BAB 1 SAMPAI TERAHIR.docx

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kaliantan merupakan daerah yang berada di ujung selatan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, dengan letaknya di pinggir pantai kerap dijadikan wista dan tempat pesta pantai yang diadakan satu kali setahun oleh masyarakat Lombok timur yang dikenal dengan bau nyale. Masyakat di wilayah ini sebagian besar mata pencarianya dari bertani, nelayan dan budidaya rumput laun, sedangkan untuk usaha peternakan masih dilakukan secara tradisional dan sistem pengemblaan ternak secara liar.

Sistem peternakan yang masih secara tradisioanal dikarenakan tingkat pengetahuan masyarakat masih sangat rendah dan peternakan masih di jadikan usaha sampingan, masyarakat justru lebih banyak memilih menjadi petani dan nelayan ini dikarenakn tidak ada instasi pemerintah yang mau turun mengadakan penyuluhan tentang bagaimana tata cara budidaya ternak yang baik dan benar, dengan mengadakan penyluhan akan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi tubuh disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan bahan pangan yang berasal dari ternak semakin meningkat, sehingga menuntut peningkatan produksi dibidang peternakan, maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat dan dapat mengurangi angka pengangguran dalam negeri, akan tetapi harapan masyarakat tidak pernah terlaksanakan secara baik walapun pemerintah pusat memberikan hak kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya masing-masing (Otonomi Daerah). Khusus untuk masalah peternakan di wilayah ini tidak pernah di tanggapi secara serius oleh pemerintah daerah contoh kecil tidak terdapatnya kandang kelompok jika dilihat dari masalah pemerintah yang sekrang ini pemerintah Indonesia masih mengimpor daging sapi dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Oleh karena itu pemerintah hendaknya melihat potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang banyak tersedia sebagai sumber pakan ternak supaya masyarkat mau lebih serius dalam membudidayakan ternak dan memanfaatkan limbah-limbah


(2)

pertanian sebagai pakan ternak, dengan cara tersebut maka masyarakat bisa budidaya ternak secara modern (kandang kelompok).

Sumber daya alam (SDA) yang di miliki daerah ini cukup mendukung untuk di kembangkan usaha peternakan, selaian itu petani yang di daerah ini setiap tahun selalu mendapatkan hasil pertanian yang berlimpah begitu juga limbah pertanian juga tersedia sangat banyak. Minimnya tingkat pengetahuan tetang beternak dan cara pemanfaatan limbah pertanian maka limbah tidak bisa dimanfaatkan secara baik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lombok Timur tahun 2014 Kecamatan Jerowaru memiliki luas lahan pertanian sawah : 4.384 Hektar, lahan pertanian bukan sawah : 8.573 Hektar, lahan bukan pertanian :103 Hektar (1.300 m²), dan memiliki populasi ternak yaitu sapi 15 ekor, kerbau 4 ekor dan kambing 500 ekor ternak, dengan jumlah luas lahan pertanian sawah dan jumlah lahan bukan sawah yang dimiliki masyarakat Kaliantan akan mampu menghasilkan limbah-limbah pertanian yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak, selain menghasilkan limbah dari sisa pertanian, lahan-lahan marginal yang di tumbuhi rumput hijauan dan legum bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak pada musim kemarau.

Lahan padang penggembalaan alam yang terdapat diberbagai kawasan di Kabupaten Lombok Timur yang memiliki prospek dalam pembangunan peternakan. Khususnya di wilayah Dusun Kaliantan Kecamatan Jerowaru merupakan salah satu daerah yang sangat potensial bagi pengembangan ternak karena daya dukung wilayah berupa lahan bukan pertanian yang digunakan sebagai padang penggembalaan alami bagi ternak. Ketersediaan sumberdaya alam tersebut memberikan peluang besar bagi pengembangan usaha peternakan dengan keadaan wilayah tersebut diharapkan mampu menjadi salah satu lumbung daging ternak di Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur guna mendukung Program Bumi Sejuta Sapi (BSS).

Daratan panatai Kaliatan sebagai sumber pakan hijauan untuk ternak sudah lama dijadikan tempat pengembalaan ternak oleh peternakan kecil (peternakan rakyat) khususnya peternak yang berada di sekitaran wilayah Kaliatan Kabupaten


(3)

Lombok Timur, bahkan bila musim panas datang peternak dari kambupaten Lombok Tengah juga ikut serta dalam memanfaatan hijauan yang tumbuh di kaliatan guna memperoleh pakan untuk ternak yang di peliharanya, ini dikarenakan lahan-lahan basah yang dulu sebagai sumber pakan untuk ternaknya di ambil alih oleh manusia yang dijadikan sebagai permukiman penduduk, maka dari itu jalan satu-satunya untuk mempertahakan ternaknya peternak yang ada di wilayah Kabupaten Lombok Tengah tersebut harus rela berjalan berjam-jam untuk sampai di wilayah kaliatan yang merupakan satu-satunya lahan padang pengambalaan alam untuk di jadikan sumber pakan ternaknya. Oleh karena itu dalam upaya untuk meningkatkan tingkat produktivitas dari sistem peternakan ini diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis hijauan yang ada di lahan penggembalaan alam, hingga saat ini informasi tersebut masih sangat terbatas. Atas dasar pemikiran diatas maka penulis perlu melakukan penelitian untuk mengetahui komposisi botani dalam rangka pengembangan padang penggembalaan alam sebagai tempat penyedia pakan hijauan.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah komposisi botani hijauan yang ada di padang pengembalaan alam berpariasi.

2. Berapa persen masing-masing jenis HMT (rumput dan legum), semak, gulma menjalar dan legume pohon yang ada di padang pengembalaan alam.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujaun dari penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui jenis-jenis hijauan yang tumbuh di padang pengembalaan alam Kaliantan Lombok Timur.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui komposisi botani


(4)

b) Untuk mengetahui jenis HMT yang bisa di kembangkan di padang pembengambalaan alam Kaliatan Lombok Timur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Letak Geografis Kaliantan Kabupaten Lombok Timur.

Kaliantan Desa Seriwe Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur terletak diwilayah ujung selatan Kabupaten Lombok Timur yang dimana kaya akan dengan potensi pengembangan ternak ruminansia, berdsarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Pemerintah Kabupaten Lombok Timur tahun 2014. Kecamatan Jerowaru mempunyai luas wilayah lahan bukan pertanian yaitu: 1.321 Hektar dengan jumlah kepemilikan ternak yaitu: sapi 1.840 ekor, kerbau 1.695 ekor, kuda 91 ekor, kambing 14.279 ekor dan domba 2.177 ekor.

Dengan luas lahan yang tersedia maka wilayah ini berpeluang besar dan berpotensi bagus untuk pengembangan ternak karena hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, (Reksohadiprodjo et al, 1995), karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya masih sangat terbatas. Petani pada umumnya memberikan pakan pada ternak tidak ditentukan jumlahnya, sehingga masih kurang atau terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada ternak tersebut. Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan apabila diketahui besarnya kandungan nutrient, konsumsi, dan kecernaan bahan pakan tersebut. Pakan merupakan aspek penunjang dalam peningkatan produktivitas ternak. Jenis makanan ternak secara umum dikenal tiga kelompok besar yaitu hijauan, non hijauan dan limbah pertanian. Hijauan adalah semua bahan makanan ternak yang diberikan dalam bentuk segar. Hijauan dapat berupa tanaman rumput-rumputan, kacang-kacangan, semak, perdu, atau pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan terutama ternak herbivore.


(5)

Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau dengan melakukan penanaman hijauan makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak di Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, dan hal ini merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan.

B. Padang Penggembalaan

Padang penggembalaan merupakan sumber penyediaan hijauan yang lebih ekonomis dan murah. Padang penggembalaan merupakan lahan atau tempat penyediaan tanaman hijauan secara langsung dan bisa dimakan oleh hewan. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput seluruhnya atau leguminose saja, ataupun campuran. Tetapi suatu padang rumput yang baik dan ekonomis ialah yang terdiri atas campuran rumput dan leguminose.

Pasture adalah semua rumput atau tanaman lain untuk dirumput/disenggut oleh hewan: “herbage”. Yang termasuk kelompok ini adalah semua hijauan baik yang dipotong atau tidak dan diberikan segar (Hartadi, 1980). Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman pakan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat (Reksohadiprodjo, 1994). Padang penggembalaan dapat terdiri atas rumput-rumputan, kacangan atau campuran keduanya (McIlroy, 1976), dimana fungsi kacang-kacangan dalam padang penggembalaan adalah memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan kalium (Reksohadiprodjo, 1994).

Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak


(6)

dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri.

Hijauan makanan ternak memegang peranan penting bagi ternak Ruminansia, besarnya sumbangan hijauan bagi ternak Ruminasia 74-94% atau bisa mencapai 100%. Untuk memenuhi kebutuhan ternak maka dibutuhkan hijauan yang mempunyai kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta ketersediaan dapat berkelanjutan, penyediaan pada padang pengembalaan dapat berupa rumput dan legume dengan komposisi rumput 60% dan legum 40%.

Upaya peningkatan produksi ternak harus seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat juga berfungsi sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral (Anonim, 2013).

C. Padang Pengembalaan Alam

Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan (Reksohardiprodjo, 1985).

Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies – spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi) (Reksohardiprodjo, 1985).

D. Komposisi botani

Susetyo (1980) menyatakan bahwa komposisi botani suatu padang pengembalaan tidak selalu konstan karean dipengaruhi musim, kondisi lahan dan pemanfaatan oleh ternak maupun melalui pemotongan oleh manusia. Gambaran umum produksi riil optimum padang penggembalaan dapt dicapi apabilah komponen


(7)

kacang-kacangan berkisar antara 30-40% bahan kering (Kismono,1979). Potensi lahan untuk setiap daerah berbeda danmempunyai faktor pembatas yang berbeda pula, diantaranya keadaan topografi, iklim, sumber air dan jenis tanaman yang dikembangkan, keadaan ini angatmenetukkan pemilihan daerah pengembangan ternak ruminansia.

Indonesia merupakan Negara agraris (daerah tropic) yang sebagian besar penduduknya hidup dari usaha pertanian. Diversifikasi tanaman padi dan tanaman pangan lainnya sangat lainnya sangat membantu pemerintah dalam mendukung pembangunan pertanian. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi tubuh disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan bahan pangan yang berasal dari ternak semakin meningkat, sehingga menuntut peningkatan produksi dibidang peternakan.

Hijauan dapat berupa tanaman rumput-rumputan, kacang-kacangan, semak, perdu, atau pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan terutama ternak herbivore. Berikut macam-macam hijauan pakan ternak yang berprotein tinggi yaitu :

1. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-LAMTORO (Leucaena Leuchocephala). Dapat diperbanyak dengan Stek batang, penanaman dengan Biji dan juga pemindahan anakan pohon Lamtoro. Protein pada biji Lamtoro 208,56 mg/g biji. Kandungan Protein Kasar (PK) Lamtoro adalah 24% -27,5% bahan kering, tergantung dari umur tanaman Lamtoro. Produksi daun lamtoro segar sekitar 60–70 ton atau 20 ton bahan kering per hektar per tahun. Komposisi kandungan zat makanan dari bahan kering adalah protein kasar 27,80%, lemak 3,20%, BETN 55,10%, serat kasar 10,40% dan mineral 3,40%.

2. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-GAMAL (Gliricidia Sepium). Bisa diperbanyak dengan Stek dan Biji, 1 kg biji gamal berisi sekitar 3000 biji cukup untuk menanami 1 hektar lahan. Kandungan Protein Kasar (PK) pada Gamal adalah 20%-26%. Produksi daun gamal dengan selang waktu pemotongan 3 bulan mencapai 43.000 ton atau sekitar 8–11 ton bahan kering


(8)

per hektar per tahun. Kandungan zat makanan dari bahan kering adalah protein kasar 20,68%, serat kasar 14,64%, lemak 4,75% dan abu 8,89%. 3. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-TURI (Sesbania grandifora).

Dapat diperbanyak dengan biji dan sangat mudah tumbuh. Kandungan Protein Kasar (PK) antara 25%-33%. Produksi daun turi relatif lebih rendah dibandingkan produksi hijauan lainnya yaitu berkisar 2–3 ton per hektar per tahun. Komposisi kimia daun turi dari bahan kering adalah protein kasar 25,80%, NDF 31,50%, abu 8,4%, lemak 6,9%, kalsium 2,2% dan fosfor 0,3%.

4. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-KELOR (Moringa oleifera). Bisa diperbanyak dengan Biji, namun yang paling populer adalah diperbanyak dengan Stek Batang dan mudah sekali tumbuh. Kandungan protein kasar (PK) pada kelor antara 19%-26%.

5. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Desmodium rensonii Diperbanyak dengan biji Kandungan Protein Kasar (PK) adalah antara 14%-18,5%.

6. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus). Pohon Nangka dapat diperbanyak dengan Biji, mudah tumbuh dimana-mana. Kandungan Protein Kasar (PK) daun nangka sekitar 20%. 7. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Indigofera Sp. Bisa diperbanyak

dengan Stek batang dan Biji, tahan terhadap kekeringan, bisa hidup didaerah yang relatif kekurangan air. Bisa jadi andalan pakan hijauan saat musim kemarau. Kandungan Protein Kasar (PK) antara 24%-25%.

8. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Jerami Kacang Hijau (Vigna radiata). Bisa diperbanyak dengan biji kacang hijau, tentunya kita akan menggunakan jeraminya sebagai pakan ternak setelah kacang hijauanya kita panen. Kandungan Protein Kasar (PK) antara 23%-24% dari Bahan Kering (BK).

9. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Daun Ubi Kayu (Manihot utilisima). Dapat dengan mudah diperbanyak menggunakan stek batang,


(9)

mudah tumbuh dimana-mana bahkan di tanah yang miskin unsur hara. Kandungan Protein Kasar (PK) sekitar 20.5% dari Bahan Kering.

10. Tanaman Hijauan Makanan Ternak Alternatif-Kaliandra (Calliandra haematocephalus). Dengan mudah diperbanyak menggunakan biji, mudah tumbuh dimana-mana. Kandungan Protein Kasar (PK) sekitar 20,5%- 24,5% dari Bahan Kering. Produksi kaliandra dengan selang waktu pemotongan 2-3 bulan berkisar 10-15 ton per hektar. Komposisi dari bahan kering adalah protein kasar 24%, eter ekstrat 4-5%, abu 5-7 %, NDF 24-34%, ADF 28%, selulosa 15% dan lignin 10-11,9%. (Anonim, 2016).

E. Cara Menghitung Jenis-Jenis HMT/ Komposisi Botani 1. Pengukuran Komposisi Botani Pastura

 Berdasarkan Frekuensi (keseringan)

a. Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.

b. Semua nama spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat dimasukkan ke dalam tabel 1.

c. Pengambilan sampel diulangi sebanyak 100 kali.

d. Tingkat frekuensi dan dan persentase frekuensi setiap jenis tanaman kemudian dihitung dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel 2.

e. Setelah semuanya tahapan diatas dilakukan, terakhir diinterpresentasikan.

Tabel 1. Pengamatan Frekuensi Tanaman

Sampel Spesies Tanaman

1 2 3 4 5

s/d 100


(10)

Sampel Spesies tanaman Tingkat frekuensi Persentase frekuensi 1

2 3 4 5 6 7

Jumlah

 Berdasarkan Area Cover (Penutupan Tanah)

a. Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara

acak.

b. Area cover setiap spesies tanaman dalam kuadrat kemudian

diperkirakan dan dimasukkan ke dalam tabel 3.

c. Pengambilan sampel diulangi sebanyak 5 kali. d. Dihitung area cover total setiap sampel. e. Dihitung area cover rata – rata.

f. Di interpretasikan. Tabel 3. Area Cover Tanaman (%)

Sampel Spesies tanaman Area cover

1 2 3 4 5

1 Area cover

s/d 100 Area cover

Rata-rata

Berdasarkan Weight (berat) dengan metoda Dry Weight Rank (DWR).


(11)

1) . Bulking (dikerjakan dilapangan)

a. Kolom – kolom disiapkan pada selembar kertas (tabel 4).

b. Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.

c. Produksi masing – masing spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat di taksir. Produksi terbanyak taruh pada kolom 1, yang lebih sedikit pada kolom 2 dan seterusnya samapi semua jenis tanaman masuk dalam kolom.

d. Pengambilan sampel diulangi sebanyak 100 kali. Tabel 4. Bulking

Sampel Spesies tanaman

1 2 3 4 4

1 s/d 100

2) Ranking (dikerjakan di lab.)

a. Disiapkan kertas lain yang berisi kolom semua nama tanaman yang termasuk pada bulking dan kolom ranking 1,2 dan 3 (tabel 5)

Tabel 5. Ranking

Sampel Spesies tanaman Ranking

1 2 3

1 2 3 4 5 6 7 Jumlah


(12)

b. Dihitung dan dimasukkan pada kolom tersebut berapa kali suatu

tanaman muncul pada kolom 1, 2 dan 3.

c. Dihitung total ranking setiap kolom. Dalam perhitugan ada 2 kemungkinan, yaitu :

 Bila total masing – masing ranking mempunyai nilai sama, lanjutkan dengan :

o Persentase

Hitung persentase masing – masing tanaman yang ada pada setiap kolom.

o Faktor pengali

Persentase masing – masing tanaman yang ada pada kolom 1 dikalikan dengan 70,2 ; kolom 2 dikalikan dengan 21,1 ; dan kolom 3 dikalikan dengan 8,7.

o Dry Weight (DW)

Jumlah angka pada kolom 1,2 dan 3 pada kolom faktor pengali untuk setiap spesies tanaman merupakan persentase Dry Weight Rank dari pasture yang diukur (tabel 6)

 Bila total masing – masing ranking mempunyai nilai berbeda, lanjutkan dengan :

o Faktor pengali

Nilai pada kolom ranking langsung dikalikan dengan faktor pengali sebagai berikut : kolom 1 dikalikan dengan 70,2 ; kolom 2 dikalikan dengan 21,1 dan kolom 3 dikalikan dengan 8.7

o Skor

Merupakan jumlah hasil perkalian antara nilai ranking dengan faktor pengali masing – masing spesies.

o Dry Weight (DW)

DW dihitung dengan membagi nila skor masing – masing spesies dengan total skor dikalikan dengan 100% (tabel 7).


(13)

Tabel 6. Persentase, Faktor Pengali dan DW

No Spesies Persentase Faktor pengali Total

DW

1 2 3 1 2 3

1 2 3 4 5 6 7

Tabel 7. Faktor Pengali, Skor dan DW

No Spesies Faktor pengali Skor Total DW

(%)

70,2 21,1 8,7

1 2 3 4 5 6 7

2. Pengukuran produksi biomasa pasture

a. Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat kedalam pasture secara acak.

b. Semua biomasa vegetasi yang ada di dalam kuadrat dipotong, ditimbang dan dimasukkan data beratnya ke dalam tabel 8.

c. Pengambilan sampel diulangi sebanyak 5 kali. d. Dihitung produksi berat segar rata – rata. e. Dihitung berat segar per m2.

f. Dihitung produksi berat segar per hektar.

g. Dihitung produksi bahan kering per hektar, dengan asumsi BK = 30%. h. Diinterpretasikan.


(14)

Tabel 8. Produksi Biomasa Pastura

Rata-rata Produksi Berat Segar (g) per 1 m² Rata-rata Produksi Berat Segar k(g) per ha

F. Analisis Laboratorium

Analisis ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. Analisis proksimat sampel hijauan yang telah dikoleksi dilakukan untuk menentukan kandungan bahan kering (Anonim, 2009). Menurut Pramono, A (2008) kebutuhan berat kering pakan ternak adalah sebesar 3% dari bobot tubuhnya, sehingga rata-rata ternak ruminansia membutuhkan 9-12 kg berat kering setiap harinya.


(15)

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

A. Bahan Penelitian

Adapun bahan yang digunak dalam penelit adalah :

1. Padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur

2. Rumput dan legume serta tumbuhan lainya yang bisa dimakan oleh ternak.

B. Alat-alat penelitian

Adapun alat penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Kuadran berukuran 1 x 1 m²

2. Sabit. 3. Spidol. 4. Kamera

5. Plastik untuk membungkus sampel

6. Timbangan analitik dengan kepekaan 0.1 mg. 7. Cawan porselin/silica disk.

8. Desikator/eksikator. 9. Tang penjepit 10.Oven suhu 105ºC.

C. Cara Penelitian

Dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua tahap pelaksanaan untuk komposisi botani yaitu tahap survai (observasi) sekaligus pengambilan sampel dan tahap menganalisis bahan kering (BK) sampel.

1) Penelitian tahap survai dan pengambilan sampel.

Pengambilan sampel pada padang penggembalaan digunakan petunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980) sebagai berikut :


(16)

a.

Menentukan lokasi pengambilan sampel.

b. Menyiapkan bujur sangkar dengan ukuran 1 x 1 m²

c.

Melempar bujur sangkar atau kuadran ke arah depan. pada cuplikan pertama dilakukan secara acak dalam memilih varietas rumput dan legum secara acak.

d. Hijauan di dalam kuadran dipotong menggunakan sabit kemudian dipotong sedekat mungkin dari permukaan tanah dan hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke dalam plastik

e.

Tahap selanjutnya sampling yang telah di peroleh dipisah-pisahkan menurut jenisnya yang dibagi dalam 4 jenis yaitu rumput, leguminosa, tanaman lain makanan ternak, dan gulma, setelah melakukan pemisahan sampling dimasukkan kedalam amplop lalu dikeringkan selama tiga hari dan melakukan penimbangan sampling.

f. Untuk cuplikan ke dua diukur ke arah kanan atau kiri sejauh 5 langkah sampai 10 langkah. Jarak cuplikan pertama dan kedua disebut satu cluster. g. Pengambilan sampling yang ke 2 smpai 100 kali lemaparan kuadran yang

diukur dengan jarak 100 – 125 meter tergak lurus dengan cluster pertama dan disesuaikan dengan luas padang penggembalaan yang tersedia.

2)

Penelitian tahap analisis sampel.

a.

Identifikasi jenis hijauan

Sampel yang diperoleh dari padang penggembalaan alam kemudian di pilah-pilah dengan tujuan untuk membedakan antara jenis legum dan gramineae kemudian di identifikasi secara klasifikasi ilmiah.

b. Analisa Komposisi Kimia

Prisip dalam penelitian ini yaitu : penguapan air dalam pakan hijauan dengan pengeringan dalam oven dengan suhu 105ºC dengan tekanan titik didih 1 atm, dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam), sehingga seluruh air


(17)

yang terdapat dalam pakan hijauan menguap atau bahan tidak sunsut lagi. Analisis komposisi kimianya di Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan meliputi bahan kering (BK).

1. Penentuan Bahan Kering Sampel

 Cawan poselin yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pengeringan pada suhu 105ºC selama 1 jam.

 Selanjutnya cawan porselin didinginkan dalam desikator selama 1 jam (setara dengan suhu kamar), kemudian ditimbang dalam keadaan tertutup (A g).

 Sampel sebanyak 1.5 – 2.0 g dimasukan ke dalam cawan porselin (B g).

 Kemudian dikeringkan dalam oven 105ºC selama 8 – 12 jam.

 Setelah itu cawan yang berisi sampel didinginkan di dalam desikator selama 1 jam, kemudian ditimbang (C g).

Rumus : Kadar Air=B−C B−A X100

Kadar Bahan Kering = 100% - % Kadar Air

D.Variable Pengamatan

Variable utama yang diamati adalah: 1. Komposisi botani

Variable Penunjang yang diamati adalah 1. Kondisi iklim

2. Kondisi tanah 3. Topografi

E. Analisis Data

Analisis komposisi botani dapat dilakukan secara kuantitatif untuk mengetahui komposisi atau susunan spesies hijauan. Menurut Mannetje dan Haydock


(18)

(1963), analisis komposisi botani untuk menentukan persentase vegetasi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak.

Analisis ini menggunakan metode Dry Weight Rank (DWR) yaitu dengan menaksir komposisi botani bahan kering tanpa melakukan pemotongan dan pemisahan spesies hijauan. Metode DWR digunakan dengan mengobservasi hanya tiga jenis hijauan yang mempunyai kontribusi besar yang ditemukan dalam kuadran (ranking 1, 2, dan 3). Selanjutnya dikalikan dengan angka konstanta berturut-turut 8,02; 2,41; dan 1 (jika total tidak sama) atau angka koefisien 70,2; 21,1; dan 8,7 (jika total sama).


(19)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat frekuensi dan persentase frekuensi setiap spesies tanaman Tabel 9. Tingkat frekuensi dan persentase frekuensi setiap spesies tanaman

Sampel Spesies tanaman Tingkat Freuensi Persentase Frekuensi (%)

1 Desmodium Triflorum 88 = 88/255 x 100 =34,51

2 Ishaemum Timorense 74 = 74/255 x 100 = 29,02

3 Chrysopogon Aciculatus 50 =50/255 x 100 = 19,61

4 L.Americana 25 = 25/255 x 100 =9,80

5 Cyperus Rotundes 15 = 15/255 x 100 =5,88

6 Desmodium SP 2 = 2/255 x 100 =0,78

7 Jatropha 1 = 1/255 x 100 =0,39

Jumlah 255 100.00

Interpretasi : berdasarkan hasil perhitungan komposisi botani hijauan padang Alam Kaliatan Lombok Timur yang di lihat dari aspek frekuensi (keseringan), hijauan di dominasi oleh Desmodium Triflorum dengan frekuensi sebesar 34,51 % ; yang di susul oleh Ishaemum Timorense dengan persentase frekuensi sebesar 29,02 % ; Chrysopogon Aciculatus dengan persentase frekuensi sebesar 19,61 % ; L.Americana persentase frekuensi sebesar 9,80 % ; Cyperus Rotundes dengan persentase frekuensi sebesar 5,88 % ; Desmodium SP dengan persentase frekuensi sebesar 0,78 % ; dan yang terahir adalah Jatropha dengan persentase frekuensi sebesar 0,39 %.

