Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pembahasan

2.1 Karakteristik responden Tidur merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, sama halnya seperti kesehatan yang baik secara umum Chopra, 2003. Untuk itu, tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan khususnya pada penderita penyakit Fass et al, 2000; Miller, 2004. Akan tetapi, gangguan tidur sering dialami dan sangat mengganggu para penderita penyakit khususnya penderita DM Chopra, 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah usia dewasa madya 55,6 dan penderita DM pria lebih banyak daripada penderita wanita 52,8. Hasil ini sesuai dengan data yang diperoleh dari data Puskesmas Medan Johor bahwa penderita DM yang sering datang ke Puskesmas Medan Johor adalah penderita DM pria dan mayoritas usia penderita DM adalah berumur diatas 40 tahun. Mayoritas responden adalah beragama Islam 91,7. Sebagian besar responden adalah bersuku Jawa 27,8, hal ini berbeda dengan data demografi bahwa suku Batak adalah mayoritas penduduk Medan www.sumutprov.go.id. 2.2 Kualitas tidur Kualitas tidur adalah perasaan segar dan siap menghadapi hidup baru setelah bangun tidur. Konsep ini meliputi beberapa karakteristik seperti waktu yang diperlukan untuk memulai tidur, frekuensi terbangun pada malam hari, lama tidur, kedalaman tidur dan ketenangan Eser, 2007. Kualitas tidur meliputi aspek Universitas Sumatera Utara kuantitatif dan kualitatif tidur. Tidak semua responden mempunyai kualitas tidur yang baik. Mac Arthur 1997 dalam Nisrina 2008 menyatakan bahwa kualitas tidur seseorang dapat diketahui dengan melakukan pengkajian kualitas tidur yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur di malam hari adalah lebih dari 60 menit 30,6. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Suryani 2004 bahwa waktu yang dibutuhkan responden untuk dapat memulai tidur adalah lebih dari 60 menit. Dari hasil laporan yang dilakukan oleh Suryani 2004 tentang tidur pasien dengan gangguan saluran pencernaan yaitu pasien membutuhkan waktu lebih dari 60 menit 44,1. Sebanyak 10 responden menyatakan bahwa mereka terbangun di malam hari sebanyak 3-4 kali 27,8. Kemungkinan hal ini dikarenakan simptoms atau tanda dan gejala penyakit DM yang dialami oleh penderita yaitu sering merasa haus dan suara bising di luar rumah yang dilaporkan sebagian besar responden sebagai faktor gangguan tidur pada tingkat gangguan tidur yang berat. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson 1998 dan Potter Perry 2005 yang mengemukakan bahwa faktor fisik dan lingkungan dapat mempengaruhi frekuensi terbangun di malam hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya waktu yang dibutuhkan untuk tidur adalah 5-6 jam 33,3. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani 2004 dan memperoleh hasil bahwa rata-rata lamanya tidur responden pada malam hari adalah 5 jam, namun dalam penelitiannya berfokus pada populasi pasien dengan gangguan saluran pencernaan yang dirawat Universitas Sumatera Utara di rumah sakit. Dari hasil penelitian ini dan juga penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lamanya tidur penderita penyakit lebih pendek dari tidur normal orang dewasa. Hal ini berbeda dengan kondisi yang normal yaitu waktu tidur normal adalah 7-8 jam Reimer, 2000. Mayoritas responden melaporkan bahwa responden merasa sangat mengantuk ketika bangun tidur pada pagi hari 25. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya tidur di malam hari atau terbangun dari tidur sebanyak 3-4 kali Cauter, 1997; Imran, 2010. Rata-rata responden melaporkan sebentar- sebentar terbangun 38,9 dan tidur dan kemudian terbangun 38,9. Hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena simptom atau tanda dan gejala penyakit DM pada penderita yaitu merasa haus di malam hari Johnson, 1998. Sebagian besar responden juga merasa tidak segar sama sekali setelah bangun tidur pada pagi hari 41,7. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya tidur di malam hari Cauter, 1997; Imran, 2010 ataupun kurang nyenyaknya tidur di malam hari. Hasil penelitian secara umum mayoritas responden 72,2 melaporkan tidak dapat tidur dengan baik di malam hari. Faktor gangguan tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur pada penderita Diabetes Mellitus yaitu faktor fisik dan faktor lingkungan Webster Thompson, 1986; Miller, 2004; Potter Perry, 2005. 2.3 Faktor-faktor Gangguan Tidur 2.3.1 Faktor Fisik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 22,2 responden melaporkan gangguan tidurnya terjadi akibat nokturia atau sering buang air kecil pada malam Universitas Sumatera Utara hari. Nokturia adalah berkemih pada malam hari yang mengganggu tidur dan siklus tidur. Kondisi ini merupakan yang paling umum terjdi pada lansia dengan penurunan tonus kandung kemih atau pada orang yang berpenyakit jantung, diabetes, uretritis, atau penyakit prostat Potter Perry, 2005. Responden pada penelitian ini 36,1 melaporkan gangguan tidurnya akibat sering merasa haus berada pada tingkat gangguan tidur berat. Hasil ini sesuai dengan pendapat Johnson 1998 yang menyatakan bahwa jika kadar gula darah sampai diatas 160 – 180mgdl, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak. Akibatnya penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga penderita banyak minum. Dengan kondisi yang seperti ini penderita sering terbangun untuk minum Johnson, 1998. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 16,7 dan 22,2 responden mengalami gangguan tidur tingkat berat akibat sering merasa kesemutan dan kram pada kaki serta responden sering merasa nyeri pada ekstremitas. Keluhan ini merupakan keluhan umum pada penderita DM. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho 2008 dan Manaf 2010 yang menyatakan bahwa apabila tidak dikontrol dengan baik atau diobati, maka gejala kronis ini akan timbul dan ini akan menyebabkan penderita merasa tidak nyaman dan susah untuk tidur. 2.3.2 Faktor Lingkungan Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden melaporkan gangguan tidur akibat suara bising didalam rumah 36,1 berada pada gangguan tidur tingkat ringan, walaupun berada pada gangguan tidur tingkat ringan namun suara dapat mempengaruhi tidur seseorang. Tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur Webster Thompson, 1986. Suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 dan 4. Level suara pada percakapan yang normal sekitar 50 dB Potter Perry, 2005. Level suara dibawah 40 dB biasanya dibutuhkan oleh seseorang untuk tidur dan peningkatan intensitas suara dapat menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya Baker, 1984 Freedman, 1999; Suryani, 2004. Cahaya lampu yang terlalu teranggelap 58,3 dilaporkan oleh responden berada pada tingkat gangguan tidur ringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Le 1997 dalam Suryani 2004 seseorang yang terbiasa dengan lampu yang redup disaat tidur akan mengalami kesulitan tidur jika sorot lampu yang terlalu terang. Laporan ini berbeda dengan penelitian Suryani 2004 bahwa cahaya yang terlalu teranggelap tidak mempengaruhi tidur seseorang. Responden juga melaporkan bahwa suhu ruangan terlalu dinginterlalu panas pada tingkatan gangguan tidur ringan 69,4 dan dapat mempengaruhi tidur seseorang. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Potter Perry 2005 yang menyatakan bahwa ruangan yang terlalu panasdingin seringkali menyebabkan seseorang gelisah, keadaan ini akan mengganggu tidur seseorang. Hal ini juga dilaporkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani 2004 bahwa suhu ruangan mempengaruhi kenyamanan tidur seseorang 50. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI