31
untuk menggiring berbagai pihak yang berkepentingan atau aktor pariwisata dengan komposisi modal yang dimilikinya agar saling bertukar dan menguatkan.
Dalam konteks saling menguatkan, diperlukan kelembagaan agrowisata yang mengatur mekanisme pertukaran modal secara adil dan wajar. Hali ini bertujuan
agar tercipta sinergitas antar aktor pariwisata, bukan justru menyediakan ruang konflik baru.
32
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 6.1. Tujuan Penelitian Tahun Berikutnya
Kelanjutan penelitian ini mempunyai tujuan untuk membangun model pengembangan pariwisata yang memadukan aktivitas pertanian dengan vila yang
berada di sekitarnya. Model yang dibangun menyesuaikan dengan prinsip-prinsip pengembangan produk agrowisata, yaitu adanya produk wisata berbasis aktivitas
pertanian, interaksi intensif antara petani dengan wisatawan, dan keautentikan pengalaman yang didapatkan wisatawan. Dengan model ini diharapkan dapat
mengoptimalkan manfaat keberadaan vila khususnya bagi karma subak, sehingga tercipta hubungan simbiose mutualisme antara pertanian dengan vila khususnya di
kawasan pariwisata Ubud, Bali.
6.2. Bagan Alir Penelitian Tahun Berikutnya
Penelitian tahun I
Analisis dan sintesis
Model pengembangan agrowisata
Kondisi eksisting hubungan aktivitas
pertanian dengan vila
Penelitian tahun II - Tinjauan pustaka
- Wawancara kepada masyarakat, tokoh
subak, manajemen vila, wisatawan, dan
pakar atau praktisi agrowisata
- Temu tim - Laporan penelitian
- Publikasi jurnal
internasional yaitu Journal of Heritage
Tourism
Gambar 3. Bagan Alir Penelitian Lanjutan
33
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
Belum adanya ruang bersama bagi para pihak dalam penyelenggaraan pariwisata di Lodtunduh disebabkan oleh belum terciptanya ranah pariwisata.
Disebut ranah pariwisata karena merupakan arena bagi para pihak tersebut memperjuangkan modal pariwisata guna memperoleh posisi sosial yang setimpal.
Yang terdapat di Lodtunduh sekarang ini merupakan ruang sosial dengan aktivitas para pihak dalam ranah ekslusifnya masing-masing. Memang telah terdapat ranah
pariwisata yang memanfaatkan aktivitas pertanian dengan pihak vila sebagai aktor utamanya. Namun ranah tersebut merupakan ranah pariwisata yang dibuat sepihak
oleh pihak vila, sehingga menjadi ranah eksklusif pihak vila. Demikan pula krama subak masih berkutat di ranah pertanian saja dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Untuk itulah diperlukan upaya guna menciptakan ruang bersama berupa
ranah pariwisata yang mengakomodasi kepentingan para pihak yang terkait dengan pariwisata di Lodtunduh. Berdasarkan potensi yang dimilikinya, maka
pariwisata di Lodtunduh ideal dikembangkan berbasis pertanian atau agrowisata, mengingat aktivitas pertanian yang ditopang oleh sistem subak masih eksis dan
juga telah ada usaha akomodasi berupa vila yang memanfaatkan lansekap pertanian. Dengan kata lain diperlukan upaya menciptakan ranah agrowisata guna
mengikis dualisme antar krama subak dan pihak vila di Lodtunduh.