Pengertian Makna Pulau Sabu

52 beredar via SMS tentang penikaman terhadap 2 dua pemuda asal TTS di yang ditikam di Naibonat. Setelah dikonfirmasi dengan Kapolres TTS Bapak Agus Hermawan dan koordinasi dengan Kapolres Babau, diperoleh jawaban pasti isu tersebut tidak benar. Sebelum diketahui bahwa isu ini tidak benar, keadaan kampung Sabu cukup mencekam. Beberapa warga setempat bersiaga di sejumlah sudut kampung sambil mempersentajai diri dengan batu, parang, panah, potongan kayu, potongan pipa besi, tombak, senapan angin dan benda lainnya. Untuk mengatasi keadaan tersebut maka polisi mengadakan razia terhadap warga luar yang melintasi jalan masuk ke lingkungan kampung Sabu di belakang RSUD Soe. Selain itu, polisi bersiaga di sejumlah titik dalam lingkungan kampung tersebut. 25 3.3 Ritual Pebale Rau Kattu Do Made

3.3.1. Pengertian

Rau kattu Rau kattu berasal dari dua suku kata yaitu rau yang berarti bulu, rambut dan kattu yang berarti kepala. Jadi secara etimologi pengertian rau kattu adalah rambut kepala. Rau kattu adalah sebuah lambang atau simbol yang dalam bentuk pakaian dari seseorang yang meninggal di tanah rantau. 26 Selain dalam bentuk pakaian dari orang yang meninggal, rau kattu yang dibawa juga bisa dalam bentuk batu kecil dari kuburan, sarung atau selimut dan tulang. 27 Pembawaan rau kattu dalam bentuk tulang ini baru pernah terjadi pada Bulan Juli 2016 di Seba dalam keluarga Tagi. Tulang tersebut telah dimasukkan oleh keluarga dari Kupang ke dalam sebuah peti dan selanjutnya dikuburkan di Sabu. 28 Penguburan tulang ini menjadi sebuah simbol bahwa orang yang telah meninggal di tanah rantau tersebut telah berkumpul bersama-sama dengan keluarga di 25 https:www.google.co.id?gws_rd=cr,sslei=txzRV_-LB8HRvgSHp4PQCAq=kampung+Sabu+Soe diunduh 08 September 2016 26 Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Liae 6 Juli 2016 27 Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Seba Namata 10 Juli 2016 28 Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Seba Namata 10 Juli 2016 53 Sabu. Alasan keluarga membawa rau kattu dalam bentuk tulang: pertama, ini merupakan kesepakatan dari pihak keluarga. Kedua, tulang dianggap sebagai simbol yang mewakili si mati untuk kembali ke tanah leluhurnya. 29 Dalam sejarah awal mula rau kattu sebenarnya adalah rambut. Hal itu dapat dilihat karena rambut adalah bagian tubuh yang paling ringan, awet, terhadap cuaca selain api. Rambut, juga sangat sederhana simple dan mudah dibawa. Mengingat konteks pada waktu dahulu di mana teknologi dan komunikasi yang belum memadai, selain dengan perahu layar kowa maka dapat dipahami pilihan rambut sebagai simbol diri yang meninggal. 30 Rambut menjadi pilihan sebagai lambang diri yang meninggal untuk dibawa pulang ke Sabu. Bagi keluarga di Sabu, melihat rambut sama dengan melihat si mati. Rau kattu adalah salah satu bagian dari kepala yang dapat direfleksikan sebagai pusat pikiran manusia. Pikiran adalah tanda kemanusiaan yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Orang yang sehat pikiran adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengingat atau mengenang masa lalu, bertindak hari ini dan berharap di hari esok. Rambut rau bagian dari kepala kattu menjadi simbol dari sebuah pikiran untuk mengingat dan memelihara hubungan kekerabatan dalam keluarga daan dengan lingkungan alamnya sebagai ibu yang mengandung dan menghidupkan. Rau kattu adalah saat kembali ke rumah atau rahim ibu b’alle la da’ara kad’o ina . 