Kepepimpinan dalam persektif Islam

90 interaksi dinamis serta saling menciptakan kepuasan pada kedua belah pihak. Dalam dunia kerja, kepuasan tidak mungkin diperoleh melalui cara yang sederhana itu karena orang mempunyai kebutuhan fisiologis, harga diri, rasa ingin tumbuh dan berkembang, dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan itu sifatnya kumulatif dan karenanya sulit terpenuhi. Di bidang kepemimpinan puncak, kelompok pimpinan dibawahnya, dan para karyawan adalah syarat mutlak menuju tercapainya tujuan organisasi. Hal ini akan melahirkan kepuasan dalam diri individu yang pada gilirannya akan merangsang motivasi kerja karyawan.

D. Kepepimpinan dalam persektif Islam

Kepemimpinan adalah unsur yang tidak bisa dihindari dalam hidup ini. Sudah merupakan fitrah insan untuk selalu membentuk sebuah komunitas. Dan dalam sebuah komunitas selalu dibutuhkan seorang pemimpin. 100 Pemimpin adalah orang yang dijadikan rujukan ketika komunitas tersebut. Pemimpin adalah orang yang memberikan visi dan tujuan. Dalam suatu kelompok katakanlah organisasi, bila tidak mempunyai tujuan sama saja dengan membubarkan organsasi tersebut. Hal tersebut bahkan berlangsung sampai kedalam tataran Negara. Dan hanya pemimpinlah yang mampu mengatur dan mengarahkan semua itu. Dan sejarah teori kepemimpinan menjelaskan bahwa kepemimpinan yang dicontohkan islam adalah model terbaik. Model kepemimpinan yang disebut sebagai Prophetic leadership yang contoh nyatanya adalah orang teragung sepanjang sejarah keinsanan yaitu Rasullullah saw. Imamah atau kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam AlQuran dan Assunnah, yang meliputi kehidupan insan dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai umat insan atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya. 101 Kepemimpinan Islam, sudah merupakan fitrah bagian setiap insan yang 100 Kartono Kartini,Pemimpin Dan Kepemimpinan Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998, h. 28 91 sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Insan di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah wakil Allah di muka bumi, dalam Alquran di sebutkan :    ☺                 ☺         ☺  Artinya : Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. 102 Khalifah bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Sekaligus sebagai Abdullah hamba Allah yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Sabda Rasulullah : “Setiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya responsibility ”. Insan yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah telah melengkapi insan dengan kemampuan konsepsional atau potensi fitrah : Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda- benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar 103 , serta kehendak bebas untuk menggunakan dan memaksimal potensi yang dimilikinya. Konsep amanah yang diberikan kepada insan sebagai khalifal fil ardli menempati posisi sentral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada insan menuntut terjalinannya hubungan atau interaksi yang sebaik-baiknya antara 101 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,1993,h.29 102 Q.S Al-Baqarah 2:30 103 Q.S Al Baqarah 2:31 92 insani dengan pemberi amanah Allah, yaitu: 1. Mengerjakan semua perintah Allah, 2. Menjauhi semua larangan-Nya 3. Ridha ikhlas menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya. Selain hubungan dengan pemberi amanah Allah, juga membangun hubungan baik dengan sesama insan serta lingkungan yang diamanahkan kepadanya 104 . Tuntutannya, diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical insan dengan Sang Pemberi Allah amanah dan interaksi horizontal dengan sesamanya. Jika kita memperhatikan teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang digagas dan dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan hanya menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi secara horizontal semata. Konsep Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertikal. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan planning and decision maker, pengorganisasian organization, kepemimpinan dan motivasi leading and motivation, pengawasan controlling dan lain-lain. Uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa, kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama sesuai dengan Alquran dan Hadis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dalam sejarah kehidupan insan sangat banyak pengalaman kepemimpinan yang dapat dipelajarinya. Dalam Hadis N abi, “setiap kamu adalah pemimpin” dan terlihat dalam pengalaman sehari-hari insan telah melakukan unsur-unsur 104 Q.S Ali Imran 3:112 93 kep emimpinan seperti “mempengaruhi, mengajak, memotivasi dan mengkoordinasi” sesama mereka. Pengalaman itu perlu dianalisis untuk mendapatkan pelajaran yang berharga dalam mewujudkan kepemimpinan yang efektif. “Untuk memahami kepemimpinan secara empiris, perlu dipahami terlebih dahulu tinjauan segi terminolginya. Sacara etimologi asal kata menurut kamus besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata “pimpin” dengan mendapat awalan “me” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain yang disamakan artinya yaitu mengetuai, mengepalai, memandu dan melatih dan dalam bentuk kegiatan, maka si pelaku disebut “pemimpin”. 105 Maka dengan kata lain, pemimpin adalah orang yang memimpin, mengetuai atau mengepalai. Kemudian berkembang pula istilah “kepemimpinan” dengan tambahan awalan ke yang menunjukkan pada aspek kepemimpinan. 105 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet-2 Jakarta: Balai Pustaka, 1995. h. 119 94 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian