Tokoh-tokoh Wayang Data Produk

commit to user 8 tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indonesia halaman 987 Sri Wintala Achmad, 2012:94. Dengan demikian, wayang merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua. Pada masa pemerintahan Raja Balitung, juga telah ada petunjuk adanya pertunjukan wayang, yaitu pada Prasasti Balitung tahun 907 Masehi yang mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan wayang Sri Wintala Achmad, 2012:94.

3. Tokoh-tokoh Wayang

Dalam cerita wayang, masing-masing tokoh mewakili satu atau lebih karakter manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku, pola pikir, perbuatan, nilai kearifan, dan partisipasinya dalam hidup bermasyarakat dapat memberikan suatu gambaran atau pembelajaran bahwa karakter manusia dapat diwakili dari salah satu tokoh wayang. Dibawah ini diantaranya adalah karakter beberapa tokoh utama yang ada dalam cerita Ramayana, Mahabharata, dan Punakawan yang dapat diambil nilai-nilai kearifan dan sikap, untuk dijadikan tuntunan dalam kehidupan : a. Tokoh-tokoh Ramayana Kisah Ramayana ini menceritakan konflik antara Rama dengan Rahwana yang menculik Sinta, istri Rama. Konflik ini dipicu oleh Surpanaka, raksesi adik dari Rahwana yang menginginkan Rama dan Laksmana untuk menjadi suaminya. Namun Laksmana malah membabat hidung dan telinga Surpanaka hingga putus. Hal itulah yang menjadi alasan Rahwana menculik Sinta untuk dibawa ke Alengka. Hanoman si kera putih menjadi pahlawan di dalam kisah Ramayana yang banyak commit to user 9 membunuh pasukan Alengka. Peristiwa perang tersebut terkenal dengan sebutan Hanoman Obong. Selain berisi cerita kepahlawanan, Ramayana juga mengandung nilai-nilai kearifan, ajaran keluhuran, dan berbagai petunjuk lainnya sebagai nilai-nilai kebijaksanaan manusia. 1 Hanoman Hanoman atau Anoman berwujud kera putih, tetapi dapat berbicara dan beradat-istiadat seperti manusia. Hanoman bekerjasama dengan Sugriwa membantu Rama untuk mengalahkan Rahwana yang telah menculik Sinta, istri Rama. Hanomanlah yang berhasil membakar sebagian ibukota Alengka. Peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan Hanoman Obong. Setelah Hanoman kembali ke tempat Rama, pasukan kera pun berangkat menyerbu Alengka. Hanoman tampil sebagai pahlawan yang banyak membunuh pasukan Alengka. Akhirnya Rahwana tewas di tangan Rama yang dibantu oleh Hanoman Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:20. Gambar 1 : Tokoh wayang kulit Hanoman commit to user 10 2 Jatayu Jatayu adalah keponakan dari Sang Garuda. Ia adalah seekor burung yang melihat Sinta diculik oleh Rahwana. Saat itu Jatayu berada di dahan sebuah pohon, mendengar Sinta menjerit-jerit karena dibawa kabur oleh Rahwana. Jatayu yang bersahabat dengan Raja Dasarata, merasa bertanggungjawab terhadap Sinta yang merupakan istri putra sahabatnya, Rama. Jatayu bernasib naas saat hendak melawan, sayapnya ditebas oleh Rahwana. Tubuhnya terjatuh ke tanah dan darahnya bercucuran. Ia berusaha melawan tetapi kalah bertarung dan akhirnya mati, tapi untungnya ia masih bisa melaporkan kepada Rama bahwa Sinta istrinya diculik oleh Rahwana Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:26. Gambar 2 : Tokoh wayang kulit Jatayu 3 Laksmana Laksmana adalah putra Raja Dasarata dan merupakan adik tiri dari Rama. Diantara saudara-saudaranya, Laksmana memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rama. Saat Rama dibuang ke hutan, Laksmana mengikutinya bersama Sinta. Selama masa pembuangan, Laksmana membuat pondok untuk Rama dan Sinta. Dia juga melindungi mereka di saat malam sambil berbincang-bincang dengan para pemburu di hutan. Laksmana juga membantu Rama menggempur commit to user 11 kerajaan Alengka bersama pasukan wanara pada saat Sinta diculik oleh Rahwana. Setelah Rahwana berhasil dikalahkan, Rama, Laksmana, dan Sinta beserta para wanara pergi ke Ayodhya Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:38. Gambar 3 : Tokoh wayang kulit Laksmana 4 Rahwana Prabu Rahwana, atau Prabu Dasamuka, adalah raja dari kerajaan Alengka. Sebuah kerajaan dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas. Prabu Rahwana adalah seorang raja yang sakti. Dia memiliki beberapa ajian, misalnya Aji Pancasona, pukulan yang sangat keras. Aji Rawarontek, manakala salah satu organ tubuhnya terputus kemudian jatuh ke tanah, maka saat itu juga organ tubuhnya tersebut tersambung kembali dengan tubuhnya seperti sedia kala. Aji Dasamuka, memiliki 10 nyawa. Rahwana binasa oleh Rama, dikarenakan telah menculik Sinta Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:47. commit to user 12 Gambar 4 : Tokoh wayang kulit Rahwana 5 Rama Kisah Ramayana diawali dengan adanya seseorang bernama Rama, yaitu putra dari Prabu Dasarata dengan Kosalya, di Ayodhya. Setelah dewasa, Rama kemudian mengikuti sayembara di Matila ibukota negara Wideha. Berkat keberhasilannya menarik busur pusaka milik Prabu Janaka, dia dihadiahi putri sulungnya bernama Sinta. Selama masa pembuangan, banyak cobaan yang dihadapi Rama dan Laksmana dalam pengembaraannya di hutan. Puncaknya adalah Rahwana yang menculik Sinta dan membawanya ke Alengka. Dalam mencari Sinta, Rama dan Laksmana berjumpa dengan pembesar kera yang bernama Sugriwa dan Hanoman. Yang kemudian Hanoman diperintahkan untuk membantu Rama mencari Sinta. Setelah berhasil membunuh Rahwana dan membebaskan Sinta di Alengka, pergilah Rama dan Sinta, serta Laksmana dan seluruh pasukan kera ke Ayodya. Setibanya di ibukota negara Kosala itu, Rama kemudian dinobatkan menjadi raja Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:51. commit to user 13 Gambar 5 : Tokoh wayang kulit Rama 6 Sinta Sinta dibesarkan di istana Matila, ibukota Wideha oleh Janaka dan Sunayana, permaisurinya. Setelah usianya menginjak dewasa, Janaka pun mengadakan sayembara untuk menemukan pasangan yang tepat bagi putrinya. Sayembara tersebut adalah membentangkan busur pusaka maha berat anugerah Dewa Siwa yang dimenangkan oleh Rama, seorang pangeran dari kerajaan Kosala. Setelah menikah, Sinta pun tinggal bersama suaminya di Ayodhya, ibukota Kosala. Namun kemudian Rama dibuang ke hutan selama 15 tahun karena Bharata menggantikan Dasarata ayahnya menjadi raja di Ayodhya. Maka Sinta dan Laksmana, adik Rama dari ibu lain, setia mengikuti perjalanan Rama di hutan. Sampai suatu saat terjadilah peristiwa Sinta yang diculik oleh Rahwana. Sinta ditawan di dalam sebuah taman yang sangat indah, bernama taman Asoka. Sampai suatu hari Rama dibantu Hanoman mengalahkan kerajaan Alengka dengan kematian Rahwana. Setelah itu mereka pulang kembali ke Ayodhya Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:63. commit to user 14 Gambar 6 : Tokoh wayang kulit Sinta b. Tokoh-tokoh Mahabharata Kisah Mahabharata ini menceritakan konflik antara Pandawa yang berjumlah lima orang dengan saudara sepupu mereka yang berjumlah seratus, yang dikenal dengan sebutan Kurawa. Konflik ini dipicu oleh sengketa hak pemerintahan negara Hastinapura. Puncak dari konflik kedua saudara ini adalah pecahnya perang Bharatayuddha di medan Kurusetra. Pertempuran berlangsung selama delapan belas hari. Selain berisi cerita kepahlawanan, Mahabharata juga mengandung nilai-nilai kearifan, ajaran keluhuran, dan berbagai petunjuk lainnya sebagai nilai-nilai kebijaksanaan manusia. 