H
o
ditolak bila F
hitung
F
tabel
4. Menentukan nilai statistik F dengan rumus:
F
hit
=
�� �
�− −1
2.10 Dengan:
JK
reg
= jumlah kuadrat regresi JK
res
= jumlah kuadrat residu sisa n
– k – 1 = derajat kebebesan JK
reg
= b
1
i i
x y
1
+ b
2
i i
x y
2
+ …+ b
k
ki i
x y
2.11 Dengan:
x
1i
= X
1i
– X x
2i
= X
2i
–
2
X x
ki
= X
ki
–
k
X
JK
res
=
Y
i
-
Yˆ
i
2
2.12 5.
Membuat kesimpulan apakah H diterima atau ditolak.
2.6 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan R² untuk menguji regresi linier berganda yang mencakup lebih dari dua variabel. Koefisien determinasi adalah untuk mengetahui proporsi
keberagaman total dalam variabel tak bebas Y yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel bebas X yang ada di dalam model persamaan regresi linier berganda secara
Universitas Sumatera Utara
bersama-sama. Maka R² akan ditentukan dengan rumus: R² =
��
∑
2
2.13 ∑
2
= ∑
2
−
∑ �
2.14 Dengan:
JK
reg
= jumlah kuadrat regresi
2.7 Koefisien Korelasi
Analisis Korelasi adalah alat yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain. Hubungan antara variabel ini dapat berupa
hubungan yang kebetulan belaka, tetapi dapat juga merupakan hubungan sebab akibat. Untuk mencari korelasi antara variabel Y dan X dapat dirumuskan sebagai berikut:
r =
�∑ − ∑ ∑
�∑
2
−∑
2
�∑
2
−∑
2
2.15 Untuk menghitung korelasi antara variabel tak bebas dengan tiga buah variabel bebas
masing-masing adalah: 1.
Koefisien korelasi antara Y dengan X
1
r
y1
=
�∑
1
− ∑
1
∑ �∑
1 2
−∑
1 2
�∑
2
−∑
2
2.16 2.
Koefisien korelasi antara Y dan X
2
r
y2
=
�∑
2
− ∑
2
∑ �∑
2 2
−∑
2 2
�∑
2
−∑
2
2.17 Sedangkan untuk menghitung korelasi variabel bebas masing-masing adalah:
Koefisien korelasi antara X
1
dengan X
2
Universitas Sumatera Utara
r
12
=
�∑
1 2
− ∑
1
∑
2
�∑
1 2
−∑
1 2
�∑
2 2
−∑
2 2
2.18 Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada suatu variabel akan diikuti
oleh perubahan variabel lain, baik dengan arah yang sama maupun dengan arah yang berlawanan. Hubungan antara variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis hubungan
sebagai berikut: 1.
Korelasi Positif Terjadinya korelasi positif apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan
perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama atau berbanding lurus. Artinya, apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti dengan peningkatan variabel
yang lain. 2.
Korelasi negatif Korelasi negatif terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan
perubahan variabel yang lain dengan arah yang berlawanan atau berbanding terbalik. Artinya, apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti dengan penurunan pada
variabel yang lain dan sebaliknya. 3.
Korelasi nihil Korelasi nihil terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti pada perubahan
variabel yang lain dengan arah yang tidak teratur acak.
Koefisien korelasi nihil adalah - 1 ≤ r ≤ 1. Jika dua variabel berkorelasi negatif maka nilai
koefisien korelasi akan mendekati -1. Jika dua variabel tidak berkorelasi akan mendekati 0. Sedangkan jika dua variabel berkorelasi positif maka koefisien korelasi akan mendekati +1.
Untuk lebih memudahkan mengetahui seberapa jauh derajat keeratan antara variabel
Universitas Sumatera Utara
tersebut, dapat dilihat pada perumusan berikut ini: -
1,00 ≤ r ≤ -0,80 berarti berkorelasi kuat secara negatif -
0,79 ≤ r ≤ -0,50 berarti berkorelasi sedang secara negatif -
0,49 ≤ r ≤ 0,49 berarti berkorelasi lemah 0,50 ≤ r ≤ 0,79 berarti berkorelasi sedang secara positif
0,80 ≤ r ≤ 1,00 berarti berkorelasi kuat secara positif.
2.8 Uji Signifikansi Parameter Regresi Individual