HUBUNGAN ANTARA UJI TUBERKULIN DENGAN KECACINGAN

2.2.4 Diagnosis Cara menegakkan diagnosis adalah dengan pemeriksaan feses secara langsung. Adanya telur dalam feses dapat memastikan diagnosis infeksi STH. Selain itu diagnosis dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung maupun melalui feses. 29 Pemeriksaan feses dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yaitu dengan teknik langsung, dan ini merupakan metode pemeriksaan telur cacing yang paling sederhana dan paling mudah dilakukan. Metode kuantitatif yaitu dengan metode Natif, metode Apung, metode Harada-Mori dan metode Kato-Katz. 30

2.3 HUBUNGAN ANTARA UJI TUBERKULIN DENGAN KECACINGAN

Anak yang kecacingan memiliki kadar eosinophil dan IgE yang tinggi, dimana IgE tersebut disekresi oleh limfosit B.Limfosit T juga memiliki peran dalam menstimulasi limfosit B melalui sebagian sitokin yang dihasilkan oleh limfosit T yaitu IL-4 dan IL-13. Sitokin adalah molekul protein kecil yang mempengaruhi fungsi sel di tingkat lokal. Interleukin-4 dan IL-13 diproduksi oleh subset sel CD4+ T, juga dikenal sebagai sel Th2. Sebaliknya, sitokin utama yang menghambat stimulasi IgE adalah interferon- γ yang disekresi oleh sel Th1. 31 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Imunomodulator pada penderita kecacingan. 24 Individu yang kecacingan akan mengaktivasi sel Th2 dan sel T regulator.Dimana sel Th2 akan menstimulasi sitokin IL-4 dan IL-13,yang kemudian menstimulasi limfosit B yang spesifik terhadap antigen asing untuk berdiferensiasi menjadi sel plasma yang kemudian memproduksi antibodi IgE. Sel T regulator adalah sel T supresor yang menghambat reaksi inflamasi dan mensupresi sitokin-sitokin yang dibentuk oleh sel Th1 seperti IFN- γ dan IL-2 gambar 2.2. 32 Uji tuberkulin merupakan reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Timbulnya respon positif terhadap uji tuberkulin menggambarkan terpaparnya seseorang terhadap kuman M. tuberculosis dan disini yang berperan adalah sel Th1. Pada sebagian besar anak, uji tuberkulin akan bereaksi positip dalam 4 hingga 8 minggu dengan rentang waktu 2 sampai 12 minggu setelah terinfeksi M. tuberculosis dan dapat bertahan hingga seumur hidup. 14,33 Mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe 4 tergantung pada IFN- � yang dihasilkan oleh sel Th1 dalam aktivasi makrofag. Pada anak dengan kecacingan, Universitas Sumatera Utara sel Th2 lebih dominan dan akan memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13. Sitokin yang diproduksi oleh sel Th2 menstimulasi proliferasi dan diferensiasi limfosit B dan menekan aktifitas sel Th1 yang menyebabkan penurunan produksi IFN- �. Stimulasi sel Tregs akan memproduksi banyak sitokin anti inflamasi, sehingga akan menghambat reaksi inflamasi dan alergi. 34,35 Pada berbagai penelitian menemukan bahwa individu yang terinfeksi cacing menunjukan respon yang rendah terhadap reaksi uji tuberkulin dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi dan respon Th1 lebih rendah pada penderita kecacingan dengan tuberkulin positif dibandingkan tidak kecacingan. 36,37 Universitas Sumatera Utara

2.4. Kerangka Konseptual