pemeriksaan data
lapangan, reduksi data, dan interpretasi data. 4. Confirmability/ Kepastian Data
Melalui pengumpulan data, rekonstruksi data, sintesis emik-etik, dan memperhatikan etika lapangan.
(24)
24
G. Teknik Pengolahan Data
Data primer dan data sekunder yang telah terkumpul selanjutnya diolah melalui tahapan berikut ini:
1. Tahapan editing, merupakan kegiatan dalam menentukan kembali data yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin validitasnya serta dapat segera diproses lebih lanjut.
2. Tahapan interpretasi, data yang telah dideskripsikan baik melalui narasi maupun tabel, selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 2005).
H. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biglen yang dikutip Lexy J. Moleong (2006) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data merupakan cara seorang peneliti dalam mengelola data yang telah terkumpul sehingga mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitiannya, karena data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat digunakan begitu saja, analisis data menjadi bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat lebih berarti dan bermakna dalam memecahkan masalah penelitian.
(25)
Menurut Mathew B. Miles dan Huberman (1992 : 16-19), analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi:
1. Reduksi Data
Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Yaitu usaha menampilkan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data maka akan dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
3. Verifikasi dan Kesimpulan
Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisa kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keterangan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proporsi. Hasil verifikasi data tersebut kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian (Miles dan Huberman, 1992: 15-21).
(26)
V. REKRUTMEN DAN POLITISASI ETNIS
Salah satu strategi yang digunakan partai untuk memperoleh simpati publik guna memenangkan suatu Pilkada adalah rekrutmen calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menjelaskan proses perekrutan calon wakil kepala daerah PDI Perjuangan Provinsi Lampung dan alasan-alasan dibalik pemilihan Joko Umar Said sebagai calon wakil gubernur mendamping Sjahroedin ZP. Apakah isu politisasi etnis ada di baliknya atau tidak.
A. Proses Rekrutmen Calon Wakil Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Lampung
PDI perjuangan dalam merekrut calon kepala daerah dan wakil kepala daerah Provinsi Lampung mengacu pada SK No. 428/DPP/KPTS/XII/2004 tentang petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Rekrutmen calon gubernur dan wakil gubernur dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pendaftaran, verifikasi, Rakerdasus, Survei, penetapan calon, dan pengesahan pasangan calon.
(27)
1. Tahap Pendaftaran
Pada tahap ini PDI-P membuka pendaftaraan dengan mengumumkan di sejumlah melalui media massa lokal seperti Lampung Post, Radar Lampung, Lampung Express dan Fokus, serta melalui surat keputusan Rapat Koordinasi Kepala cabang-cabang untuk menginformasikan kepada warga masyarakat dan kader partai yang ingin mencalonkan diri. Waktu penngumuman adalah tanggal 16 s.d 18 September 2007.
Pendaftaraan bakal calon Gubernur dan wakil Gubernur Provinsi Lampung dari PDI perjuangan dilaksanakan oleh DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung di sekertariatnya pada tanggal 24 September s.d 5 Oktober 2007. Selama masa pendaftaran tersebut, terdapat 17 orang yang mendaftar sebagai bakal calon gubernur. Pada ketujuhbelas nama tersebut, tidak hanya kader partai saja yang mendaftar tetapi juga dari non kader dengan berbagai macam latar belakang pekerjaan. Berikut adalah tabel nama-nama bakal calon wakil gubernur:
Tabel 5
Nama-Nama Bakal Calon Wakil Gubernur yang Mendaftar
No No
Pendaf-Taran
Nama Lengkap
Lahir Etnis Pilihan KET.
1 01/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Diana Tejo Surowijoyo 14 Januari 1969 Jawa WA-GUB Non Kader 2 02/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Jumali Sungai Langka, 15 Mei 1959 Jawa WA-GUB Kader 3 03/PILHUB /DPD.12/IX 2007
Heri gajah B.Lmpung
, 9-09-959
Banten
WA-GUB
(28)
33 4 04/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Ashari Herman syah Teluk Betung, 6-11-1978 Lam pung WA-GUB Non Kader 5 07/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Yohana Tan Chi Chu 31 Januari 1957 Tiong hoa WA-GUB Non Kader 6 10/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Thomas Aziz Rizka, S.H, S.T Tj.Karang, 11 Januari 1961 Lam pung WA-GUB Non Kader/ Partai Demokrat 7 13/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Drs. Syafiuddin Suhaili Wonosobo 21-05-1960 Lam pung WA-GUB Non Kader 8 14/PILHUB /DPD.12/IX 2007 H. Heri Prambono, S.T Tj.Karang, 21 Juni 1961 Jawa WA-GUB Non Kader 9 16/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Mussadek Syaukat Tj.Karang, 19-09-1961 Lam pung WA-GUB Kader 10 17/PILHUB /DPD.12/IX 2007 M. Yusuf Kohar, S.E, M.M. Palemban g, 19-09-1951 Lam pung WA-GUB Non Kader 11 18/PILHUB /DPD.12/IX 2007
Ir MS Joko Umar Said, M.M Yogja karta, 11 April 1948 Jawa WA-GUB Non Kader 12 21/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Machyudin Gele Harun NST B.Lmpung , 9-11-1950 Lam pung WA-GUB Non Kader 13 22/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Suryono, SW Madiun, 1 April 1949 Jawa WA-GUB Non Kader 14 23/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Edi Suparta Raswadi putra, S.H Brebes, 24 Agustus 1951 Sunda WA-GUB Non Kader 15 24/PILHUB /DPD.12/IX 2007 H. Ahmad Komarudin, S.E Metro, 24 Desember 1965 Lam pung WA-GUB Non Kader 16 25/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Drs. H. Ahmad Barzan, M.M Lampung Barat, 2 Mei 1957 Lam pung WA-GUB Non Kader 17 26/PILHUB /DPD.12/IX 2007 Ketut Irawan, S.H Bali, 10 Oktober 1960 Bali WA-GUB Kader/Ketu a DPC PDI P Lampung Timur Sumber : DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Januari 2009
(29)
Dari ke 17 nama yang mendaftar sebagai bakal calon wakil gubernur, hanya terdapat 13 nama yang mengembalikan berkas pendaftaran dan melengkapi persyaratan. Adapun ke 13 nama tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Nama-Nama Bakal Calon Wakil Gubernur yang Mengembalikan Berkas
No. NAMA BAKAL CALON PEKERJAAN KLASIFIKASI
1. Diana Tejo Surowuoyo Wiraswsta Non Kader (warga
Masyarakat)
2. Jumali Wiraswsta Kader/Anggota
3. Yohana tan Chui Chu Wiraswsta Non Kader (warga
Masyarakat)
4. Drs. Syamlawi Lutfi Ning Swasta Non Kader (warga
Masyarakat)
5. H. Heri Prambono, S.T Jasa Konstruksi Non Kader (warga
Masyarakat)
6. Mussadek Syaukat Wiraswasta Kader/Anggota
7. M. Yusuf Kohar, S.E., M.M.
Swasta Non Kader (warga
Masyarakat) 8. Ir. MS joko Umar Said,
M.M.
PNS Non Kader (warga
Masyarakat)
9. Suryono, SW PNS Non Kader (warga
Masyarakat) 10. Edi Suparta Raswadiputra,
S.H.