31 Bagi masyarakat primitif, rambut juga memiliki pengertian sebagai konsentrasi terhadap daya hidup masyarakat. Dalam pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made memiliki perbedaan waktu antara daerah Sabu Seba dan Sabu Liae. Hal itu dapat dilihat dari pelaksaan ritual ini di daerah Seba dapat dilaksanakan setiap waktu, sesuai kesempatan keluarga dan tidak terikat oleh kalender adat 29 Hasil wawancara dengan Bapak Nimrod Tagi 10 Juli 2016 30 Hasil wawancara dengan Ibu Pdt. Paoina Bara Pa 10 Juli 2016 31 Hasil wawancara dengan Ibu Pdt. Paoina Bara Pa 10 Juli 2016 54 Sabu. 32 Sementara dalam pelaksanaan ritual ini di daerah Liae hanya dapat terjadi pada bulan Juni-Juli. Mengapa penyelenggaraan ritual tersebut dikhususkan hanya pada bulan Juni-Juli? Karena sejak dari bulan Agustus sampai dengan Mei terdapat berbagai penyelenggaraan bulan- bulan adat tertentu. Selain itu juga pada bulan Juni-Juli berhubungan dengan siklus kehidupan pertanian, karena dalam bulan-bulan ini tidak ada pekerjaan pertanian sehingga tidak menggangu pekerjaan pertanian dan kehidupan ekonomi masyarakat. Adapun penyelenggaraan bulan adat menurut kepercayaan masyarakat adat Liae adalah sebagai berikut: 33 Nama Bulan menurut Kalender Sabu Padanannya dalam Kalender Masehi Kelila Wadu Pacuan Kuda Agustus Pana Rau dan Warru Waduae September Baggarae dan Likku Kerugga Oktober Ko’o Ma Persiapan Tanam November Kujja Ma Tanam Lahan Pertanian Desember Kelila Ajji Lay Pacuan Kuda diiringi dengan gong dan tambur dari rumah adat Medoto Januari Hangadimu Panen pertama Februari Nga’a Nyale dan Nga’a Daba Maret Bangaliwu Gopo April Bangaliwu Rame Rame Buihi dan Hole Mei 32 Hasil wawancara dengan Pemangku Adat Namata Seba 10 Juli 2016 33 Hasil wawancara dengan Bapak Rafilus Manahede Kepala Desa Ledeke, Kecamatan Sabu Liae 7 Juli 2016 55 Dalam pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made ini yang terjadi di daerah Liae khusus hanya bulan Juni-Juli, jika ada warga masyarakat yang melanggar dari ketentuan bulan yang telah disepakati maka akan dikenakan denda. Denda tersebut akan ditentukan oleh Mone Ama pemangku adat kepada keluarga yang telah melanggar ketentuan pembawaan rau-kattu dari tanah rantau ke daerah Liae. Dalam tata cara pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made ini didahului dengan pengutusan salah satu orang dari keluarga di Sabu ke tanah rantau untuk mengambil rau- kattu dari orang yang meninggal di tanah rantau. Setelah itu salah satu orang keluarga tersebut bersama-sama dengan keluarga di tanah rantau untuk mempersiapkan barang-barang rau kattu . Isi rau kattu adalah kain, sabun, korek api, rempah-rempah seperti pala bangalawa, cengkeh dan sirih pinang. Isi rau kattu ini sebenarnya mau menggambarkan bahwa orang yang meninggal tersebut pergi berdagang dan pulang harus membawa barang dagangan. 34 Barang dagangan itu kemudian harus dibagi-bagikan kepada semua orang yang datang pada ritual pebale rau kattu do made . 34 Hasil wawancara dengan Bpk. Gheby Thomas keluarga pembawa rau-kattu 8 Juli 2016 56 Gambar 4: Rau kattu yang dibawa oleh Keluarga Djami dari Kupang adalah dalam bentuk kain yang diisi dengan beberapa barang didalamnya yaitu korek api, sabun, handbody, sirih pinang, cengkeh. Semua barang tersebut kemudian dikemas atau ditaruh dalam sebuah tas. Tujuan pelaksanaan ritual pebale rau kattu do made di Sabu adalah karena waktu seseorang meninggal di tanah rantau hanya diketahui dan disaksikan oleh keluarga-keluarga yang berada di tanah rantau saja. 35 Oleh karena itu pelaksanaan ritual pebale rukattu do made di Sabu bertujuan agar keluarga di Sabu juga menyaksikan bahwa orang tersebut telah meninggal dan kembali dalam persekutuan kehidupan keluarga. Ritual pebale rau kattu do made ini hanya dilaksanakan oleh orang Sabu yang karena tuntutan hidup dan pekerjaan harus merantau ke luar pulau Sabu. Orang Sabu yang telah merantau atau bahkan menetap di tanah rantau disebut dengan orang Sabu diaspora. Ritual pebale rau kattu do made ini dapat dilaksanakan oleh keluarga dari orang yang meninggal tersebut. Dalam pelaksanaannya ritual ini juga memiliki beberapa ketentuan yaitu pada awalnya ritual pebale rau kattu do made ini hanya diperuntukkan bagi orang Sabu yang meninggal di perantauan yang terletak di bagian Timur pulau Sabu. Mereka yang meninggal di perantauan yang terletak di ufuk Barat tidak perlu diadakan ritual pebale rau kattu do made oleh karena dianggap sudah langsung berada di Juli-Haha karena Juli-Haha terletak di ufuk Barat dari pulau Sabu. 36 Juli-Haha dipahami oleh orang Sabu sebagai tempat tinggal yang kekal dari arwah orang mati. Dalam perkembangan selanjutnya, ritual pebale rau kattu do made tidak saja dilakanakan oleh orang Sabu yang telah merantau di sebelah timur tetapi juga dilaksanakan oleh orang Sabu yang merantau di sebelah barat pulau Sabu. 35 Hasil wawancara dengan Bpk Udju Nguru Pemangku Adat Liae 6 Juli 2016 36 Hasil wawancara dengan Bpk Udju Nguru Pemangku Adat Liae 6 Juli 2016 57 Pemimpin ritual pebale rau kattu do made ini adalah anggota keluarga masing-masing. Orang-orang yang terlibat dalam ritual pebale rau kattu do made adalah anak cucu dan keluarga inti dari yang meninggal di tanah rantau, keluarga di Sabu, pemerintah dan pemimpin agama. Keluarga-keluarga baik yang dari rantau mapun yang di Sabu dapat berasal dari berbagai agama. Agama-agama yang ada di Sabu adalah Kristen Protestan, Katolik, Islam dan agama suku Sabu jingitiu . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam ritual pebale rau kattu do made ini mempertemukan orang-orang dari berbagai macam agama. Peran dari pemerintah dalam ritual pebale rau kattu do made adalah peristiwa atau kejadian tentang kematian dirantau yang dialami oleh seseorang kemudian keluarga yang bersangkutan yang berada di Sabu datang memberikan informasi kepada pemerintah setempat. Selanjutnya, pada acara buka rau kattu berlangsung pemerintah harus hadir untuk memberi kata sambutan atau kata penghiburan bagi keluarga yang berdukacita dan juga turut berbelasungkawa atas peristiwa atau kejadian tersebut. 37 Peran pemerintah yang dapat dilihat sehubungan dengan ritual pebale rau kattu do made ini adalah pemerintah sementara berupaya untuk melestarikan ritual ini menjadi tradisi yang tetap dipelihara sepanjang masa. Selain itu, pemerintah sementara berupaya untuk memperkenalkan ritual ini sebagai sebuah potensi pariwisata yang mendatangkan Pendapatan Asli Daerah PAD. Contohnya dalam pelaksanaan ritus ini semua yang terlibat didalamnya menggunakan pakaian adat yang lengkap dan ritus ini dijalankan seperti pada waktu awal diturunkan secara tradisi turun-temurun. Dalam ritual pebale rau kattu do made dalam tradisi Kristen juga melibatkan pendeta. Peran pendeta dalam ritual pebale rau kattu do made ini adalah hanya memimpin ibadah pada waktu malam buka rau-kattu yang biasa disebut sebagai ibadah penghiburan. Pada 37 Hasil wawancara dengan Bapak Rafilus Manahede Kepala desa Ledeke, Kecamatan Liae 6 Juli 2016 58 keesokan harinya tepat pada siang hari pendeta bertugas dalam memimpin ibadah pengucapan syukur rau-kattu . 38

3.3.2. Sejarah