Berdasarkan hasil penelitian dari aspek frekuensi (keseringan) dari 7 (tujuh ) jenis hijauan yang ada di padang penggembalaan alam Kaliantan Lombok Timur dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: pertama kelompok rumput terdiri dari Desmodium Triflorum dengan frekuensi sebesar 34,51 %, dan Desmodium SP dengan persentase frekuensi sebesar 0,78 %. Sedangkan yang ke dua dari kelompok


(20)

legume terdiri dari Ishaemum Timorense dengan persentase frekuensi sebesar 29,02 %., Chrysopogon Aciculatus dengan persentase frekuensi sebesar 19,61 % dan yang k eke tiga disusun oleh Cyperus Rotundes dengan persentase frekuensi sebesar 5,88 %. Sedangkan untuk kelompok gulma terdiri dari Jatropha dengan persentase frekuensi sebesar 0,39 %.

1. Desmodium triflorum

Desmodium triflorum ini merupakan Kingdom: Plantae, Family:

Fabaceae, Genus: Desmodium dan merupakan Species: D. triflorum. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang bersujud legum tahunan atau tahunan kecil dengan akar tunggang kayu. Sangat bercabang batang sampai 50 cm sering rooting pada node untuk membentuk tikar. Trifoliate daun dengan selebaran panjang hingga 12 mm dan 10 mm lebar. Perbungaan dengan sekelompok 1-3 pink bunga ungu di axils daun. Polong datar, tersegmentasi, 6-18 mm long dan 2-3,5 mm lebar dengan 3-5 artikel, dan ditutupi dengan menit rambut ketagihan. Bagian atas jahitan lurus dan jahitan yang lebih rendah mengerut antara artikel. Polong memecah menjadi segmen saat matang. Benih segi empat untuk ca. bundar 1,2 x 1,7 mm. yang ditemukan pada berbagai jenis tanah, termasuk asam, tanah Al tinggi dan dapat di temukan Terjadi di daerah tropis yang lembab dan subtropis hangat dengan lebih dari 1.200 curah hujan mm; berperilaku sebagai abadi di bawah curah hujan yang didistribusikan dan tahunan di bawah curah hujan musiman. Ini akan bertahan pertengahan musim periode kering. Drop daun mudah terjadi selama bahkan periode cukup kering. Sangat toleran terhadap naungan, menjadi lebih dominan daripada rumput di bawah naungan kanopi semak. Tetap di bawah tanaman perkebunan di Pasifik. Kemudian tumbuhan ini tahan terhadap penggembalaan berat dan sering memotong atau memotong. Dalam padang rumput tumbuhan D. triflorum jarang dibakar dengan api panas karena beban bahan bakar rendah, tetapi tanaman dapat membangun kembali dari batang bawah atau bibit. Karena spesies ini memiliki hubungan simbiosis dengan bakteri tanah tertentu; bakteri


(21)

ini membentuk nodul pada akar dan memperbaiki nitrogen atmosfer. Beberapa nitrogen ini dimanfaatkan oleh tanaman yang tumbuh tetapi beberapa juga dapat digunakan oleh tanaman lain yang tumbuh di dekatnya (Anonim, 2016). 2. Ischaemum Timorense

Ischaemum Timorense merupakan kingdom: plantae, kelas Magnoliopsida dan spesies Ischaemum timorense Kunth dan Rumput menahun dengan akar rimpang yang panjang. Pelepah daun berwarna hijau terang atau ungu yang agak bertumpuk-tumpuk dengan helaian daun yang sangat pendek Daun kelopak memiliki panjang 3-6 cm, bentuk melanset-membundar telur sampai memita. Perbungaan terminal, terdiri dari 2 tandan yang menyatu, buliran berpasang-pasangan, satu melekat dan satu bertangkai, warna jerami; buliran yang melekat gundul, sedangkan buliran yang bertangkai berambut.

Daerah penyebaran Asia: India, Indonesia, Negara Federasi Mikronesia, Malaysia, Myanmar, Palau, Papua Nugini, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Vietnam. Ditemukan di pinggir jalan berumput, bank teras, bersama parit dan margin hutan, dan sebagai gulma di sawah dataran tinggi.

Nilai gizi Baik daun kualitas tetapi mungkin dibatasi oleh kesuburan tanah yang rendah dan curah terbatas. nilai protein kasar dalam 3 minggu pertumbuhan kembali baik dibuahi I. Timorense telah diukur pada 20%, dan 16% pada 6 minggu, dengan tingkat di daun ganda yang ada di batang. tahap yang sama dari pertumbuhan kembali telah diukur pada 11% dan 7% masing-masing.

Kandungan bahan kering umumnya tidak sangat produktif, khususnya di bawah penggembalaan berat, meskipun hasil hingga 30 t / ha hijauan segar telah diukur. (Anonim, 2017).

3. Chrysopogon Aciculatus

Chrysopogon Aciculatus merupakan kingdom dari plantae, family poaceae dan species C. Aciculatus. Chrysopogon aciculatus (syn. Andropogon aciculatus) adalah spesies rumput asli daerah tropis Asia, Polinesia, dan


(22)

Australia pada ketinggian rendah. Rumput ini secara luas dianggap sebagai spesies invasif, tetapi beberapa budaya menggunakannya untuk tujuan pengobatan. berbunga batang sekitar 20 hingga 60 cm tinggi dan daunnya linear-lanset dan sekitar 3 sampai 10 cm panjang dengan 4 sampai 6 cm lebar. Malai yang keunguan, terbuka dan dengan beberapa cabang whorled dan dapat

mencapai sekitar 5 cm panjang, bantalan beberapa berbunga paku. The gabah

sessile sangat sempit, sekitar 3 milimeter panjang. kalus yang memanjang dan berduri dan glume keempat adalah linear, acuminate, dan awned. (Anonim, 2015).

4. Cyperus Rotundes

Cyperus Rotundes merupakan kingdom plantae, ordo poales, family cyperaceae, genus cyperus dan spesies C. rotundes. Hijauan yang tergolong masuk kelompok legume ini dikenal dengan sebutan rumput teki di Negara Indonesia merupakan legume pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan. Dan ia termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur. Cyperus rotundus adalah tanaman abadi, yang bisa mencapai ketinggian hingga 140 cm (55 inci). Nama "kacang rumput" dan "kacang sedongah" - dibagi dengan spesies terkait Cyperus esculentus - berasal dari umbinya, yang agak menyerupai kacang-kacangan, walaupun secara botani tidak ada hubungannya dengan kacang-kacangan. Seperti pada Cyperaceae lainnya, daun tumbuh di jajaran tiga dari pangkal tanaman, sekitar 5-20 cm. Batang bunga memiliki penampang segitiga. Bunga itu biseksual dan memiliki


(23)

tiga stamina dan tiga stigma carpel, dengan bunga kepala memiliki 3-8 sinar yang tidak setara. Buahnya pingsan tiga sudut, Sistem akar tanaman muda awalnya membentuk rimpang putih dan berdaging, berdiameter hingga 25 mm, dalam rantai. Beberapa rimpang tumbuh ke atas di dalam tanah, kemudian membentuk struktur seperti bola dari mana tunas dan akar baru tumbuh, dan dari akar baru, rimpang baru tumbuh. Rimpang lainnya tumbuh secara horisontal atau ke bawah, dan membentuk umbi coklat kemerahan tua atau rantai umbi. (Anonim, 2016)

5. Desmodium SP

Desmodium SP merupakan Common Name Ticktrefoil, Family Name Fabaceae, Plant Form Herb, Flower Color pink dan Monocot Dicot . Desmodium SP. adalah salah satu genus dari suku Fabaceae. Genus Desmodium memiliki lebih dari 250 anggota species tumbuhan herba dan berukuran kecil. Genus Desmodium adalah anggota besar Papilionaceae atau Fabaceae. Spesies tanaman dari genus ini banyak yang digunakan untuk bahan makanan dan obat-obatan herbal. Species dari Desmodium mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, fenol, phenylpropanoids, glikosida dan sejumlah minyak atsiri.Tanaman dari genus Desmodium seperti Desmodium styracifolium memiliki sering digunakan dalam pengobatan tradisional Cina untuk mengobati berbagai penyakit seperti rematik, demam, disentri, luka, batuk, malaria, hepatitis, hemoptisis. Dalam teori Pengobatan Tradisional Cina, sebagian besar spesies tersebut memiliki efek mengurangi demam, menetralkan racun, menghambat nyeri, menyegarkan sirkulasi darah, menekan batuk dan mengurangi dyspnea.

6. Jatropha

Jatropha merupakan kingdom plante, family Euphorbiaceae, Tribe

Jatropheae dan genus Jatropha. Jatropha adalah genus tanaman berbunga dalam keluarga spurge, Euphorbiaceae. Nama itu berasal dari kata Yunani


(24)

ατρός (iatros), yang berarti "dokter", dan τροφή (trophe), yang berarti ἰ

"nutrisi", maka nama umumnya adalah kacang fisik. Nama umum lainnya adalah nettlespurge. Ini berisi sekitar 170 spesies tanaman sukulen, semak belukar dan pepohonan (ada pula yang gugur, seperti jarak pagar). Sebagian besar berasal dari Amerika, dengan 66 spesies ditemukan di Dunia Lama. Tanaman menghasilkan bunga jantan dan betina terpisah. Seperti banyak anggota keluarga Euphorbiaceae, Jatropha mengandung senyawa yang sangat beracun. Spesies jarak secara tradisional telah digunakan dalam produksi keranjang, penyamakan dan pewarna. Pada tahun 2000an, satu spesies, Jatropha curcas, menghasilkan bunga sebagai tanaman minyak untuk produksi biodiesel.

Minyak dari Jatropha curcas terutama diubah menjadi biodiesel untuk digunakan pada mesin diesel. Kue tersebut bisa digunakan untuk pakan ikan atau hewan (jika didetoksifikasi), bahan baku biomassa untuk pembangkit listrik, atau sebagai biogas atau pupuk organik berkualitas tinggi. Pada tahun 2007, Goldman Sachs mengutip Jatropha curcas sebagai salah satu kandidat terbaik untuk produksi biodiesel di masa depan. Ini tahan terhadap kekeringan dan hama, dan menghasilkan biji yang mengandung minyak 27-40%, rata-rata 34,4%. Kue tekan sisa benih jarak pagar setelah ekstraksi minyak juga dapat dipertimbangkan untuk produksi energi. Namun, walaupun kelimpahan dan penggunaannya sebagai tanaman minyak dan reklamasi, tidak satupun spesies Jatropha telah dijinakkan dengan baik dan, sebagai hasilnya, produktivitas mereka bervariasi, dan dampak jangka panjang dari penggunaan skala besar mereka pada kualitas tanah dan Lingkungan tidak diketahui. Penelitian 2009 menemukan bahwa produksi biodiesel jarak pagar membutuhkan lebih banyak air daripada tanaman biofuel umum lainnya, dan perkiraan hasil awal tinggi.


(25)

B. Berdasarkan area cover (penutupan tanah) Tabel 10. Area cover


(26)

Sampel Species Tanaman dan Area Cover Area Cover

1 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum - - 60.1

Area cover (%) 60 0.1 -

-2 Ishaemum Timorense Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum L. Americana 30.2

Area cover (%) 20 10 0.1 0.1

3 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum - 30.2

Area cover (%) 30 0.1 0.1

-4 L. Americana Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense - 40.1

Area cover (%) 30 0.1 10

-5 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana 20.3

Area cover (%) 20 0.1 0.1 0.1

6 L. Americana Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum - 25.3

Area cover (%) 25 0.2 0.1

-7 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum - - 10.1

Area cover (%) 10 0.1 -

-8 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum - - 40.1

Area cover (%) 40 0.1

-9 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana - 40.2

Area cover (%) 40 0.1 0.1

-10 Chrysopogon Aciculatus - - - 20

Area cover (%) 20 - -

-11 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum - 70.1

Area cover (%) 60 10 0.1

-12 Ishaemum Timorense Chrysopogon Aciculatus - - 10.1

Area cover (%) 10 0.1 -

-13 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana - 20.2

Area cover (%) 20 0.1 0.1

-14 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum - - 20.1

Area cover (%) 20 0.1 -

-15 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum - - 20.1


(27)

-Interpretasi : berdasarkan hasil pengamatan yang di lakukan pada pada padang penggemblaan alam Kaliantan Lombok Timur yaitu : jumlah hijuan masing-masing area cover sangat berpariasi diantaranya mulai dari 20 % sampai dengan 110.1% dan area cover nomer 1 sampai dengan area cover ke 100 berjumlah rata-rata area cover adalah : 44.18 %.

C. Berdasarkan Weight (berat) dengan metode Dry Weight Rank (DWR) Table 11. Bulking


(28)

Sampel Species Tanaman

1 2 3 4

1 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum -

-2 Ishaemum Timorense Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum L. Americana 3 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

-4 L. Americana Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense

-5 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana

6 L. Americana Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

-7 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum -

-8 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum -

-9 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana

-10 Chrysopogon Aciculatus - -

-11 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

-12 Ishaemum Timorense Chrysopogon Aciculatus -

-13 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana

-14 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum -

-15 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum -

-16 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense -

-17 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum L. Americana

-18 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana Desmodium SP

19 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum -

-20 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum -

-21 Ishaemum Timorense Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum -22 Ishaemum Timorense Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum

-23 Ishaemum Timorense Cyperus Rotundes -

-24 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum -

-25 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum -

-26 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum -

-27 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum -

-28 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum L. Americana


(29)

-D. Ranking Tabel 12. Ranking

No Spesien Tanaman Ranking

1 2 3

1 Ishaemum Timorense 54 16 1

2 Chrysopogon Aciculatus 37 11

-3 Desmodium Triflorum - 59 27

4 L.Americana 7 3 12

5 Desmodium SP - -

-6 Cyperus Rotundes 2 4 3

7 Jatropha - -

-Total 100 93 43

E. Persentase, faktor pengali dan DW Table 13. Persentase, faktor pengali dan DW


(30)

No Spesies Tanaman Persentase (%) Faktor Pengali Total DW (%)

1 2 3 70,2 21,1 8,7

1 Ishaemum Timorense =54/100 =0,54 =16/93 =0,17 =1/43 = 0,02 37,91 3,63 0,20 41,74

2 Chrysopogon Aciculatus =37/100 = 0,37 =11/93 = 0,12 - 25,97 2,50 - 28,47

3 Desmodium Triflorum - =59/93 = 0,63 =27/43 = 0,63 - 13,39 5,46 18,85

4 L.Americana =7/100 =0,07 =3/93 = 0,03 =12/43 = 0,28 4,91 0,68 2,43 8,02

5 Desmodium SP - - -

-6 Jatropha - - -

-7 Cyperus Rotundes =2/100 =0,02 =4/93 = 0,04 =3/43 =0,07 1,40 0,91 0,61 2,92

Total 100.00

Interpretasi : Berdsarkan hasil perhitungan komposisi botani padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur dengan teknik DWR, pasture yang di ukur didominasikan oleh Ishaemum Timorense (41,74 %), kemudian disusun oleh Chrysopogon Aciculatus (28,47 %), Desmodium Triflorum (18,85 %), L.Americana (8,02 %), Cyperus Rotundes (2,92 %), dan yang terrahir Desmodium SP dan Jatropha dengan 0%.


(31)

F. Pengukuran produksi biomasa pastura Table 14. Pengukuran Produksi Biomas Pastura

Rata-rat Produksi Berat segar (g) per 1 m² Rata-rat Produksi Berat segar (kg) per Ha

172 Kg = 172 x 10.000

Interpretasi : Berdasarkan hasil pengukuran produksi boimas pasture di padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur adalah yang pertama jumlah rata-rata produksi berat segar per m² adalah 172 kg dan jumlah rata-rata produksi berat segar per hektar adalah 1,720 Ton/Ha.

G. Pengukuran daya tampung

Tabel 15. Populasi ternak Desa Seriwe Lombok Timur tahun 2016.

Jenis Ternak Kelompok Umur BB kg Jumlah ternak Satuan UT

Sapi Dewasa ˃ 2 tahun 300 15 1 15

Kerbau Dewasa ˃ 2 tahun 450 4 1 4

Kambing Dewasa ˃ 1 tahun 30 481 0.14 67.34

Jumlah 780 500 2.14 86.3

Sumber: Anonim. 2014.

Table 16. Luas Padang Penggembalaan Kaliatan Lombok Timur Tahun 2016 (Tampah Bolek)

Nama daerah Luas m²

Tampah Bolek 103 (1.300)

Sumber: Buku Ivestasi Aset Desa Seriwe Kec. Jerowaru Kab. Lombok Timur 2016 Berdasarkan hasil perhitngan dari jumlah ternak 500 ekor yang dipelihara oleh masyarakat Desa Seriwe dengan umur ternak rata-rata deawasa dengan jumlah BB ternak 780 kg yang membutuhakan pakan 10% dari BB ternak yaitu 78 ton/th dikali 360 hari (1th) = 28.08 ton/th. Diamsumsikan rata-rata umur panen hijauan 45 hari pada musim kemarau diamsumsika setengah dari produksi musih hujan. dengan Proper Use Factor (PUF) medium 40% dan jumlah produksi rata-rata padang penggembalaan alam Kakiantan Lombok Timur 172 ton/ha dengan luas 103 (1.300 m²) adalah:


(32)

1. Produksi hijauan selama 6 bulan pada musim hujan dengan rata-rata umur panen 45 hari yaitu 40% kali 172 ton per hektar = 6.88 ton jumlah produksi. 2. Produksi hijauan pada musim kemarau diamsumsikan setengan dari musim

hujan yaitu 6.88 ton dibagi 2 = 3.44 ton per hektar

3. Jadi jumlah produksi hijauan selama satu tahun yaitu: 6.88 ton + 3.44 ton = 10.32 ton per tahun.

4. Daya tampung padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur yaitu 10.32 ton per tahun dibagi 28.08 ton per tahun = 0.36 UT.

5. Luas padang penggembalaan Kalianta Lombok Timur yaitu 103 hektar dikali daya tamping 0.36 UT = 37.08 UT.

Padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur dapat menapung Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Sementara jumlah ternak yang digembalakan 86.34 UT. Jadi selisihnya 49.26 UT ternak yang mengalami kekurangan pakan. Untuk digaris bawahi umur ternak rata-rata dewasa untuk mengetahui julah kebutuhan pakan hijauan yang 10% dari BB ternak dikarenakan data umur ternak yang diperoleh dari Desa Seriwe merupakan lokasi penelitian tidak tersedia.

Dengan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa padang penggembalaan Kaliantan Lombok Timur mengalami kekurangan produksi hijauan dengan kata laian perlu adanya campur tangan dari peternak untuk mencarikan pakan hijauan tambahan agar kebutuhan hijauan ternak tercukupi.

Untuk memenuhi kekurangan hijauan peternak perlu menanam rumput maupun legume miasalkan dengan cara:

1. Menanam tanaman hijauan turi isekitaran lahan pertanian milik peternak. 2. Menaanam tanaman hijauan lamtoro utuk pakan ternak.

3. Memberikan hasil limbah pertanian seperti kulit kacang hijaua, kulit kacang tanak.

4. Peternak juga bias mengatasi kekurangan pakan ternak dengan cara memanfaatkan hijauan yang berlimpah pada musim hujan yaitu dengan pembutan HAY dengan cara mengeringkan hijauan secara alami menggunakan sinar matahari sampai kandungan air dari hijauan mencapai 12-20 % (kering


(33)

udara), hal ini dimaksud agar hijauan saat disimpan sebagai hay tidak ditumbuhi jamur. Karena jamur akan merusak kualitas hijauan yang telah diawetkan menjadi hay. Kemudian hijauan yang sudah kering udara dibuat sepadat-padatnya untuk disimpan dan pakan hay dapat diberikan pada saat peternak mengalami kelangkaan pakan ternak.

5. Peternak juga bias mengatasi masalah kekurangan pakan dengan cara pembuatan SILASE dari hijauan yang tersedia di lokasi lahan pertanian. pembuatan silase merupakn penampungan bahan pakan yang sedang berlebihan yang tidak mungkin bisa dikonsumsi habis oleh ternak sehingga dapat dengan pembuatan silase ini dapat mengurangi kelangkaan pakan dimusim kemarau. Proses pembuatan silase merupakan proses ezimatik dimana untuk memperpanjang masa penyimpnan dari bahan pakan/hijauan.

Pembuatan hay dan silase sangat membantu peternak untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak pada musim kemarau. Desa Seriwe merupakan desa yang terletak diujung selatan Lombok Timur dimana daerah ini terknal dengan kekurangan air pada musim kemarau dengan sistem pembuatan hay dan silase dapat menafaatkan hijuan yang berlimpah pada musim kemarau maka peternak tiak lagi akan kekurangan pakan ternak.


(34)

H. Analisi proksimat bahan kering (BK) Tabel 17. Analisi Proksimat Bahan Kering (BK)

No Ulangan

B.cawan

Kosong + SampelB.Cawan Sampel 105 °cB.Cawan + Sampel 600 °cB.Cawan + sampelBerat Air Bk Kadar abu Bo

1 21.3321 22.8335 22.7717 21.5855 1.5014 4.1162 95.8838 16.8776 83.1224

2 28.3442 29.8467 29.7835 28.589 1.5025 4.2063 95.7937 16.2928 83.7072

3 21.1252 22.6794 22.6088 21.2792 1.5542 4.5425 95.4575 9.9086 90.0914

Rata-rata 1.5193 4.2883 95.7111 14.3597 85.6403

Interpretasi : Berdasarkan hasil pengamatan dilaboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram menggunakan metode analisi proksimat untuk mengetahui kandungan bahan kering dari pastura yang ada pada padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur menjukan dari tiga kali Ulangan yaitu bahan kering relative tinggi dengan rata-rata kandungan Air 4,2883 Bahan Kering 95.7111 %, Kadar Abu 14,3597%, dan Bahan Organik 85,6403 % kandungan bahan kering ini tidak jauh berbeda dengan patura yang tumbuh di alam pada umumnya.


(35)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian komposisi botani padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur yang dikalukan dengan 2 (dua) tahap yaitu pertama pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan metode lemapar kuadran sebanyak 100 kali cuplikan menghasilkan 7 (tujuh) jenis hijauan yaitu: Chrysopogon Aciculatus, Ishaemum Timorense, Desmodium Triflorum, L.Americana, Cyperus Rotundes, Desmodium SP, dan yang terahir Jatropha yang berat rata-ratanya sangat bepariasi mulai dari cuplikan pertama sampai cuplikan ke seratusnya

Daya tampung padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur dapat menapung Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Sementara jumlah ternak yang digembalakan 86.34 UT. Jadi selisihnya 49.26 UT ternak yang mengalami kekurangan pakan.

Tahap kedua penelitian pengukuran bahan kering pasture dilaboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram menggunakan metode analisi proksimat untuk mengetahui kandungan bahan kering dari pastura mengasilkan jumlah kadar AIR 4.2883 %, kadar BK 4.2883 %, kadar ABU 14.3597 dan kadar BO 85.6403.

B. Saran

Diharapkan kepada isntasi pemerintah Kabupaten Lombok Timur hendanya memperhatiakn potensi hijauan yang ada dipadang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur karena produksi hijuan masih kurang untuk pakan ternak. Hendaknya pemerintah daerah mengadakan sosialisasi bagai mana cara beternak yang baik dan benar dan bagai mana cara memanfaatkan hijuan yang berlimpah pada musim hujan untuk manfaatkan pada musim kemarau sehingga peternak di Desa Seriwe tidak mengalami kelangkaan pakan ternak.


(36)

RINGKASAN

Kaliantan merupakan daerah yang berada di ujung selatan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, dengan letaknya di pinggir pantai kerap dijadikan wista dan tempat pesta pantai yang diadakan satu kali setahun oleh masyarakat Lombok timur yang dikenal dengan bau nyale. Masyakat di wilayah ini sebagian besar mata pencarianya dari bertani, nelayan dan budidaya rumput laun, sedangkan untuk usaha peternakan masih dilakukan secara tradisional dan sistem pengemblaan ternak secara liar.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui jenis-jenis hijauan yang tumbuh di padang pengembalaan alam Kaliantan Lombok Timur.

Pengekuran komposisi botani menggunkan metode lempar kuadran untuk pengambilan sampel dengan 100 kali lemparan secara acak.

Berdasarkan hasil penelitian menghasilkan 7 tujuh jenis pastura yaitu: Chrysopogon Aciculatus, Ishaemum Timorense, Desmodium Triflorum, L.Americana, Cyperus Rotundes, Desmodium SP, dan yang terahir Jatropha, yang didominasikan oleh pastura Ishaemum Timorense (41,74 %), kemudian disusun oleh Chrysopogon Aciculatus (28,47 %), Desmodium Triflorum (18,85 %), L.Americana (8,02 %), Cyperus Rotundes (2,92 %), dan yang terrahir Desmodium SP dan Jatropha dengan 0%.

Daya tampung padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur dapat menapung Unit Ternak sebanyak 37.08 UT. Sementara jumlah ternak yang digembalakan 86.34 UT. Jadi selisihnya 49.26 UT ternak yang mengalami kekurangan pakan.

Berdasarkan hasil pengamatan dilaboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram menggunakan metode analisi proksimat untuk mengetahui kandungan bahan kering dari pastura yang ada pada padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur menjukan dari tiga kali Ulangan yaitu bahan kering relative tinggi dengan rata-rata kandungan air 4,2883 bahan kering 95.7111 %, kadar abu 14,3597%, dan bahan organik 85,6403 % kandungan bahan


(37)

Diharapkan kepada isntasi pemerintah Kabupaten Lombok Timur hendanya memperhatiakn potensi hijauan yang ada dipadang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur karena produksi hijuan masih kurang untuk pakan ternak. Hendaknya pemerintah daerah mengadakan sosialisasi bagai mana cara beternak yang baik dan benar dan bagai mana cara memanfaatkan hijuan yang berlimpah pada musim hujan untuk manfaatkan pada musim kemarau sehingga peternak di Desa Seriwe tidak mengalami kelangkaan pakan ternak.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Aboenawan, L. 1991., Pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan total digestible nutrien (TDN) pellet isi rumen dibanding pellet rumput pada domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

anonim, 2010., HMT [Hijauan Makanan Ternak]. https://balikpapanagrispace. wordpress.com/2010/04/07/hmt-hijauan makanan-ternak/.Di Akses pada Tanggal 15 Oktober 2016

Anonim, 2013., Lab Padang Pengembalaan. http://rezafaisa.blogspot.co.id/2013/05/lap-padang-pengembalaan.html. Diakses pada Tanggal 10 Oktober 2016.

anonim, 2014. Klasifikasi Ischaemum Timorense. http://www.gogreensouvenir.com/.

2014/09/klasifikasi-ischaemum-timorense-kunth.html. Diakases pada Tanggal 17 Maret 2107.

Anonim, 2014., Luas Lahan Menurut Jenis dan Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 (Ha). https://lomboktimurkab.bps.go.id/linkTableDina

Mis/view/id/3. Diakses pada Tanggal 1 Oktober 2016.

Anonim, 2014., Jumlah Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak Tahun 2014.

https://lomboktimurkab.bps.go.id/LinkTableDinamis/view/id/26. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2016.

Anonim., 2014. Satuan Ternak. http://johnberek99.blogspot.co.id/2014/10/satuan-ternak-st.html. Diakses tanggal 09 Mei 2017.

Anonim,. 2015,. Chrysopogon Aciculatus https://en. wikipedia.org/ wiki/ Chrysopogo n aciculatus Diakses pada Tanggal 15 Maret 2017.

Anonim, 2016., Desmodium triflorum. https://en.wikipedia.org/

wiki/Desmodium_triflorum. Diakses pada Tanggal 19 Maret 2017

Anonim, 2016., Cyperus rotundus. https://en.wikipedia.org/wiki/Cyperus_rotundus. diakses pada tanggal 21 Maret 2017

Anonim, 2016., Cyperus rotundus. https://id.wikipedia.org/wiki/Teki_ladangdiakses pada tanggal 21 Maret 2017.

Anonim, 2017 Useful Tropoical Plant. http://tropical. theferns. info/viewtropical .php?id=Desmodium+triflorum


(39)

Cockrill, W.R. 1974. Observations on Skin Colour and Hair Patterns. Dalam : Cockrill, W.R. (Editor). 1974. The Husbandry and Health of the Domestic Buffalo. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Roma, Italy.

Gilliland, H.B., Holttum, R.E. and Bor, N.L. (1971) A Revised Flora of Malaya Volume III Grasses of Malaya. (The Botanic Gardens: Singapore).

HARTADI, H., l.C. KEARL, S. REKSOHADIPRODJO, l.E.

HARRIS, s. LEBDOSUKOYO dan A. FILLMAIN.1980. Tabel-Tabel dari Komposisi BahanMakanan. Data llmu Makanan Ternak untuk lndoneisia,_(logan, Utah : The International Feedstuff Institute Utah Agricultural Experi• ment Station, Utah State University.

Ipor, I.B., Baki, B.B. and Chen, C.P. (1992) Ischaemum timorense Kunth. In: 't Mannetje, L. and Jones, R.M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No. 4. Forages. pp. 148–149. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).

Ilmuternak.2013.Pastura. http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/03/pasture-padang-penggembalaantanaman.html Diaksespada Tanggal 15 Maret 2017

Kismono, L. 1979. Pasture Establishment. Fakultas peternakan IPB. Bogor

Mcilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Alih Bahasa Soedarmadi S. S., & I. Kismono. Pradnya Pramita, Jakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika.BPFE, Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S., 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan TernakTropik. BPFE, Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Edisi kedua. BPFE.Yogyakarta

Susetyo, B. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB. Bogor

Soerjani, M., Kostermans, A.J.H.G. and Tjitrosoepomo, G. (1987) Weeds of Rice in Indonesia . BIOTROP, Bogor, Indonesia.

Staff. Tata Laksana Padang Pengembalaan Tropika. 2013. Penuntun Praktikum Tata Laksana Padang Pengembalaan Tropika. Fakultas Peternakan Universitas


(40)

Udayana.Denpasar http://pla.deptan.go.id/pdf/07_PEDOMAN_PADANG_G EMBALAa.pdf Diakses Tanggal 15 Maret 2017


(41)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengabilan data dipadang penggembalaan Kaliantan Lombok Timur dengan metode lempar kuadran yang beukuran 1 x 1 m² dengan 100 kali lemparan.


(42)

Sampel 1 Species Tanaman dan Area Cover2 3 4 Area Berat

1 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum 60.1 250

Area cover (%) 60 0.1

2 Ishaemum Timorense Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum L. Americana

30.2 240

Area cover (%) 20 10 0.1 0.1

3 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum 30.2 140

Area cover (%) 30 0.1 0.1

4 L. Americana Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense

40.1 240

Area cover (%) 30 0.1 10

5 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana 20.3 100

Area cover (%) 20 0.1 0.1 0.1

6 L. Americana Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

25.3 150

Area cover (%) 25 0.2 0.1

7 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

10.1 90

Area cover (%) 10 0.1

8 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum 40.1 100

Area cover (%) 40 0.1

9 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana

40.2 100

Area cover (%) 40 0.1 0.1

10 Chrysopogon Aciculatus 20 130

Area cover (%) 20

11 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

70.1 270

Area cover (%) 60 10 0.1

12 Ishaemum Timorense Chrysopogon Aciculatus

10.1 60

Area cover (%) 10 0.1

13 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana 20.2 250

Area cover (%) 20 0.1 0.1

14 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

20.1 90


(43)

Interpretasi : Berdasarkan hasil pengamtan di padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur dengan menggunkan meode lempar kuadran sebanyak 100 kali lemparan menghasilkan 7 (Tujuh) jenis pasture yaitu: Chrysopogon Aciculatus, Ishaemum Timorense, Desmodium Triflorum, L.Americana, Cyperus Rotundes, Desmodium SP, dan yang terahir Jatropha. Lampiran 2. Pengamatan prekuensi tanaman


(44)

Sampel Species Tanaman dan Area Cover 1 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

2 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana 3 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

4 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense L. Americana

5 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana 6 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana

7 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum 8 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

9 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana 10 Chrysopogon Aciculatus

11 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum 12 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense

13 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana 14 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

15 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum 16 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense

17 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum L. Americana

18 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum L. Americana Desmodium SP

19 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum 20 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum

21 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum 22 Chrysopogon Aciculatus Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum 23 Ishaemum Timorense Cyperus Rotundes

24 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum 25 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum 26 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum 27 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum

28 Chrysopogon Aciculatus Desmodium Triflorum L. Americana 29 Ishaemum Timorense Desmodium Triflorum


(45)

(46)

Lampiran 3. Penelitian tahap survai dan pengambilan sampel dilapangan menggunkan metode lempar kuadran secara acak sampai 100 kali lemparan dengan kuadran berukuran 1 x 1 m².


(47)

(48)

Lampiaran 4. Penjemuran sampel selama 3 (Tiga) hari untuk memperoleh berat kering udara. Kemudian setelah itu sampel dipisah untuk dikelompokan berdasarkan jenis sampel dan ditimbang berat kering udara sampel kemudia catat berat masing-masing sampel.


(49)

Lampiran 5. Mementukan BK (Bahan kering) sampel dilaboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram menggunakan metode analisi proksimat untuk mengetahui kandungan bahan kering dari pastura yang ada pada padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur menjukan dari tiga kali Ulangan.


(50)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS PETERNAKAN

Jl.Majapahit 62 Mataram NTB, Telp.0370-633603,fak:0370-640592 E-mail: fapet@mataram.wasantara.net.id

ANALISI PROSIMAT BK, LEMAK SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR 1. ANALISIS PROKSIMAT BK (BAHAN KERING)

No. Ulangan Sampel Berat Cawan Kosong Berat cawan+Sampel

Berat cawan + Sampel 105 °C

Berat Cawan+Sampel

600 °C

Berat

Sampel Air Bk

Kadar

Abu BO

LR.1 21.3321 22.8335 22.7717 21.5855 1.5014 4.1162 95.8838 16.8776 83.1224

LR.2 28.3442 29.8467 29.7835 28.589 1.5025 4.2063 95.7937 16.2928 83.7072

LR.3 21.1252 22.6794 22.6088 21.2792 1.5542 4.5425 95.4575 9.9086 90.0914

Rata-rata 4.2883 95.7117 14.3597 85.6403

2. ANALISIS PROKSIMAT LEMAK KASAR No.Ulangan Sampel Berat Kertas Kosong Berat Kertas+Sampel Berat kertas+Sampel 105 °c Berat kertas+Sampel

Ekstrak Berat Sampel Lemak Kasar

RL.1 0.4769 1.5010 1.4243 1.4445 1.4151 0.0617

RL.2 0.4803 1.5046 1.4237 1.4506 1.4185 0.0602

RL.3 0.4480 1.5037 1.4226 1.1452 1.4168 0.2967


(51)

3. ANALISI PROKSIMAT SK (SERAT KASAR) No. Ulangan

Sampel

Berat Crussibel Kosong

Berat Crussibbel + Sampel 105 °c

Berat Crussibbel + Sampel

600°c Berat Sampel Serat Kasar

RL.1 1.4151 22.1142 21.5056 21.6571 20.3935

RL.2 1.4185 23.2109 22.9090 22.7449 21.4905

RL.3 1.4168 23.9651 23.6133 23.5479 22.1965

4. ANALISIS PROKSIMAT PK (PROTEIN KASAR) No. Ulangan

Ssampel Berat Sampel ml Titrasi Nh2so4 0.1 Bmn 0.014

Faktor Protein

6.25 Protein

RL.1 0.2577 2.8 0.1 0.014 6.25 9.5072

RL.2 0.2502 2.6 0.1 0.014 6.25 9.0927

RL.3 0.2533 2.7 0.1 0.014 6.25 9.3269

Mengetahui

Dosen Lab I Dosen Lab II

L. Sumber Ba Sri Sulastri


(52)

LAMPIRAN 6. Luas area padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur yang bersumber dari buku investasi Desa Seriwe tahun 2016


(53)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Satria Sopiyandi dilahirkan Tanggal 07 Oktober 1987 di Jelok Buso, Pemongkong, Dusun Jelok Buso Kec. Jerowaru Kab. Lombok Timur, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara orang tuan Bapak Ismail dan Ibu Ratemah

Riwayat Pendidikan Penulis sebagai berikut :

1. Lulus Sekolah Dasar pada Tahun 2002 di SD Negeri Pemongkong. 2. Lulus Sekolah Menengah Pertama 2008 di SMP Negeri 1 Jerowaru 3. Lulus Sekolah Menengah Kejuruan 2011 di SMK Negeri 1 Sakra

4. Pada tahun 2011 masuk Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada tahun 2017.

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

KOMPOSISI BOTANI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM KALIANTAN LOMBOK TIMUR


(54)

OLEH

SATRIA SOPIYANDI BID 011 257

Telah Dipertahankan didepan Dewan Penguji dan Dinyatakan Lulus pada Tanggal

………. 2017

Mengetahui : Menyetujui :

Fakultas Peternakan Dewan Penguji : Universitas Mataram

Dekan, Ketua,

Dr. Ir. Maskur, M.Si. ……… NIP : 19681231 199402 1001 NIP : ………...

Anggota I,

……… NIP : ……… Anggota II,

……… NIP : ………..


(1)

Lampiran 5. Mementukan BK (Bahan kering) sampel dilaboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram menggunakan metode analisi proksimat untuk mengetahui kandungan bahan kering dari pastura yang ada pada padang penggembalaan alam Kaliatan Lombok Timur menjukan dari tiga kali Ulangan.


(2)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS PETERNAKAN

Jl.Majapahit 62 Mataram NTB, Telp.0370-633603,fak:0370-640592 E-mail: fapet@mataram.wasantara.net.id

ANALISI PROSIMAT BK, LEMAK SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR 1. ANALISIS PROKSIMAT BK (BAHAN KERING)

No. Ulangan Sampel Berat Cawan Kosong Berat cawan+Sampel

Berat cawan + Sampel 105 °C

Berat Cawan+Sampel

600 °C

Berat

Sampel Air Bk

Kadar

Abu BO

LR.1 21.3321 22.8335 22.7717 21.5855 1.5014 4.1162 95.8838 16.8776 83.1224 LR.2 28.3442 29.8467 29.7835 28.589 1.5025 4.2063 95.7937 16.2928 83.7072 LR.3 21.1252 22.6794 22.6088 21.2792 1.5542 4.5425 95.4575 9.9086 90.0914

Rata-rata 4.2883 95.7117 14.3597 85.6403

2. ANALISIS PROKSIMAT LEMAK KASAR No.Ulangan Sampel Berat Kertas Kosong Berat Kertas+Sampel Berat kertas+Sampel 105 °c Berat kertas+Sampel

Ekstrak Berat Sampel Lemak Kasar

RL.1 0.4769 1.5010 1.4243 1.4445 1.4151 0.0617

RL.2 0.4803 1.5046 1.4237 1.4506 1.4185 0.0602

RL.3 0.4480 1.5037 1.4226 1.1452 1.4168 0.2967


(3)

3. ANALISI PROKSIMAT SK (SERAT KASAR) No. Ulangan

Sampel

Berat Crussibel Kosong

Berat Crussibbel + Sampel 105 °c

Berat Crussibbel + Sampel

600°c Berat Sampel Serat Kasar

RL.1 1.4151 22.1142 21.5056 21.6571 20.3935

RL.2 1.4185 23.2109 22.9090 22.7449 21.4905

RL.3 1.4168 23.9651 23.6133 23.5479 22.1965

4. ANALISIS PROKSIMAT PK (PROTEIN KASAR) No. Ulangan

Ssampel Berat Sampel ml Titrasi Nh2so4 0.1 Bmn 0.014

Faktor Protein

6.25 Protein

RL.1 0.2577 2.8 0.1 0.014 6.25 9.5072

RL.2 0.2502 2.6 0.1 0.014 6.25 9.0927

RL.3 0.2533 2.7 0.1 0.014 6.25 9.3269

Mengetahui

Dosen Lab I Dosen Lab II

L. Sumber Ba Sri Sulastri


(4)

LAMPIRAN 6.Luas area padang penggembalaan Kaliatan Lombok Timur yang bersumber dari buku investasi Desa Seriwe tahun 2016


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Satria Sopiyandi dilahirkan Tanggal 07 Oktober 1987 di Jelok Buso, Pemongkong, Dusun Jelok Buso Kec. Jerowaru Kab. Lombok Timur, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara orang tuan Bapak Ismail dan Ibu Ratemah

Riwayat Pendidikan Penulis sebagai berikut :

1. Lulus Sekolah Dasar pada Tahun 2002 di SD Negeri Pemongkong. 2. Lulus Sekolah Menengah Pertama 2008 di SMP Negeri 1 Jerowaru 3. Lulus Sekolah Menengah Kejuruan 2011 di SMK Negeri 1 Sakra

4. Pada tahun 2011 masuk Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada tahun 2017.

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI


(6)

OLEH

SATRIA SOPIYANDI BID 011 257

Telah Dipertahankan didepan Dewan Penguji dan Dinyatakan Lulus pada Tanggal

………. 2017

Mengetahui : Menyetujui : Fakultas Peternakan Dewan Penguji : Universitas Mataram

Dekan, Ketua,

Dr. Ir. Maskur, M.Si. ……… NIP : 19681231 199402 1001 NIP : ………...

Anggota I,

……… NIP : ……… Anggota II,

……… NIP : ………..