HASIL Perbandingan Hasil Uji Tuberkulin pada Anak Kontak TB Paru Dewasa dengan Kecacingan dan Tidak Kecacingan

BAB 4 HASIL

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik DOTS Paru Dewasa RSUP H. Adam Malik, BP4 Paru dan praktek swasta jalan Jemadi Pulo Brayan Darat Medan. Diperoleh sampel 95 anak yang kontak TB paru dewasa, dimana 3 anak dikeluarkan dari sampel 1 anak menderita gizi buruk, 2 anak pergi keluar kota. Total sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 92 anak, dibagi menjadi dua kelompok yaitu 39 anak kontak TB paru dewasa yang kecacingan dan 53 anak kontak TB paru dewasa yang tidak kecacingan Gambar 4.1. Anak kontak TB paru dewasa, N = 95 3 anak dieksklusikan : 1 gizi buruk, 2 pergi keluar kota. Mengisi formulir isian dan pemeriksaan telur 92 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan k kl i Anak kontak TB paru dewasa yang kecacingan + n= 39 Anak kontak TB paru dewasa yang tidak kecacingan - n= 53 Gambar 4.1. Profil penelitian Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Karakteristik dasar sampel Karakteristik Kecacingan + n= 39 Kecacingan - n= 53 Umur tahun, rerata SD Jenis kelamin, n - laki-laki - perempuan Berat badan kg, rerata SD Tinggi badan cm, rerata SD Jumlah anggota keluarga, rerata SD Pendidikan ayah, n - SD - SMP - SMA - Perguruan Tinggi Pendidikan ibu, n - SD - SMP - SMA - Perguruan Tinggi Pekerjaaan orangtua, n - Nelayan - Wiraswasta - Pegawai Negeri - Pegawai Swasta - Buruh - Tidak bekerja Gizi, n - Kurang - Baik - Lebih 9.4 3.69 17 22 27.7 12.52 129.8 17.70 4.7 1.09 15 8 16 11 12 16 8 19 2 2 8 22 16 1 8.8 4.49 26 27 26.0 12.56 125.5 21.34 4.3 1.02 5 11 29 8 3 16 32 2 30 13 6 4 18 29 6 Pada tabel 4.1 rata-rata usia kelompok kecacingan adalah 9.41 tahun, dan kelompok tidak kecacingan 8.8 tahun. Jenis kelamin yang terbanyak pada kelompok kecacingan dan tidak kecacingan perempuan dengan 22 dan 27 anak. Tingkat pendidikan ayah dan ibu pada kedua kelompok yang terbanyak adalah Universitas Sumatera Utara SMAdan pekerjaan orang tua terbanyak wiraswasta. Status gizi pada kelompok kecacingan yang terbanyak adalah status gizi kurang 22 anak, sedangkan pada kelompok tidak kecacingan memiliki status gizi baik 29 anak. Dari total 39 sampel pada kelompok kecacingan, yang memiliki hasil uji tuberkulin positif lebih sedikit dibandingkan dengan hasil yang negatif yaitu 14 anak. Sedangkan hasil uji tuberkulin pada kelompok tidak kecacingan yang terbanyak adalah hasil yang positif sebanyak 33 anak Gambar 4.2 Gambar 4.2 Hasil uji tuberkulin pada kelompok kecacingan dan tidak kecacingan Tabel 4.2 Perbandingan hasil uji tuberkulin dengan kecacingan Hasil Uji Tuberkulin Positif Negatif P n:47 n:45 Infeksi Kecacingan Ya 14 35.9 25 64.1 0.012 Tidak 33 62.3 20 37.7 5 10 15 20 25 30 35 Positif Negatif Kecacingan Tidak kecacingan Universitas Sumatera Utara Dari tabel 4.2 menunjukkan hasil positif uji tuberkulin pada anak kecacingan lebih sedikit dibandingkan pada yang tidak kecacingan dengan perbandingan 35.9 dan 62.3. Dengan menggunakan uji chi square ditemukan perbedaan yang bermakna pada hasil uji tuberkulin antara kedua kelompok dengan nilai P= 0.012. Rasio prevalens pada penelitian ini didapat sebesar 0.48 dengan interval kepercayaan 95 yang artinya kecacingan merupakan suatu faktor proteksi terhadap uji tuberkulin, dimana kecacingan berpengaruh terhadap hasil uji tuberkulin. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN