Padang Pengembalaan Alam Cara Menghitung Jenis-Jenis HMT Komposisi Botani

dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri. Hijauan makanan ternak memegang peranan penting bagi ternak Ruminansia, besarnya sumbangan hijauan bagi ternak Ruminasia 74-94 atau bisa mencapai 100. Untuk memenuhi kebutuhan ternak maka dibutuhkan hijauan yang mempunyai kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta ketersediaan dapat berkelanjutan, penyediaan pada padang pengembalaan dapat berupa rumput dan legume dengan komposisi rumput 60 dan legum 40. Upaya peningkatan produksi ternak harus seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat juga berfungsi sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral Anonim, 2013.

C. Padang Pengembalaan Alam

Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma weed, tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan Reksohardiprodjo, 1985. Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies – spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan defoliasi Reksohardiprodjo, 1985 .

D. Komposisi botani

Susetyo 1980 menyatakan bahwa komposisi botani suatu padang pengembalaan tidak selalu konstan karean dipengaruhi musim, kondisi lahan dan pemanfaatan oleh ternak maupun melalui pemotongan oleh manusia. Gambaran umum produksi riil optimum padang penggembalaan dapt dicapi apabilah komponen 6 kacang-kacangan berkisar antara 30-40 bahan kering Kismono,1979. Potensi lahan untuk setiap daerah berbeda danmempunyai faktor pembatas yang berbeda pula, diantaranya keadaan topografi, iklim, sumber air dan jenis tanaman yang dikembangkan, keadaan ini angatmenetukkan pemilihan daerah pengembangan ternak ruminansia. Indonesia merupakan Negara agraris daerah tropic yang sebagian besar penduduknya hidup dari usaha pertanian. Diversifikasi tanaman padi dan tanaman pangan lainnya sangat lainnya sangat membantu pemerintah dalam mendukung pembangunan pertanian. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi tubuh disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan bahan pangan yang berasal dari ternak semakin meningkat, sehingga menuntut peningkatan produksi dibidang peternakan. Hijauan dapat berupa tanaman rumput-rumputan, kacang-kacangan, semak, perdu, atau pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan terutama ternak herbivore. Berikut macam-macam hijauan pakan ternak yang berprotein tinggi yaitu : 1. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-LAMTORO Leucaena Leuchocephala. Dapat diperbanyak dengan Stek batang, penanaman dengan Biji dan juga pemindahan anakan pohon Lamtoro. Protein pada biji Lamtoro 208,56 mgg biji. Kandungan Protein Kasar PK Lamtoro adalah 24 - 27,5 bahan kering, tergantung dari umur tanaman Lamtoro. Produksi daun lamtoro segar sekitar 60–70 ton atau 20 ton bahan kering per hektar per tahun. Komposisi kandungan zat makanan dari bahan kering adalah protein kasar 27,80, lemak 3,20, BETN 55,10, serat kasar 10,40 dan mineral 3,40. 2. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-GAMAL Gliricidia Sepium. Bisa diperbanyak dengan Stek dan Biji, 1 kg biji gamal berisi sekitar 3000 biji cukup untuk menanami 1 hektar lahan. Kandungan Protein Kasar PK pada Gamal adalah 20-26. Produksi daun gamal dengan selang waktu pemotongan 3 bulan mencapai 43.000 ton atau sekitar 8–11 ton bahan kering 7 per hektar per tahun. Kandungan zat makanan dari bahan kering adalah protein kasar 20,68, serat kasar 14,64, lemak 4,75 dan abu 8,89.

3. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-TURI Sesbania grandifora.

Dapat diperbanyak dengan biji dan sangat mudah tumbuh. Kandungan Protein Kasar PK antara 25-33. Produksi daun turi relatif lebih rendah dibandingkan produksi hijauan lainnya yaitu berkisar 2–3 ton per hektar per tahun. Komposisi kimia daun turi dari bahan kering adalah protein kasar 25,80, NDF 31,50, abu 8,4, lemak 6,9, kalsium 2,2 dan fosfor 0,3. 4. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-KELOR Moringa oleifera. Bisa diperbanyak dengan Biji, namun yang paling populer adalah diperbanyak dengan Stek Batang dan mudah sekali tumbuh. Kandungan protein kasar PK pada kelor antara 19-26. 5. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Desmodium rensonii Diperbanyak dengan biji Kandungan Protein Kasar PK adalah antara 14- 18,5. 6. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Daun Nangka Artocarpus heterophyllus. Pohon Nangka dapat diperbanyak dengan Biji, mudah tumbuh dimana-mana. Kandungan Protein Kasar PK daun nangka sekitar 20. 7. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Indigofera Sp. Bisa diperbanyak dengan Stek batang dan Biji, tahan terhadap kekeringan, bisa hidup didaerah yang relatif kekurangan air. Bisa jadi andalan pakan hijauan saat musim kemarau. Kandungan Protein Kasar PK antara 24-25. 8. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Jerami Kacang Hijau Vigna radiata. Bisa diperbanyak dengan biji kacang hijau, tentunya kita akan menggunakan jeraminya sebagai pakan ternak setelah kacang hijauanya kita panen. Kandungan Protein Kasar PK antara 23-24 dari Bahan Kering BK. 9. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Daun Ubi Kayu Manihot utilisima. Dapat dengan mudah diperbanyak menggunakan stek batang, 8 mudah tumbuh dimana-mana bahkan di tanah yang miskin unsur hara. Kandungan Protein Kasar PK sekitar 20.5 dari Bahan Kering. 10. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Kaliandra Calliandra haematocephalus. Dengan mudah diperbanyak menggunakan biji, mudah tumbuh dimana-mana. Kandungan Protein Kasar PK sekitar 20,5- 24,5 dari Bahan Kering. Produksi kaliandra dengan selang waktu pemotongan 2-3 bulan berkisar 10-15 ton per hektar. Komposisi dari bahan kering adalah protein kasar 24, eter ekstrat 4-5, abu 5-7 , NDF 24-34, ADF 28, selulosa 15 dan lignin 10-11,9. Anonim, 2016.