1 Gatotkaca Gatotkaca adalah anak dari Bima dan Dewi Arimbi. Arimbi bukan sekedar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari kerajaan Pringgadani, yaitu negeri bangsa raksasa. Karena sangat sakti, tidak ada senjata yang dapat memotong tali pusarnya. Namun akhirnya tali pusar itu dapat dipotong dengan commit to user 15 senjata Karna yang bernama Kunta, tetapi sarung senjata itu masuk ke dalam perut Gatotkaca, dan itu makin menambah lagi kesaktiannya. Dengan kehendak dewa-dewa, bayi Gatotkaca itu dimasak seperti bubur dan diisi dengan segala kesaktian. Karena itu Raden Gatotkaca berurat kawat, bertulang besi, berdarah gala-gala, dapat duduk di awan, dan duduk di atas awan yang melintang. Kecepatan Gatotkaca pada waktu terbang di awan bagai kilat, dan liar bagai halilintar. Kesaktiannya dalam perang, dapat mencabut leher musuh, namun hanya bisa digunakan pada saat yang penting. Gatotkaca diangkat menjadi raja di Pringgadani dan ia disebut ksatria Pringgadani, karena sebelumnya pemerintahan negara dikuasai oleh keturunan dari pihak perempuan. Kecepatan terbangnya jauh diatas rata-rata kecepatan terbang ksatria pada umumnya. Kulit dan badannya sekeras baja. Tidak ada senjata tajam yang mampu melukainya. Tapi pada saat yang sama, bangsa Dewa juga menciptakan senjata Konta Wijayadanu, satu-satunya senjata yang bisa melukai Gatotkaca, dan hanya bisa digunakan sekali pakai. Gatotkaca meninggal pada saat perang Bharatayuddha demi menyelamatkan Arjuna, karena senjata Konta Wijayadanu milik Karna. Namun, mayat Gatotkaca mampu menghancurkan kereta dan menewaskan para prajurit Kurawa, tidak terhitung banyaknya berapa jumlah mereka yang mati Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:132. commit to user 16 Gambar 1 : Tokoh wayang kulit Gatotkaca 2 Arjuna Arjuna merupakan seorang tokoh dalam pewayangan budaya Jawa. Dia juga memimpin kabupaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bharatayuddha, Arjuna menjadi raja di negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna adalah moksa mati sempurna bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya. Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para putri begitu juga para dayang, selalu menawarkan diri mereka pada Arjuna. Arjuna menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh beberapa generasi. Arjuna mempunyai istri bernama Srikandi. Pada pertempuran Bharatayuddha, Arjuna bertarung dengan para ksatria hebat dari pihak Kurawa, dan tidak jarang dia membunuh mereka. Termasuk panglima besar pihak Kurawa, yaitu Bisma, dengan bantuan dari Srikandi Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:91. commit to user 17 Gambar 2 : Tokoh wayang kulit Arjuna 3 Bima Nama lain dari Bima adalah Werkudara yang artinya adalah perut serigala. Pada masa kanak-kanak dari Pandawa dan Kurawa, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu Kurawa. Salah satu Kurawa yaitu Duryodana, menjadi sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut berlarut hingga Duryodana berniat untuk membunuh Bima. Bima menikah dengan Arimbi. Dari perkawinan mereka, lahirlah seorang putra yang diberi nama Gatotkaca. Dalam setiap peperangan Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Pada hari terakhir perang Bharatayuddha, Bima berkelahi melawan