Advokat Non Kader (warga
Masyarakat)
11. H. Ahmad Komarudin, S.E Wiraswasta Non Kader (warga
Masyarakat) 12. Drs. H. Ahmad Barzan,
M.M
PNS Non Kader (warga
Masyarakat)
13. Ketut Erawan, S.H. Ketua DPRD
Lampung Timur
Kader/Anggota, Ketua DPC PDI Perjuangan Lampung Timur
(30)
35
2. Tahap Verifikasi
Verifikasi adalah penelitian terhadap seluruh kelengkapan persyaratan calon gubernur dan wakil gubernur, berdasarkan ketentuan Undang-undang RI Tahun 2004 dan Peraturan Partai yang dilakukan oleh Tim verifiksi yang dibentuk oleh DPP dan DPD Partai. DPP PDI perjuangan telah membentuk Tim verifiksi yang tertuang dalam surat DPP PDI Perjuangan No. 1672/IN/DPP/XI/2007 pada tanggal 5 November 2007 dengan personal : H. Dudhie Makmun Murod, MBA (Ketua DPP PDI Perjuangan) dan Ir Agnita Singedekane Irsal (Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan). Kemudian pada rapat pleno DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung ditetapkan lagi Tim verifikasi dari unsur DPD partai sebanyak 3 orang, yaitu : Sahzan Syafri, S.H, M.M (Wakil Ketua Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu), Mingrum Gumay, S.H (Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi), dan Palgunasi, S.T.P (Wakil Sekretaris Bidang Internal ).
Pelaksanaan verifikasi berkas persyaratan pada awalnya dilakukan pada tanggal 17 s.d 24 Oktober 2007. Akan tetapi hingga tanggal 31 Oktober 2007 DPP belum memutuskan Tim Verifikasi. Selain itu yang menjadi kendala dalam pelaksanaan verifikasi berkas persyaratan adalah adanya kegiatan kampanye Bupati di Kabupaten Lampung Barat dan Tulang Bawang pada saat yang bersamaan. Sehingga pelaksanaan verifikasi baru diputuskan dalam rapat pleno DPD PDI perjuangan Provinsi Lampung yang dilakukan pada tanggal 13 s.d 16 November 2007.
(31)
3. Tahap Rakerdasus
Tahap Rakerdasus bertujuan untuk menentukan calon-calon yang memenuhi syarat secara internal partai. Peserta yang ikut memilih calon gubernur pada saat rakerdasus adalah pengurus DPD, Pengurus DPC kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung serta ketua, sekretaris/pengurus kecamatan yang ada di Provinsi Lampung. Jumlah peserta yang ikut memilih pada saat Rakerdasus sekitar 592 orang. Tahap Rakerdasus ini meloloskan 11 nama bakal calon wakil gubernur, yaitu Diana Tejo Surowijoto (non kader), Jumali (kader), Yohana Tan Chui Chu (non kader), Heri Prambono (kader), M. Yusuf Kohar (non kader), M.S Joko Umar said (non kader), Suryono S.W (non kader), H. Ahmad Komarudin (non kader), H. Ahmad Barzan (non kader), Samlawi Lutfi Ning (non kader) dan Ketut erawan (kader)
Setiap calon menyampaikan visi dan misinya secara lisan, kemudian peserta melakukan pemilihan calon yang dianggap pantas menjadi calon pemimpin. Pemilihan calon ini dilakukan dengan sistem vooting (pemungutan) suara. Nama-nama calon yang lulus dari hasil Rakerdasus diusulkan ke DPP partai.
4. Tahap Survei
DPP mempunyai kewenangan melakukan survei calon-calon yang lolos verifikasi dan rakerdasus untuk dilakukan survei uji masyarakat langsung seperti popularitas dan dukungan calon-calon. Survei dilakukan oleh lembaga independen yaitu LSI. Survei dilakukan dalam beberapa tahap, yang pertama survei dilakukan terhadap nama-nama yang mendaftar di PDI perjuangan utnuk dilihat popularitasnya di mata masyarakat. Kemudian tiga nama yang
(32)
37
memperoleh nilai persentase terbesar di survei ulang untuk melihat nama siapa yang paling pantas mendampingi Sjahroedin ZP. Hasil survei tersebut menyebutkan 3 nama yang dianggap pantas sebagai wakil gubernur untuk mendampingi Sjahroedin ZP adalah Joko Umar Said, Heri Suliyanto dan Suryono SW. Pada survei tersebut Joko Umar Said mendapatkan 15,8% suara, Heri Suliyanto mendapatkan 6,2% suara, Suryono SW mendapatkan 5,0% suara sedangkan sebanyak 72,9% menyatakan tidak tahu, rahasia dan belum memutuskan. Hasil dari survei tersebut dapat dilihat pada gambar
Gambar 1
Hasil Survei Terhadap 3 Nama Yang Dianggap Paling Pantas Sebagai Wakil Gubernur Mendampingi Sjachroedin ZP
Sumber : DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Januari 2009.
5. Tahap Penetapan Calon
Setelah dilakukan survei, DPP memutuskan siapa yang ditetapkan menjadi calon gubernur atau wakil gubernur berdasarkan parameter-parameter dari hasil verifikasi, hasil Rakerdasus dan hasil survei. Setelah diputuskan siapa bakal calon gubernur yang terpilih, DPP melakukan penetapan calon. Untuk calon wakil gubernur DPP merekomendasikan kepada DPD bahwa kepada calon gubernur terpilih diberi hak untuk memilih pasangannya dengan berkonsultasi kepada DPD secara kelembagaan dan dilaporkan kepada DPP.
15.8%
6.2% 5.0%
72.9%
Djoko Umar Said Heri Suliyanto Suryono SW Tidak Tahu /Rahasia / Belum
(33)
Setelah melalui tahap Rakerdasus dan dibantu oleh tahap survei, DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung merekomendasikan satu nama kepada DPP PDI Perjuangan di Jakarta yaitu Bapak Joko Umar Said untuk mendampingi Bapak Sjahroedin Z.P sebagai Calon Wakil Kepala Daerah.
Menurut Sahzan Syafri, S.H., M.H. yang merupakan Wakil Ketua Bidang Politik Dan Pemenangan Pemilu DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung ada dua faktor internal yang mendasari terpilihnya Joko Umar Said Calon Wakil Kepala Daerah. Yang pertama, Lampung merupakan propinsi yang mengandalkan sektor pertanian sehingga dipilih calon pendamping Sjachroedin ZP yang mengandalkan sektor pertanian sehingga dipilih calon pendamping Sjachroedin ZP yang menguasai bidang tersebut. Yang kedua, Track record atau latar belakang pak Joko baik prilaku, cara maupun sikap beliau yang konsisten.
Menurut Menurut P.Gultom yang merupakan wakil ketua bidang sumber daya DPP PDI Perjuangan Provinsi Lampung yang mendasari terpilihnya Joko Umar Said sebagai calon wakil kepala daerah adalah Joko dinilai sebagai salah satu pejabat yang paling bersih. Di dalam semua pelaksanaan tugasnya, PDI Perjuangan melihat Joko merupakan orang yang jujur dan memiliki perhatian yang cukup besar kepada masyarakat petani.
6. Tahap Pengesahan Calon
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dari PDI Perjuangan Terpilih disahkan oleh DPP untuk selanjutnya mendaftarkan diri di KPU Provinsi Lampung. Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung oleh PDI-Perjuangan yaitu Sjahroedin ZP-Joko Umar Said.
(34)
39
B. Politisasi Etnis : Strategi Perolehan Suara PDI Perjuangan
Etnis sebagai instrumen politik yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi massa memang dapat mendorong terjadinya fragmentasi di masyarakat, namun ketika berbicara permasalahan strategi politik, tentunya setiap partai melihat segala kemungkinan agar dapat mengakomodasi apa yang menjadi orientasi pemilih dalam memilih wakil kepala daerahnya, termasuk pula pada isu etnisitas.
Menurut Palgunadi selaku Wakil Sekretaris Bidang Internal DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung di masyarakat masih memiliki kecendrungan untuk memilih kepala daerah ataupun wakil kepala daerah berdasarkan kesamaan etnis. Sehingga secara politis akan lebih menguntungkan bagi PDI Perjuangan apabila memasangkan pasangan yang berasal dari etnis mayoritas di Provinsi tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh P. Gultom selaku Wakil Ketua Bidang Sumber Daya DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung. Beliau mengungkapkan realitas di lapangan menunjukkan dalam menentukan pilihan politik, masyarakat pemilih masih menginginkan sosok yang memiliki kesamaan dengan pemilih, misalnya kesamaan etnis. Karena dengan adanya kesamaan tersebut masyarakat pemilih akan lebih merasa tersalurkan aspirasinya.
Penyandingan pasangan Sjahroedin-Joko merupakan kondisi dimana pasangan tersebut mewakili dua etnis terbesar di Provinsi Lampung. Di mana dalam perekrutan wakil kepala daerah faktor etnis diperhatikan. Suwondo mengatakan:
“....Sjahroedin pernah mengatakan bahwa dia menginginkan Jawa untuk mendampingi beliau. Pada waktu itu saya diminta oleh Pak Sjahroedin untuk menghubungi Pak Soeharto dan Pak Muhajir. Saya sudah
(35)
menghubungi Pak Soeharto dan untuk Pak Muhajir saya menyatakan tidak sepakat karena akan benturan jika berdua berpasangan. Tetapi kemudian Pak Soeharto menyatakan menolak akhirnya dia nyari yang laen baru kemudian muncul nama-nama baru seperti Pak Joko Umar Said, Suryono dan lain-lain....”
Dari pernyataan di simpulkan bahwa di dalam merekrut calon wakil kepala daerah PDI Perjuangan memperhatikan aspek etnis. Di mana nama-nama yang dipilih untuk mendampingi Sjahroedin adalah etnis Jawa. Nama Joko Umar Said sendiri terpilih setelah melalui beberapa tahap seleksi seperti verifikasi dan Rakerdasus dibantu dengan survei yang dilakukan oleh badan independentyaitu Lingkar Studi Indonesia (LSI). Hasil survei tersebut memperlihatkan bahwa Joko Umar Said memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi di banding kandidat calon wakil kepala daerah yang lain. Sehingga nama Joko Umar Said yang kemudian dipilih untuk menemani Sjachroedin.
Mingrum Gumay selaku Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPD PDI Perjuangan mengatakan :
“...PDI Perjuangan merupakan Partai Nasionalis yang tidak mempersoalkan suku, agama, ras dan ideologi dalam pemilihan seseorang untuk menempati jabatan-jabatan tertentu. Akan tetapi PDI Perjuangan memperhatikan beberapa aspek antara lain kemajemukan (kebhinekaan), kearifan lokal, dan suasana kebatinan rakyat…”
Dari pernyataan Mingrum Gumay dapat diketahui bahwa PDI Perjuangan adalah partai yang berbasis Nasionalis dimana dalam merekrut orang-orang untuk menempati jabatan-jabatan publik tidak mempersoalkan suku, agama, ras, dan ideologi dari calon. Akan tetapi PDI Perjuangan memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti, kemajemukan (kebhinekaan), kearifan lokal dan suasana kebatinan rakyat.
(36)
41
Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda yang membentuk Negara Kesatuan Rebublik Indonesia. Hal inilah yang disebut dengan kemajemukan. Suku-suku bangsa tersebut menempati wilayah-wilayah dengan kultur budaya yang berbeda-beda sehingga masyarakat di wilayah-wilayah yang satu memiliki keinginan atau kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat di wilayah lainnya. Keinginan dan kebutuhan itu biasanya disesuaikan dengan kondisi sosiologis dan antropologis akar budaya setempat. Hal inilah yang disebut dengan kearifan lokal.
Suasana kebatinan rakyat adalah suatu keadaan dimana keinginan rakyat menjadi penting. Sebuah kebijakan dibuat atau diambil dengan memperhatikan keinginan rakyat apakah akan menimbulkan resistensi konflik atau tidak dengan rakyat secara krusial. Dalam hal perekrutan untuk wakil kepala daerah PDI Perjuangan melihat bahwa masyarakat menginginkan calon kepala daerah dan wakilnya merupakan gabungan dari dua etnis terbesar (Jawa-Lampung) sehingga kemudian PDI Perjuangan mencari Etnis Jawa untuk mendampingi Pak Sjahroedin yang kebetulan sudah beretnis Lampung.
Pertimbangan etnis dalam perekrutan calon wakil kepala daerah yang dilakukan oleh PDI Perjuangan memperlihatkan bahwa telah terjadi politisasi etnis. dalam proses rekrutmen pertimbangan etnis menjadi penting untuk mendongkrak perolehan suara dalam Pilkada. Para elite di PDI Perjuangan melihat bahwa di masyarakat faktor etnis masih diperhatikan sehingga perlu adanya upaya untuk memanfaatkan situsasi ini guna mendongkrak perolehan suara dalam Pilkada 2008. Untuk itu Sjahroedin selaku Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung
(37)
2005-2010 dan calon wakil kepala daerah dari PDI Perjuangan menginginkan orang yang beretnis Jawa untuk mendampinginya. Suwondo mengatakan:
“...secara de facto dia memperhatikan. Walaupun mungkin di luar jawaban dia tidak tetapi di dalem dia memperhatikan itu. Jadi ya pertimbangan-pertimbangan primordialisme itu masih ada, dengan tim-tim, orang-orang dekatnya itu masih dibicarakan. Tidak benar kalau dia bilang tidak ada, nyata nya ada itu pertimbangan-pertimbangan etnis. Secara ini...tidak salah kok, ini strategi...”
Pernyataan di atas menegaskan lagi bahwa memang di dalam perekrutan calon wakil kepala daerah yang dilakukan oleh PDI perjuangan mengandung usur politisasi etnis. Hal ini sesuai dengan teori pandangan instrumentalis dimana kaum instrumentalis memandang kesadaran etnis sebagai hasil manipulasi dan mobilisasi politik elit yang berkuasa atau dalam pemahaman sederhana etnis adalah bentukan atau produk wacana politik elit yang berkuasa (Kinasih, 2005).
(38)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesamaan etnis merupakan salah satu faktor yang dijadikan komoditi perolehan suara dalam Pilkada Lampung 2008. Studi yang dilakukan Marzena Kisielowska Lipman menemukan telah terjadi kebangkitan etnis di Eropa tengah dan Eropa tengah, hal ini pun terjadi pada Pilkada Lampung dimana dari ke tujuh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah merepresentasikan dua etnis terbesar di provinsi Lampung yakni Etnis Jawa dan Etnis Lampung.
Rekrutmen calon wakil kepala daerah yang terjadi di tubuh PDI Perjuangan dilakukan sesuai dengan mekanisme partai yaitu tahap penjaringan, verifikasi, RAKERDASUS, dan tahap survei. Dari ke empat tahap tersebut dapat dilihat bahwa dalam perekrutan Joko Umar Said sebagai calon wakil kepala daerah terdapat unsur pemanfaatan etnis atau politisasi Etnis. Hal ini didasarkan pada pernyataan Sjahroedin selaku Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung 2005-2010 dan calon wakil kepala daerah dari PDI Perjuangan bahwa dia menginginkan Jawa untuk mendampinginya dalam Pilkada.
(39)
B. Saran
1. Elite politik hendaknya lebih melihat aspek kualitas, visi misi serta program seseorang daripada etnis di dalam perekrutan jabatan-jabatan publik.
2. Masyarakat hendaknya juga melihat aspek kualitas, visi misi serta program seseorang daripada etnis dalam memilih sehingga akan mengurangi resiko konflik etnis.
3. Perlu dibuat penelitian lebih lanjut untuk melihat perilaku pemilih, apakah masyarakat memilih berdasarkan etnis atau hal yang lainnya.
(40)
DAFTAR PUSTAKA
Kinasih, Ayu Windy. 2005. Identitas Etnis Tionghoa di Kota Solo. Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik; Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur.PT. LKiS Pelangi Aksara. Yogyakarta.
Maryanah, Tabah. 2007. Politisasi Etnis; Strategi Politik Etnis Lampung Memanfaatkan Liberalisasi Politik di dalam Rekruitmen Jabatan Publik di Provinsi Lampung Tahun 1999-2007. Tesis. Program Studi Ilmu Politik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Miles, Matthew dan A. Michael Huberman. 1992.Analisa Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru.UI Press. Jakarta. 156 hlm.
Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Nawawi, Hadari. 1991.Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 2005.Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Suryadinata, Leo, dkk. 2003.Penduduk Indonesia ; Etnis dan Agama Dalam Era Perubahan Politik. LP3ES. Jakarta
Yin, Robert K. 2005. Studi Kasus; Desain dan Metode. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Literatur Lainnya
Rakyat Lampung edisi 3 September 20008
Info Publik, Ekonomi Regional,Profil Lampung. www.bi.go.id. Diakses pada 28 April 2009.
(41)
Stiawan ZS, Isbedi. November 2008.Pilgub Jawa dan Impian Damai. http://isbedystiawanzs.blogspot.com. Diakses pada 28 April 2009.
Wibowo, I. Demokrasi untuk Indonesia?. www. Kompas.com. Diakses pada 22 Juni 2009.
(42)
HASIL WAWANCARA
(Jum’at, 9Januari 2009) I. Identitas Informan
1. Nama : Sahzan Syafri, S.H., M.H. 2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Umur : 43 tahun
4. Agama : Islam
5. Jabatan di PDIP : Wakil Ketua Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu 6. Pendidikan Terakhir : S 2
II. Hasil Wawancara
1. Apa yang melatar belakangi terpilihnya Joko Umar Said mendampingi Sjachroedin ZP sebagai Calon Wakil Kepala Daerah?
Jawab :
• Faktor Internal (Faktor yang ada di dalam diri Pak Joko) :
a) Kami melihat bahwa Lampung merupakan propinsi yang mengandalkan sektor pertanian sehingga dipilih calon pendamping Sjachroedin ZP yang menguasai bidang tersebut. Dari berbagai survei yang telah dilakukan baik dari partai sendiri maupun oleh lembaga survei (LSI) yang paling mempunyai peluang adalah Joko Umar Said, dikarenakantrackrecordbeliau yang telah lama menggeluti bidang ini. Dengan telah lamanya Pak Joko menggeluti bidang ini maka beliau telah memiliki basis massa yang cukup.
b) Trackrecord atau latar belakang Pak Joko baik prilaku, cara maupun sikap beliau yang inskonsisten, tidak memiliki kasus baik keuangan maupun moral.
• Faktor Eksternal :
Dukungan dari partai (PDI Perjuangan)
2. Kritera-kriteria apa saja yang harus dimiliki oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dari PDI P? Jawab :
Kriteria atau persyaratan-persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah (gubernur dan wakil gubernur) sesuai dengan SK No. 428/DPP/KPTS/XII/2004.
Kriteria-kriteria tersebut pada dasarnya Kepercayaan partai terhadap seseorang untuk bisa membawa 2 misi partai, yaitu :
a. Misi partai b. Misi negara
3. Siapasajakah kandidat calon wakil kepala daerah selain Pak Joko Umar Said? Jawab :
Kandidat tersebut pada awalnya terdiri dari 17 nama, akan tetapi setelah melalui tahap verifikasi terdapat 13 nama. Nama-nama tersebut adalah Diana Tejo Surowuoyo, Jumali, Yohana tan Chui Chu, Drs. Syamlawi Lutfi Ning, H. Heri Prambono, S.T, Mussadek Syaukat, M. Yusuf Kohar, S.E., M.M., Ir. MS joko Umar Said, M.M., Suryono, SW, Edi Suparta Raswadiputra, S.H., H. Ahmad Komarudin, S.E, Drs. H. Ahmad Barzan, M.M, Ketut Erawan, S.H. Pada tahap survei yang dilakukan pada 3 nama, nama Pak Joko menjadi nama yang dianggap paling pantas mendampingi Pak Sjachroedin. Nama itulah yang kemudian kita rekomendasikan kepada DPP sebagai kandidat wakil gubernur.
(43)
Di Seluruh wilayah Lampung. Di tiap daerah jumlah massa tidak ada yang telalu mendominasi ataupun terpuruk. Kisarannya mulai dari 14-28 %. Jika di rata-rata basis massa PDI P berada dikisaran 17%.
b. Dimana sajakah basis massa Pak Joko Umar Said Dan dari kalangan mana saja? Jawab :
Lampung Selatan, Lampung Tengah, Tanggamus, Lampung Utara (Way kanan). Mereka berasal dari kalangan petani karena Pak Joko adalah Ketua Perhimpunan Penyuluh Pertanian (Perhiptani) Provinsi Lampung.
5. Langkah-langkah apa saja yang ditempuh sehingga perolehan suara PDI Perjuangan mendominasi di semua daerah?
Jawab :
1. Rencana dan analisa. Berdasarkan analisa kami bahwa pasangan adalah figur yang bisa dipasarkan. Program-program dari pasangan tersebut sudah banyak yang terealisasi diantaranya menara siger, keberhasilan bidang pertanian dengan tercapainya swasembada beras, program umroh.
2. Strategi politik, bagaimana cara memecah suara masyarakat. PDI hanya sendiri saja mengusung pasangan Sjachroedin ZP- Joko Umar Said dengan tujuan agar jumlah pasangan yang akan bertarung pada Pilkada banyak dan kemungkinan suara pemilih terpecah akan semakin besar.
3. Program (visi misi pasangan yang disampaikan pada saat kampanye, baik melalui partai maupun tim eksternal). Pak Sjachroedin lebih pada komitmen yang kuat untuk membangun Pemerintahan.
6. Apa Pendapat Bapak mengenai Kombinasi Etnis Jawa-lampung, Lampung Jawa pada pasangan Cagub dan Cawagub Pilkada yang lalu?
Jawab :
Sejak era Orde baru berakhir tidak ada lagi dikotomi etnis, memilih berdasarkan etnis sudah dianggap basi oleh masyarakat. Hal yang dilihat masyarakat adalah figur tersebut bisa dipercaya atau tidak, memiliki kedekatan emosional dengan pemilih.
Kami tidak melihat bahwa etnisitas pasangan-pasangan cagub dan cawagub pada Pilkada yang lalu sebagai sebuah kekuatan, tetapi kami melihat partai politik yang mengusungnya.
(44)
HASIL WAWANCARA (Selasa, 21 April 2009) I. Identitas Informan
1. Nama : P. Gultom
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Umur : 69 Tahun
4. Jabatan : Wakil Ketua Bidang Sumber Daya DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung. 5. Pendidikan Terakhir : PG SLP (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama)
II. Hasil Wawancara :
1. Apa yang melatar belakangi terpilihnya Joko Umar said mendampingi Sjachroedin ZP sebagai Calon Wakil Kepala Daerah?
Jawab :
Pertama Pak Joko itu menurut penilaian kita salah satu pejabat yang paling bersih. Kita mengatakan dia paling bersih begini dong, dia pernah kepala dinas pertanian, pernah asisten dua, pernah sekda provinsi, pernah pejabat pelaksana tugas walikota metro, semua ini sebenarnya memberi peluang untuk dia katakanlah jadi kaya tapi trernyata enggak, itu indikatornya ya. Jadi di dalam semua pelaksanaan tugasnya, di dalam semua job nya itu kita melihat dia orangnya jujur, dan perhatiannya kepada masyarakat petani itu cukup besar itu yang kita lihat karena pada awalnya karirnya itu dari penyuluh pertanian. Ketika kita tanya modal, PDI kan mencalonkan seseorang kita harus tau dong berapa modalnya, ketika kita tanya modal dari semua calon yang mengajukan dirinya kepada kita, Joko Umar Said modalnya paling kecil. Itu melengkapi penilaian kita dia orangnya jujur.