E. Cara Menghitung Jenis-Jenis HMT Komposisi Botani

1. Pengukuran Komposisi Botani Pastura  Berdasarkan Frekuensi keseringan a. Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak. b. Semua nama spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat dimasukkan ke dalam tabel 1. c. Pengambilan sampel diulangi sebanyak 100 kali. d. Tingkat frekuensi dan dan persentase frekuensi setiap jenis tanaman kemudian dihitung dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel 2. e. Setelah semuanya tahapan diatas dilakukan, terakhir diinterpresentasikan. Tabel 1. Pengamatan Frekuensi Tanaman Sampel Spesies Tanaman 1 2 3 4 5 sd 100 Tabel 2. Tingkat Frekuensi dan Persentase Frekuensi Setiap Spesies Tanaman 9 Sampel Spesies tanaman Tingkat frekuensi Persentase frekuensi 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah  Berdasarkan Area Cover Penutupan Tanah a. Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak. b. Area cover setiap spesies tanaman dalam kuadrat kemudian diperkirakan dan dimasukkan ke dalam tabel 3. c. Pengambilan sampel diulangi sebanyak 5 kali. d. Dihitung area cover total setiap sampel. e. Dihitung area cover rata – rata. f. Di interpretasikan. Tabel 3. Area Cover Tanaman Sampel Spesies tanaman Area cover 1 2 3 4 5 1 Area cover sd 100 Area cover Rata-rata  Berdasarkan Weight berat dengan metoda Dry Weight Rank DWR. Cara kerjanya adalah sebagai berikut : 10 1 . Bulking dikerjakan dilapangan a. Kolom – kolom disiapkan pada selembar kertas tabel 4. b. Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak. c. Produksi masing – masing spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat di taksir. Produksi terbanyak taruh pada kolom 1, yang lebih sedikit pada kolom 2 dan seterusnya samapi semua jenis tanaman masuk dalam kolom. d. Pengambilan sampel diulangi sebanyak 100 kali. Tabel 4. Bulking Sampel Spesies tanaman 1 2 3 4 4 1 sd 100 2 Ranking dikerjakan di lab. a. Disiapkan kertas lain yang berisi kolom semua nama tanaman yang termasuk pada bulking dan kolom ranking 1,2 dan 3 tabel 5 Tabel 5. Ranking Sampel Spesies tanaman Ranking 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah 11 b. Dihitung dan dimasukkan pada kolom tersebut berapa kali suatu tanaman muncul pada kolom 1, 2 dan 3. c. Dihitung total ranking setiap kolom. Dalam perhitugan ada 2 kemungkinan, yaitu :  Bila total masing – masing ranking mempunyai nilai sama, lanjutkan dengan : o Persentase Hitung persentase masing – masing tanaman yang ada pada setiap kolom. o Faktor pengali Persentase masing – masing tanaman yang ada pada kolom 1 dikalikan dengan 70,2 ; kolom 2 dikalikan dengan 21,1 ; dan kolom 3 dikalikan dengan 8,7. o Dry Weight DW Jumlah angka pada kolom 1,2 dan 3 pada kolom faktor pengali untuk setiap spesies tanaman merupakan persentase Dry Weight Rank dari pasture yang diukur tabel 6  Bila total masing – masing ranking mempunyai nilai berbeda, lanjutkan dengan : o Faktor pengali Nilai pada kolom ranking langsung dikalikan dengan faktor pengali sebagai berikut : kolom 1 dikalikan dengan 70,2 ; kolom 2 dikalikan dengan 21,1 dan kolom 3 dikalikan dengan 8.7 o Skor Merupakan jumlah hasil perkalian antara nilai ranking dengan faktor pengali masing – masing spesies. o Dry Weight DW DW dihitung dengan membagi nila skor masing – masing spesies dengan total skor dikalikan dengan 100 tabel 7. 12 Tabel 6. Persentase, Faktor Pengali dan DW No Spesies Persentase Faktor pengali Total DW 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 Tabel 7. Faktor Pengali, Skor dan DW No Spesies Faktor pengali Skor Total DW 70,2 21,1 8,7 1 2 3 4 5 6 7 2. Pengukuran produksi biomasa pasture a. Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat kedalam pasture secara acak. b. Semua biomasa vegetasi yang ada di dalam kuadrat dipotong, ditimbang dan dimasukkan data beratnya ke dalam tabel 8. c. Pengambilan sampel diulangi sebanyak 5 kali. d. Dihitung produksi berat segar rata – rata. e. Dihitung berat segar per m 2 . f. Dihitung produksi berat segar per hektar. g. Dihitung produksi bahan kering per hektar, dengan asumsi BK = 30. h. Diinterpretasikan. 13 Tabel 8. Produksi Biomasa Pastura Rata-rata Produksi Berat Segar g per 1 m² Rata-rata Produksi Berat Segar kg per ha

F. Analisis Laboratorium