Duryodana dengan menggunakan senjata gada. Duryodana mati setelah pahanya diremukkan dengan senjata gada milik Bima Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:105. commit to user 18 Gambar 3 : Tokoh wayang kulit Bima 4 Nakula Menurut cerita dari Mahabharata, si kembar Nakula dan Sadewa memiliki kemampuan istimewa dalam merawat kuda dan sapi. Nakula digambarkan sebagai orang yang sangat pandai untuk menghibur hati. Ia juga teliti dalam menjalankan tugas dan selalu mengawasi kenakalan kakaknya, Bima, dan bahkan terhadap sendau gurau yang terasa serius. Nakula juga memiliki kemahiran dalam memainkan senjata pedang. Saat para Pandawa mengalami pengasingan di dalam hutan, keempat Pandawa Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa meninggal karena meminum air beracun dari sebuah danau. Ketika sesosok gaib memberi kesempatan kepada Yudistira untuk memilih salah satu dari keempat saudaranya untuk dihidupkan kembali, Nakulalah yang dipilih oleh Yudistira untuk hidup kembali. Ini karena Nakula merupakan putra Madri, dan Yudistira yang merupakan putra Kunti, ingin bersikap adil terhadap kedua ibu tersebut. Apabila ia memilih Bima atau Arjuna, maka tidak ada lagi putra Madri yang akan melanjutkan keturunan. commit to user 19 Akhir riwayatnya diceritakan, Nakula mati moksa di gunung Himalaya bersama keempat saudaranya Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:155. Gambar 4 : Tokoh wayang kulit Nakula 5 Sadewa Sadewa merupakan anak termuda di antara para Pandawa, yaitu sebutan untuk kelima putra Pandu, raja kerajaan Hastinapura. Sadewa dan saudara kembarnya Nakula, lahir dari rahim putri kerajaan Madra yang bernama Madri. Sadewa merupakan Pandawa yang paling muda, namun ia dianggap sebagai anak yang terbijak di antara mereka. Yudistira bahkan pernah berkata bahwa Sadewa lebih bijak daripada Wrehaspati, guru para dewa. Sadewa merupakan ahli perbintangan yang ulung dan mampu mengetahui kejadian yang akan datang. Namun dia pernah dikutuk apabila sampai membeberkan rahasia takdir, maka kepalanya akan terbelah menjadi dua Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:164. commit to user 20 Gambar 5 : Tokoh wayang kulit Sadewa 6 Karna Karna merupakan tokoh antagonis penting dalam cerita Mahabharata. Ia menjadi pendukung utama pihak Kurawa dalam perang besar melawan Pandawa. Padahal sesungguhnya, Karna merupakan kakak Pandawa. Karna sendiri adalah anak pertama Kunti. Namun bayi Karna dibuang ke sungai oleh Kunti. Saat melahirkan bayi tersebut, demi menjaga nama baik negara, Kunti yang melahirkan sebelum menikah terpaksa membuang putranya ke sungai Aswa dalam sebuah keranjang. Bayi itu kemudian terbawa arus sampai akhirnya ditemukan oleh Adirata yang bekerja sebagai kusir kereta di kerajaan Kuru, dan dijadikan anak oleh Adirata. Setelah dewasa, saat Arjuna memenangkan pertandingan memanah tiba- tiba Karna muncul menantang Arjuna sambil memamerkan kesaktian. Resi Krepa selaku pendeta istana meminta Karna memperkenalkan diri terlebih dahulu karena untuk menghadapi Arjuna haruslah golongan yang sederajat. Duryodana maju membela Karna. Menurutnya keberanian dan kehebatan tidak harus dimiliki oleh kaum ksatria saja. Namun apabila peraturan mengharuskan commit to user 21 demikian, Duryodana memiliki jalan keluar, yaitu menobatkan Karna menjadi raja di Angga. Suatu saat, Kunti menemui Karna yang sedang bersembayang di tepi sungai. Dia menceritakan jati diri Karna yang sebenarnya. Karna sangat menyesalkan keputusan Kunti yang dulu membuangnya sehingga