2. Kritera-kriteria apa saja yang harus dimiliki oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dari PDI P? Jawab :
Pertama, dia harus berwatak dan berwawasan kerakyatan. Jadi dia harus berpihak pada rakyat itu intinya. Karena demokrasi yang mau kita bangun itu demokrasi kerakyatan. Itu aja.
3. Apa pandangan bapak mengenai komposisi Pilgub kemarin Lampung-Jawa Jawa-Lampung? Jawab :
Begini, sebenarnya secara ideologi nasional itu tidak boleh menjadi dasar pemikiran. Tidak boleh. Tetapi bagaimanapun sebagai orang politik PDI Perjuangan harus melihat realitas di lapangan. Yang kita inginkan tidak lagi diperbincangkan soal kesukuan tetapi kita sadar di lapangan itu masih berpengaruh. Sehingga apa…masyarakat akan merasa tersalur aspirasinya apabila ada aspirasi seperti itu. Gitu. Jadi bukan dasar ideologis. Dasar praktislah, karena kebutuhan realitas di lapangan.
4. Jika yang menjadi dasar pemikiran pak Joko itu petaninya kuat, mengapa PDI Perjuangan tidak mencari Figur Lampung yangbasicnya juga kuat di pertanian?
Jawab :
Itu salah satu ya. Jadi, yang punya basic pertanian tapi tentu masih ada kepentingan lain. Ada banyak masalah yang harus dihadapi pemerintah di dalam melaksanakan pembangunan Lampung, misalnya sudah lama loh Lampung tidak pernah beres jadi kita butuh figur gubernur yang kuat. Sjachroedin cocok ke situ sehingga setelah kombinasi ini kita temukan kita tidak lagi mencari-cari yang lain. Karena kita lihat sudah klop. Pembangunan tidak mungkin dilaksanakan tanpa keamanan. Kita tidak lagi mencari-cari mana orang Lampung yang pertanian karena kita sudah punya Joko. Jadi tidak harus, karena melihat realitas di lapangan itu tadi ya, mencari-cari orang manapun itu, Batak, Palembang, Lampung.
(45)
Pertama kita jelaskan bahwa gubernur itu adalah kebutuhan masyarakat. Jadi ada kepentingan masyarakat di situ. Lalu kepentingan masyarakat ini kan banyak, lalu kita jelaskan calon kita ini wataknya begini, sifatnya bagini, kemampuannya begini, basis keilmuannya begini, pengalamannya begini, sehingga dengan demikian masyarakat melihat bahwa calon kita itu katakanlah lebih menjawab kebutuhannya.
(46)
HASIL WAWANCARA (Rabu, 7 Oktober 2009) I. Identitas Informan
Nama : Palgunadi STP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan di PDI : Wakil Sekretaris Bidang Internal Pendidikan terakhir : S1 (sarjana Teknologi Pertanian) II. Hasil Wawancara :
Penanya : Bagaimana Proses rekrutmen PDI perjuangan untuk calon wakil kepala (P) Daerahdalam Pilkada lampung 2008 ?
Informan :Dulu kamu pernah nanya belum sih?, belum ya?? Belum pernah ketemu
(I) ya?ehm, Soalnya saya sudah jawab banyak bener otang. Jadi, kalo Di PDI Perjuangan itu ada proses yang namanya penjaringan, terus nanti penyaringan, terus penetapan ya, ada tiga tahap ya. Penjaringan itu dilakukan oleh struktural partai di tingkat daerah, Provinsi. Karena ini wakil Gubernur ya tingkat provinsi. Jadi penjaringan itu dilakukan dengan si calon yang berminat itu mendaftar kepada partai, kepada partai, kemudian ada biodata, masuk data dia trus apa dia mau mendaftar sebagai calon atau wakil gubernur gitu ya itu daftar, kemudian setelah terkumpul pendaftar berapa orang itu kita masuklah namanya proses penyaringan, penjaringan itu pendaftaran ya kelengkapan berkas itu namanya penjaringan. Terus yang kedua itu penyaringan, nah penyaringan ini kita ada dua ini, dua tahap yang pertama penyaringan secara administrasi, yang kedua penyaringan pakai survei, dan ini dua-duanya kita lakukan, yang administratif itu, eh visi misi segala macem itu ditanya diwawancarai kemudian dia ceritakan secara global kepada partai, ada tim khusus partai yang menerima itu, kemudia ada juga survei, survei itu dilakukan independen oleh lembaga independen waktu itu kita pakai LSI ya. Survei jadi popularitas calon-calon, semua calon-calon Gubernur maupun calon wakil Gubernur di masyarakat. Kemudian versinya penyaringan secara administratif visi misi dan penyaringan lewat survei itu di gabungkan digodok oleh partai, kemudian kita mengerucutkan dari banyak calon yang mendaftar itu menjadi hanya tinggal dua, dua calon wakil gubernur, ini wagub ya, wagub ya, wagub, dua calon wakil gubernur yang kemudian kita kirimkan kepada Dewan Pimpinan Pusat Partai.
P :Dua nama itu siapa tuh pak?
I :Dua nama itu Pak Joko. Oh waktu itu masih empat malahan tapi akhirnya yang kita kirim satu waktu Pak Joko itu. Hmm waktu itu banyak sih ada, lupa sih saya ada pak Joko
P: Setahu saya nama terakhir katanya yang dipanggil itu pak, dipanggil oleh pak Sjahroedin itu kan ada Pak Sartono, Pak Herry Suliyanto, Pak Joko Umar Said sama satu lagi Pak Suwondo ya pak, bener? I : Hmm..Waktu itu yang ke Jakarta Cuma Pak Joko, he eh. Sebetulnya dengan Pak Herry Suliyanto,
sebetulnya dengan Pak Herry Sulianto. Tapi Pak Herry Suliyanto belakangan dia mundur dia ikut mendaftar di partai lain gitu kan, kalo dengan demikian dia mendaftar ke partai lain maka yang dari PDI kita batalkan seperti itu gitu loh.
P : Jadi akhirnya hanya satu nama itu yang diambil? I : Satu nama yang ke Jakarta, pak..
P : Dengan pertimbangan bahwa Pak Herry mengundurkan diri?
(47)
elektabilitasnya keterpilihannya juga pak Joko tinggil ya memang gak ada halangannya lah dari Pak Joko itu. Itu terus kemudian di tetapkanlah oleh, nah sampe tahap penetapan yang namanya oleh DPP ya, Dewan Pimpinan Pusat Partai waktu itu di tetapkan pak Joko dan Pak Sjahroedin seperti itu kira-kira itu umum sekali. Kali-kali ada pertanyaan yang khusus?
P : Yak kalo kemarin itu kan dari Pak Sahzan itu kan mengatakan bahwa memang aslinya pada SK No. 428 ya pak ya, nah itu kan ada beberapa tahap ya pak nah mungkin dari tahap-tahap itu kan saya ada yang merasa kurang jelas saya tanyakan lagi ke bapak ya.
