Metode Mengobservasi Morfologi Internal Akar

2.5 Metode Mengobservasi Morfologi Internal Akar

Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat dan mempelajari morfologi internal akar. Beberapa diantaranya adalah dengan metode radiografi, cone-beam computed tomografi CBCT serta metode dekalsifikasi dan pewarnaan. 2,9,10

2.5.1 Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar

Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar ini memiliki nilai yang cukup besar dalam mempelajari morfologi saluran akar. Tidak seperti gambar radiografi, teknik ini dapat memberikan tampilan tiga dimensi rongga pulpa sehingga memungkinkan untuk memberikan tampilan menyeluruh dari ruang pulpa dan saluran akar. 23,24 Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan ini merupakan suatu teknik yang menjadikan gigi transparan dengan mengunakan proses fisika dan kimia. Langkah pertama dari metode ini adalah mendemineralisasi komponen anorganik gigi dengan menggunakan larutan demineralisasi seperti asam nitrat, asam etilen diamin tetra, asam hidroklorik, urea, chelating agent dan electrophoretic decalcification. Dari berbagai larutan demineralisasi tersebut, asam nitrat merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak menyebabkan kerusakan yang berlebihan pada jaringan gigi. Setelah dilakukan proses demeneralisasi, tahap kedua adalah melakukan proses dehidrasi menggunakan alkohol untuk membersihkan lemak, air dan udara pada gigi. Tahap selanjutnya adalah melakukan pewarnaan pada saluran akar gigi dengan menyuntikkan tinta kedalam saluran akar. Tahap terakhir dari metode ini adalah merendam gigi pada larutan yang dapat menaikkan indeks refraktif gigi sehingga gigi akan menjadi transparan. 4,10,24 Ada berbagai macam larutan yang dapat digunakan untuk menaikkan indeks refraktif gigi diantaranya methylsalicylate, chloroform, benzene, xylene, toluene, carbon tetrachoride, cedar wood oil dan silicon 710. Dari beberapa larutan tersebut, methylsalicylate merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak berbahaya dan harganya relatif lebih murah dibandingkan larutan lain. 24 Untuk melihat morfologi saluran akar dengan lebih akurat, gigi yang sudah menjadi transparan dapat dilihat dengan menggunakan stereo mikroskop. 4 Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Tampilan saluran akar menggunakan teknik Dekalsifikasi dan pewarnaan. 23

2.5.2 Radiografi

Radiografi konvensional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengobservasi bentuk saluran akar dan dapat digunakan baik secara in vitro dan in vivo. Radiografi merupakan alat yang paling umum dan mudah digunakan, walaupun demikian, radiografi memiliki kekurangan dalam hal menampilkan bentuk saluran akar secara baik karena hanya menampilkan gambaran dua dimensi. Penelitian menunjukkan bahwa radiografi tidak dapat diandalkan dalam mendeteksi saluran akar ganda, saluran akar lateral dan letak foramen apikal. 2,25 Gambar 7. Tampilan saluran akar menggunakan radiografi. 26 Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Cone-beam Computed Tomography CBCT

Cone-beam computed tomography CBCT mulai diperkenalkan di bidang endodontik pada tahun 1990. CBCT merupakan teknik non-invasif dan memiliki pencitraan tiga dimensi. Beberapa penelitian tentang variasi morfologi saluran akar gigi menggunakan CBCT telah dilakukan dan dilaporkan bahwa penerapan CBCT menguntungkan dalam hal mengidentifikasi variasi konfigurasi saluran akar. 2 Tidak seperti radiografi, CBCT memiliki resolusi gambar yang tinggi dan dapat mencegah superimposisi obyek sehingga gambaran yang ditampilkan lebih jelas. Tidak hanya untuk mengobservasi saluran akar, namun alat ini juga dapat digunakan untuk pemeriksaan jaringan periodontal, lesi periapikal dan trauma dentoalveolar. 27 Gambar 8. Tampilan gambaran CBCT. 28 Gambar 9. Cone Beam Computed Tomography CBCT. 28 Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Teori