kini dia harus berhadapan dengan adik-adiknya sendiri sebagai musuh. Meskipun demikian, Karna tetap menghibur kekecewaan Kunti. Ia bersumpah dalam perang kelak, ia tidak akan membunuh para Pandawa, kecuali Arjuna. Perang Bharatayyudha akhirnya meletus. Yang pada akhirnya, Karna mati karena panah Pasupati milik Arjuna yang melesat memenggal kepalanya Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:137. Gambar 6 : Tokoh wayang kulit Karna 7 Yudistira Sifat-sifat Yudistira yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi. Kesaktian Yudistira dalam Mahabharata terutama dalam hal memainkan senjata tombak. Sementara itu, versi pewayangan Jawa lebih menekankan pada kesaktian batin, commit to user 22 misalnya ia pernah menjinakkan hewan-hewan buas di hutan dengan hanya meraba kepala mereka. Yudistira dan keempat adiknya, yaitu Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa kembali ke Hastinapura setelah ayah mereka meninggal dunia. Adapun kelima putra Pandu itu terkenal dengan sebutan para Pandawa. Kedatangan para Pandawa membuat sepupu mereka yaitu para Kurawa yang dipimpin Duryodana merasa cemas. Putra-putra Drestarasta itu takut kalau Pandawa sampai berkuasa di kerajaan Kuru. Pada akhirnya, perang antara Pandawa dan Kurawa tidak dapat dihindari. Dalam perang Bharatayuddha, tidak terhitung banyaknya sekutu Pandawa dan Kurawa yang tewas Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:181. Gambar 7 : Tokoh wayang kulit Yudistira 8 Srikandi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapat ketika dia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut dia tidak memperoleh seorang putra. Srikandi menjadi teladan prajurit commit to user 23 wanita. Dia bertindak sebagai penanggungjawab keselamatan dan keamanan ksatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, ksatria Wirata yang telah gugur menghadapi Bisma, senapati agung bala tentara Kurawa. Dengan panah Hrusangkali, Srikandi dan Arjuna dapat menewaskan Bisma Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:175. Gambar 8 : Tokoh wayang kulit Srikandi 9 Duryodana Duryodana adalah putra Prabu Destarastra di Hastinapura, ia seorang Kurawa yang tertua. Setelah dewasa, Duryodana bertahta di Hastinapura bergelar prabu Duryodana. Kurawa meskipun bersaudara dengan Pandawa, namun senantiasa bermusuhan, hingga terjadi perang saudara, yang disebut dengan perang Bharatayuddha. Sebenarnya Prabu Duryodana seorang yang sakti, tetapi tidak pernah kelihatan kesaktiannya. Dalam perang Bharatayuddha, dia mati di tangan Bima karena paha kirinya dipukul dengan senjata gada milik Bima. commit to user 24 Kelemahan paha ini karena waktu muda, Duryodana dimandikan dengan air sakti. Namun saat itu pada bagian paha kiri tertutup dengan daun beringin, maka tertinggallah bagian badan itu oleh air sakti yang membasahi seluruh badan. Gambar 9 : Tokoh wayang kulit Duryodana c. Tokoh-tokoh Punakawan Tokoh-tokoh Punakawan dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para ksatria berbudi baik dalam kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata. Tokoh- tokoh Punakawan inilah yang paling ditunggu dalam setiap cerita pewayangan karena karakter dari masing-masing tokoh yang menggelikan dengan lelucon- leluconnya. Masing-masing tokoh Punakawan mengajarkan nilai-nilai kearifan, ajaran keluhuran, dan berbagai petunjuk lainnya sebagai nilai-nilai kebijaksanaan manusia. commit to user 25 1 Semar Semar sebenarnya bernama Batara Ismaya, anak kedua dari Sang Hyang Tunggal yang berasal dari sebutir telur. Ia adalah adik dari Batara Antaboga atau Togog. Pada awalnya, Batara Ismaya memiliki tubuh sempurna dan tampan. Akan tetapi, sejak beradu kesaktian dengan kakaknya, Batara Antaboga, ia berubah menjadi buruk. Perutnya pun berubah buncit setelah menelan sebuah gunung. Wajahnya yang semula sangat tampan berubah menjadi buruk. Setelah turun ke bumi dengan wajah dan tubuh yang jelek, Batara Ismaya kemudian berubah nama menjadi Semar. Semar bertugas untuk menuntun makhluk bumi dari golongan manusia, terutama para ksatria yang berbudi baik. Semar bertugas menjadi penuntun dan pengayom para ksatria yang berbudi baik agar mereka dapat menang setiap kali berhadapan dengan kejahatan. Agar tidak kesepian, Semar mengambil anak angkat yaitu, Petruk, Gareng, dan Bagong. Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan. Pada kisah Mahabharata, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong menetap di padukuhan Karang Dempel atau Karang Tumaritis atau Karang Kabolotan, dan commit to user 26 dianggap sebagai Ki Lurah atau sesepuh oleh penduduk desa Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:186. Gambar 1 : Tokoh wayang kulit Semar 2 Gareng Gareng adalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan gambaran dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah gambaran bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya juga terkena semacam penyakit. Dulunya, Gareng berwujud ksatria tampan bernama Bambang Sukodadi dari padepokan Bluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang setiap ksatria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan ksatria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, malah wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Semar yang kemudian melerai mereka, dia memberi nasihat kepada kedua ksatria yang baru saja berkelahi itu. commit to user 27 Akhirnya, Gareng diangkat menjadi anak sulung dari Semar Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:189. Gambar 2 : Tokoh wayang kulit Gareng 3 Petruk Petruk adalah tokoh Punakawan dalam pewayangan Jawa. Di dalam kekeruhan dan kekacauan yang terjadi karena perebutan pusaka Jamus Kalimasada, Petruk mengambil kesempatan untuk menyembunyikan Kalimasada. Karena kekuatan dan pengaruhnya yang ampuh, Petruk dapat menjadi raja menduduki singgasana kerajaan Lojitengara. Lakon ini terkenal dengan judul Petruk Dadi Ratu. Prabu Welgeduwelbeh atau Petruk turun tahta karena Bagong membongkar rahasianya. Kalimasada kemudian kembali kepada Pandawa Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:191. Gambar 3 : Tokoh wayang kulit Petruk commit to user 28 4 Bagong Bagong adalah salah satu tokoh Punakawan dalam kisah pewayangan Jawa. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu Semar, yang sebenarnya diciptakan oleh Sang Hyang Tunggal dari bayangan Semar itu sendiri. Karena berasal dari bayangan Semar, maka bentuk Bagong sangat mirip dengan Semar, yaitu berbadan gemuk. Sejak saat itulah, mereka berempat disebut sebagai Punakawan yang bertugas mengabdi pada para ksatria manusia yang berbudi baik dan selalu membantu mereka dalam mengalahkan segala bentuk kejahatan. Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga Punakawan lainnya, yaitu Semar, Gareng, dan Petruk, maka Bagong adalah sosok yang paling lugu dan kurang mengerti tata karma. Meskipun demikian majikannya tetap bisa memaklumi Atmo Hariwidjoyo MH, 2012:193. Gambar 4 : Tokoh wayang kulit Bagong commit to user 29

4. Perkembangan Wayang pada Anak Sekolah Dasar di Sragen