Hmm..Dari tahap itu kan ada tahap pendaftaran ya waktu tadi bapak sudah sebutkan ya bahwa para calon yang ingin mendaftar itu mengajukan berkas lamaranlah gitu ke PDI, trus lalu yang kedua itu tahap verifikasi tadi, tahap penyaringan berkas lalu tahap rakerdasus. Tim verifikasi kan bapak ya? Nah dari PDI. Nah untuk tahap rakerdasus itu pak kan dari tahap verifikasi itu berapa nama pak yang lolos? I : Kalo verifikasi, berkas semua lolos ya, secara administratif semua lolos, semua memenuhi persyaratan
secara Undang-undang untuk menjadi calon Wagub.
P :Berarti dari orang-orang yang mengembalikan berkas itu kan terdapat 13 nama ya, 13 nama berarti itu lolos semua?
I :Ehm ya secara administrarif lolos, nah kemudian disaringnya ya di rakerdasus itu kan mengerucut. P :Dari tahap rakerdasus itu pak nana-nama yang lolos?
I :Tadi saya sebutkan ada ya ada pak Joko, Herry Suliyanto, Eddy Sutrisno waktu itu lolos juga. P : Saya masih bingung yang di tahap survei pak.
I : Survei gimana, gimana?
P :Datanya itu kan saya gak punya jadi kan. Saya melihat berapa calon dan berapa peta kekuatan. Soalnya, apa kemarin itu kok nampaknya saya hanya mendapat data bahwa ada tiga nama, ada tiga nama yang diajukan ke masyarakat siapa yang paling banyak dipilih gitu. Sedangkan kan kalo untuk melihat ini kan semua nama, semua nama yang kira-kira semua nama masyarakat memilih yang kira-kira paling banyak muncul gitu kan pak?
I : Hanya nama-nama yang daftar di PDI dong mbak, yang kita survei hanya nama-nama yang daftar ke PDI Perjuangan karena tim surveinya kan kita kerjasama dengan LSI terus kita minta tolong yang calon-calon kita aja yang daftar yang tidak daftar ya enggak.
P : Artinya Pak, Bener tidak Hasil survei yang saya dapat ini? (sambil menunjukan)
I : Iya, tapi ini masih ada apa namanya ya. Ini bukan data popularitas. Tapi ini data calon wagub yang paling pantas mendampingi Sjachroedin gitu kan. Jadi kalo popularitas itu kan ya 13 nama itu semua punya persentase popularitas, si ini berapa, si ini berapa itu punya.
P :Kalo itu bisa diminta?
I : Ga bisa, ga bisa, itu rahasia partai tapi untuk informasi tertinggi memang Pak joko. P : Artinya memang dari PDI sendiri sudah merekomendasikan 3 nama ini untuk disurvei? I :ini kan yang yang persentasenya di atas 5 % itu cuma 3 nama ini
P :3 nama ini kemudian disurvei ulang?
I : 3 nama ini yang dianggap paling pantas gitu lho. Jadi seperti itu lho karena kalau popularitasnya itu dibawah 1 % ya gimana sama kita kira-kira begitu, buang-buang ene6rgi lah gitu
P :Kira-kira kriteria apa sih pak yang harus dimiliki oleh calon wagub dari PDIP?
I : Ini kriteria khusus ya berarti ya, kalau kriteria umum adalah kriteria yang memenuhi persyaratan perundangan terus eh...kriteria khusus itu dia punya komitmen dengan PDI perjuangan itu jelas ya, terus dia punya elektabilitas tinggi. Nah komitmen dengan PDI perjuangan itu seperti apa itu ada yang namanya Sapta Prasetya PDI Perjuangan. Sapta Prasetya PDI Perjuangan itu adalah program-program yang harus didukung oleh eksekutif yang dari PDI perjuangan jadi pendidikan murah, kesehatan murah apa.. seperti itu lah.
(48)
P :Lalu pak, yang melatarbelakangi terpilihnya Pak Joko sebagai pendampingnya Pak Sjachroedin?
I : Ya tadi, yang pertama elektabilitasnya tinggi sebagai calon wagub ya. Terus yang ke dua ada sih komitmen dia dengan PDI Perjuangan yang ga boleh kita ungkapkan ya. Kesepakatan-kesepakatan dengan PDI Perjuangan itu dia menyetujui itu terus yang ke tiga ya dia memenuhi persyaratan. Sebetulnya kalo mau intinya itu ya di elektabilitas sama komitmen dengan partai. Kenapa ke dia gitu. P : Selanjutnya pak, pada pilkada lalu PDI perjuangan kan memilih untuk tidak melakukan koalisi dengan
partai-partai yang lain, apa alasannya Pak?
I : Yang pertama PDI Perjuangan cukup persentasenya untuk mencalonkan calon pasangan calon sendiri terus yang ke dua memang dari perhitungan dari perhitungan kita dari predikasi terus survei segala macem itu memang ada pendapat mengatakan sebaiknya PDI Perjuangan mencalonkan sendiri. kalo mencalonkan sendiri ini kita tidak berharap ya misalnya nanti terjadi halangan tetap baik untuk gubernur maupun wakil gubernurnya maka yang akan menggantikannya ya dari PDI Perjuangan. Undang-Undang kan yang mengatur, tapi kalo misalnya nanti kita koalisi kita misalnya nanti ada halangan tetap baik gubernur maupun wakil gubernur maka yang menggantikannya adalah harus apa namanya dari partai koalisi bisa PDI perjuangan bisa yang lain sehingga kita memutuskan mencalonkan sendiri tetapi kita menggalang partai-partai lain sebagai partai pendukung bukan partai koalisi. Partai pendukung itu ada tujuh atau delappan partai diajak bergabung untuk mendukung pasangan Oedin-Joko.
P :Basis massa dari PDI perjuangan itu Pak kira-kira di daerah mana saja Pak?
I :Dalam hal pemilihan gubernur, dalam hal pemilihan gubernur hampir semua basis itu Pak Joko dan Pak Oedin, ini kan Pilgub ya ya itu jadi Pak Sjachroedin itu basisnya hampir merata di seluruh kabupaten. Pak Joko itu punya basis di kebupaten-kabupaten yang pertaniannya menonjol Lampung barat, Lampung Timur, Lampung Tengah, eh.. apa lagi ya, Way Kanan, Pokoknya di mana daerah-daerah pertaniannya itu menonjol Pak Joko basisnya disitu tapi kalo Pak Sjachroedin hampir merata semua daerah tingkat dua. Ini Pilgub ya kalo PDI Perjuangan basisnya ga seperti itu.
P : Jika melihat dari nama-nama calon terakhir Pak, Kenapa sih Pak memilih orang Jawa gitu Pak apa hanya kebetulan saja atau punya pendapat lain Pak?
I : Kalo suku sih memang jadi pertimbangan politis ya tapi bukan pertimbangan-pertimbangan tekhnis jadi pertimbangan politis itu eh...bisa memperkuat bisa juga menghambat kalo salah tapi kalo misalnya Jawa kita ada Pak Suryono juga Jawa juga ada Pak Herry Suliyanto juga Jawa gitu. Nah kebetulan dari hasil survei yang Jawa-Jawa itu peringkat nya agak di atas wakil gubernurnya
P : Artinya mengakui tidak Pak dalam masyarakat masih terpola apa namanya kesamaan suku, kita pilih saja yang sama sukunya saja?
I :di masyarakat masih, masih. P : Kalo bapak sendiri?
I : Kalo saya enggak ya, tapi kalo masyarakat umumnya iya. Kalo saya jujur saya melihat kualitas, kualitas orang entah dia sukunya apa
P :Kalo bapak melihatnya ke masyarakat luas masih berpengaruh? I :Sangat berpengaruh sekarang ini masihan.
P : Dari PDI sendiri pernah berfikir bahwa dengan melihat realitas itu bahwa kan masyarakat rata-rata masih berfikir tentang suku/primordial gitu lalu apakah PDI merancang memasangkan Jawa-Lampung? I : Itu tadi saya bilang secara politis lebih menguntungkan seperti itu. Jadi menguntungkan bahwa kita
memasangkan calon yang berbeda suku yang salah satunya Jawa. Nah kebetulan kita mempunyai calon Gubernur yang bersuku Lampung maka kebetulan lagi Pak Jokonya tertinggi dari Survei dan sukunya Jawa. Kalo misalnya yang tertinggi itu sukunya Lampung terus yang peringkat ke dua itu sukunya jawa tapi jauh sekali apa namanya persentase elektabilitas kita akan memilih yang Lampung karna kita ingin menang gitu kan, tetapi kalo misalnya sama-sama Lampung-Jawa itu tingkat elektabilitasnya sama kita akan pilih yang Jawa untuk pasangan dengan Pak Sjachroedin. Dengan kualitas yang sama kita akan memilih yang Jawa untuk mendampingi Pak Sjachroedin kebetulan sukunya sudah Lampung gitu. Ya karna kita ini mendengar juga aspirasi dari bawah ini Pak Sjachroedin sudah Lampung ini wakilnya Jawa permintaan dari masyarakat termasuk internal PDI Perjuangan juga seperti itu. Ini Lampung soalnya tapi sebagian besar orang Jawa
(49)
(50)
HASIL WAWANCARA (Senin, 21 Oktober 2009) I. Identitas Informan
Nama : Mingrum Gumay S.H, M.H. Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 44 Tahun
Jabatan di PDI Perjuangan : Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi Pendidikan Terakhir : S2
II. Hasil Wawancara :
Penanya : Bagaimana proses rekrutmen untuk calon wakil kepala daerah di PDI (P) Perjuangan pada Pilkada yang lalu?
Informan : Jadi saya jelaskan secara umum saja, rekrutmen calon itu tidak hanya wakil
(I) saja tetapi rekrutmen calon gubernur maupun wakil gubernur itu yang pertama adalah memenuhi syarat yang diatur oleh Undang-Undang. Jadi dia satu paket tidak hanya untuk wakil gubernur saja atau untuk gubernur saja tapi calon gubernur dan wakil gubernur. Nah yang pertama dia harus memenuhi syarat Undang-Undang syarat diantaranya adalah minimal pendidikan SLTA, yang kedua minimal usia 30 Tahun, tidak pernah kena tindak pidana kriminal yang ancamannya di atas 5 tahun, yang kemudian berbadan sehat, bagi anggota pegawai negeri sipil, TNI/Polri jadi dia harus mendapat izin atasannya, yang kemudian diantaranya itu melampirkan daftar harta kekayaannya, yang kemudian ada keterangan tidak pernah eh tidak mempunyai hutang/keterangan tidak berhutang. Jadi itu kira-kira garis besarnya. Terus kalo dia masih menjabat sebagai gubernur atau wakil gubernur ada keterangan cuti atau mengundurkan diri. Itu syaratnya kira-kira.
Bagaimana yang internal di PDI Perjuangan, yang internal yang pertama dia mendaftarkan diri dan telah memenuhi syarat Undang-Undang tadi dan bagi anggota PDI Perjuangan selain dia harus melampirkan KTP dia harus melampirkan Kartu Anggota.
P : Itu kan tadi mengenai syarat-syaratnya Pak, lalu bagaimana proses nya sendiri?
I : Setelah dia memenuhi syarat ini oke, ini harus dipenuhi dia baru dilengkapi dengan syarat-syarat internal PDI Perjuangan ya karena PDI Perjuangan itu menempatkan hukum sebagai posisi tertinggi gitu oke. Kemudian SK DPP PDI Perjuangan No. 428/DPP/20008 tentang petunjuk pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Jadi setelah mereke memenuhi syarat sebagaimana Undang-Undang, syarat internal PDI perjuangan juga sudah ini dia ikut proses yang namanya tim seleksi jadi diseleksi secara administrative oleh tim seleksi. Tim seleksi untuk gubernur dan wakil gubernur itu terdiri dari 3 unsur Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Provinsi Lampung dan 2 orang dari DPP PDI Perjuangan. Nah setelah memenuhi syarat seleksi berupa syarat administratif maupun syarat baru tahapan berikutnya adalah akan diproses dalam Rapat Kerja dDaerah Khusus DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung. Peserta Rakerdasus terdiri dari 11 Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan se Provinsi Lampung guna mengusulkan nama-nama calon gubernur dan wakil gubernur berdasarkan hasil penjaringan dari pengurus tingkat anak cabang (Kecamatan) maupun pengurus tingkat kelurahan/ranting. Yang kemudian selain ini diumumkan di media massa para calon-calon ini akan di survei menggunakan lembaga survei independen gitu lho calon-calon dimaksud yang mendaftar tadi. Yang kemudian akan diverifikasi kembali oleh Dewan ,Pimpinan Pusat Partai, jadi dia ribet prosesnya. Jadi ada verifikasi kembali oleh DPP PDI Perjuangan atau PDI Perjuangan pusat. Data semuanya trackrecord dan hasil survei guna diusulkan untuk mendapat rekomendasi sebagai calon gubernur dan wakil gubernur PDI Perjuangan. Yang kemudian oleh DPD didaftarkan ke KPU sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
(51)
P : DPD merekomendasikan atau tidak ?
I : rekomendasi itu kewenangan DPP bukann kewenangan DPD. Akan tetapi rekomendasi iut didapat dari bawah.
P : Bapak Sjahroedin ZP telah direkomendasikan oleh DPP untuk menjadi calon Gubernur Lampung, akan tetapi wakil belum ada yang tepat. Pada saat survei apakah ada keinginan tertentu dari masyarakat Lampung yang notabene mayoritas suku jawa untuk menempatkan wakil gubernur suku lain mendampingi Bapak Sjahroedin maju ?
I : PDI adalah Partai Nasionalis tidak mempersoalkan suku,, agama, ras dan ideologi. PDI Perjuangan itu selalu memperhatikan kemajemukan (kebhinekaan). Yang kedua dia juga memperhatikan kearifan lokal misalnya dari Lampung memperhatikan faktor sosiologis dan antropologis akar budayanya. Kemudian yang terakhir suasana kebatinan rakyat artinya apakah calon-calon tadi punya resistensi konflik atau tidak dengan rakyat secara krusial. Misalnya di Undang-Undang boleh berbagai agama menjadi calon akan tetapi faktanya apabila calon tersebut di luar agama mayoritas bagaimana dengan respon rakyat.
P :Apa pendapat Bapak mengenai komposisi Lampung-Jawa, Jawa-Lampung pada Pilkada yang lalu?
I : yang pasti rakyat telah memilih, kemenangan telah berada di tangan Pak Sjahroedin. Di Lampung tidak hanya ada suku Lampung tetapi ada juga suku pendatang. Dari komposisi itu PDI Perjuangan selalu melihat kemajemukan kami melihat bahwa kemajemukan itu adalah bagian integral yang tidak terpisahkan dari NKRI. PDI Perjuangan menempatkan Pancasila yang mengakomodir kemajemukan sebagai pandangannya. Walaupun Pak Joko Umar Said adalah orang Jawa yang tinggal di Lampung tetapi ia harus mampu melihat kondisi yang ada. Orang Jawa namun harus tau pula adat di luar Jawa. Secara antropologis dan Idiologis apalagi ia adalah orang nomor dua di Lampung.
P : Dalam pilkada yang kemarin, langkah-langkah apa saja yang diambil oleh PDI sehingga suaranya mendominasi?
I : Yang pertama soliditas internal partai, yang kemudian konsolidasi internal partai yang berkelanjutan, militansi anggota PDI Perjuangan baik pengurus maupun non pengurus, kesadaran dalam mengawal dan mengamankan keputusan partai dalam Pilkada, yang kemudian pemetaan, geopolitik, yang kemudian juga yang tidak kalah penting jaringan dari berbagai organ atau elemen masyarakat, kemudian tim Pilkada yang dibentuk mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat lingkungan atau RT.
(1)
Selain itu penulis juga mengikuti berbagai pelatihan antara lain; Pesantren Cendekia Muslim (PCM) yang diselenggarakan UPT FSPI FISIP Universitas Lampung (2004), Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) Brigade Muda BEM U KBM Universitas Lampung (2005), Pelatihan Analisis Kebijakan Publik oleh HMJ Administrasi Negara FISIP Unila (2006).
Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Bulan Januari-Februari Tahun 2006 di Desa Karang Sari Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
(2)
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah...
Puja dan puji syukur sudah selayaknya penulis penjatkan kehadirat Allah SWT seiring helaan nafas atas segala curahan berkah dan rahmat-Nya terhadap penulis sehingga penulis mendapatkan kemampuan dan kepandaian untuk menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam selalu mengalir kepada junjungan umat manusia Rasulallah SAW atas segala kerida’annya dalam menyampaikan ajarannya.
Skripsi dengan judul Politisasi Etnis dalam Penentuan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Pilkada Lampung 2008 (Studi pada Rekrutment Calon Wakil Kepala Daerah PDI Perjuangan Lampung) merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung.
Dalam Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs.Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
(3)
3. Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan.
4. Drs. Hertanto, M.Si. selaku Pembimbing Akademik.
5. Tabah Maryanah, S.I.P., M.Si selaku Pembimbing Utama yang luar biasa sabar dalam memberikan perhatian guna terselesaikannya skripsi ini. Sungguh menenangkan aku diurus dengan baik. “Maaf jika banyak kebandelan yang ku buat ya bunda”
6. Bapak Budi Kurniawan, S.I.P., selaku Pembimbing Pembantu, terima kasih atas diskusi-diskusi nya di luar proses bimbingan.
7. Bapak DR. Sumondo selaku Pembahas Dosen sekaligus Penguji Utama. 8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
9. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan.
10. Bang Andre Meri, Bapak Sahzan Syafri, S.H., M.H., Bapak P. Gultom, serta para Pengurus DPP PDI Perjuangan Provinsi Lampung yang telah bertindak selaku informan yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan penulis guna menyelesaikan skripsi ini.
11. Pak Joko Umar Said, Wakil Gubernur Lampung 2008-2013 yang di tengah kesibukan luar biasa mengurus Provinsi ini tetapi masih meluangkan waktu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan guna kelangsungan skripsi ini. 12. Untuk Keluargaku tercinta Bapak, Ibu yang telah sabar menunggu kelulusan.
(4)
13. Mas Setho kakak semata wayang yang memberikan dukungan moril kepada penulis untuk dapat segera menyelesaikan skripsi ini.
14. Keluarga besarku yang ada di Yogyakarta (Lita, Nisa, Om Dul, Bule’ Wien Mas Aji,dll), Magelang (de’ Ning, de’ Anto dan Keluarga), dan Bandung (Ayu dan keluarga) yang rela menemaniku menjejajah kota mencari literatur yang diperlukan guna kelangsungan skripsi ini.
15. Keluarga besar ku yang ada di Lampung, para Om dan Tante serta para sepupu (Sari dan Mas Jeni nya, Nanda, Dimas, Pipit, Dian, Ardian) yang selalu mempertanyakan kelulusanku.
16. Para anggota Brigade Muda BEM KBM Unila 2004 (walaupun sesudahnya berganti nama tapi kita tetap generasi pertama. Tetap semangat. Hidup Mahasiswa...!!)
17. Pengurus BEM U KBM Unila 2005-2006 : Kak Aep, kak Anton (yang selalu direpotkan oleh diskusi-diskusi ku tentang skripsi ini), Kak Bique, Mbak Ani Handayanie “menkeu”, Sospol crew Kak Bagja Waluya sang menteri “error”, Kak Alvian, Mba’ J_Nee (Guru, sahabat terbaik yang selalu jd tempat curhat sekaligus sang motivator ulung), Farah, Wiwit, Mba’Cici dan Gimbulnya (“besok kita pake kostum apa ya?”), Mba’ Vita (Ibu nya para KMB), Mba’Ema si capung centil (kapan ya bisa belajar fotografi lagi?), Ika, Nova, Vera (Kapan kita bisa muter-muter ke pers lagi ya?), Teh Ikeu “guru spiritual”, dll.
(5)
18. Pengurus BEM U KBM Unila 2006-2007 : Kak Darda , Kak Darwis, Mb Heni “Mensekab” yang juga tidak kalah aneh, Mba’Keyna, Mba’Uci, Mba’ Eka, Teh Tussy, KP Crew (Kak Mamet, Kak Ade, Kak Mumun, Laddy HanRoy, July, Mei), dll.
19. Seluruh Pengurus BEM U KBM Unila 2007-2008.
20. Rekan-rekan lintas fakultas dan Jurusan : Michan (Kom 04), Neni dan Indri Tekim 04 (makasih udah nungguin di saat-saat penentuan ^_^)
21. Mbak-mbak ku : mba’ Delly Hariska Pem01, Unie Elite Pem 01, Mba’ Dr. Maya, Memey “meong embul”, dan Mba’ Ina (makasih ya udah nyerewetin aku di saat terakhir. Ga sia-sia khan hasil cerewetannya :p)
22. Adik-adikku : Lucky, Dee, Jee, Mida, Erwi, dkk, dan seluruh adik-adik pemerintahan di manapun kalian.
23. Seluruh anak Jurusan Ilmu Pemerintahan Angkatan 2004 :
Dedi, Andi, Purba, Rahmat, , Riki, Rizki “Toink” Khair, Ipong, , Ani Gee, Anni Supriatna, Dianika Santi, Suci, Emma, Yuni Fitri Gumilang, (si kunti gelo…makasih ya udah mau dengerin curhat ku tentang “……….” ^_^), Nina, Tice, Hanna, Rema, Terry, Yenni. Best Friend Forever Nirda and Pinda (makasih atas dorongan motivasi yang ga’ pernah berhenti sampai akhir perjuangan), Yustika Resty Andrian (rekan seperjuangan dalam proses bimbingan maupun pengerjaan skripsi, makasih buat begadangannya), Bang Angga si artis ibukota, Agung PP, Fajrun, Roelly, Ismail, Apriade, Hanif, Indah, Maya, Nana (sering banget direpotin di akhir-akhir perjuangan) , Reza “Smoker”, Reza “Ojek”, Reza “Laskar”, Gigih dan Yuzaki (entah dimana keberadaan kalian?).
(6)
24. Sahabat-sahabatku orang-orang hebat yang pernah tergabung di 3C : April “sang pelaut”, “pak post” Rusdy, Etika, Rahayu, Enita, Juli, Firdha, Hendra,, kyut (Kiki, Yuli, Ulfa, dan Tiwi), ibu dokter Widya, ariies (kali ini tanpa “S” nya), Kartika, dll (tetap kompak dan jalin rasa kebersamaan dan persaudaraan ini selamanya).
25. Teman-teman di dunia maya yang menemani malam-malam dikala insomnia melandaku.
26. Para musisi yang ada playlist ku yang senantiasa menemani hari-hari penyelesain skripsi ini.Special to my Prince Charming(Luv U Full).
27. Semua pihak yang tidak tersebutkan satu persatu, yang telah mewarnai hidup penulis.
Semoga Allah SWT Membalas Budi baik mereka Terhadap penulis.
Bandar Lampung, Maret 2010 Penulis