Tinjauan Pustaka RICHKY DARMAWAN 102407077

1.7. Tinjauan Pustaka

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945. Hak pemenuhan kebutuhan pangan bagi setiap manusia juga tercantum dalam deklarasi Roma tahun 1986, yaitu “Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit Plan of Action ”. Pertimbangan tersebut juga mendasari terbitnya UU pangan No.7 pada tahun 1996. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi disuatu negara. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Bagi indonesia, pangan diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan makanan pokok utama Mohammad Ismet, 2007. Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan makanan pokok bagi bangsa Asia, khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Myanmar. Rethna Hessie, 2009. Produksi padi Indonesia dengan fluktuasi di beberapa tahun mempunyai kecenderungan meningkat. Pada awal tahun 1960 sampai dengan tahun 1970, kenaikan produksi lebih banyak dipengaruhi oleh perluasan lahan dan perbaikan produktivitas meskipun masih berjalan relatif lamban. Pertumbuhan produksi cukup tajam sekitar rata-rata 4,3 persen per tahun pada kurun waktu 1970-1990. Periode berikutnya 1997-200 meningkat rata-rata 1,67 persen per tahun, terutama karena bertambahnya areal panen. Kenaikan rata-rata terus terjadi sehingga pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 60,28 juta ton gabah kering giling atau naik sebesar 5,46 persen Universitas Sumatera Utara dibanding tahun 2007. Dengan produksi tersebut, maka Indonesia kembali menjadi negara swasembada beras. Fluktuasi teus terjadi dalam kurun waktu terakhir hingga swasembada sulit dipertahankan. Kebutuhan konsumsi nasional sebagian dipenuhi dari impor Tajuddin Bantacut, 2012. Dengan menggunakan data produksi padi ataupun beras jika dibandingkan dengan angka konsumsi agregate atau konsumsi langsung, sebenarnya kita memang sudah mencukupi konsumsi rumah tangga. Bahkan dengan angka dasar ketersediaan beras 139 kgkapitatahun sekalipun, produksi beras kita masih mencukupi kebutuhan dalam negeri. Jika penduduk kita mencapai 237 juta jiwa, maka kita hanya membutuhkan produksi beras kurang dari 33 juta ton. Hal ini berarti tingkat kecukupan ketersediaan beras dengan mengendalikan produksi dalam negeri cukup menjaga produksi beras pada tinggkat terendah 50 juta ton gabah kering giling, meskipun kini telah mampu menghasilkan lebih dari 66 juta ton GKG Noer Sutrisno, 2012. Permasalahan produksi pangan dalam negeri, terutama beras, menjadi semakin kompleks apabila dikaitkan dengan karateristik produksi pangan yang mempunyai ketimpangan antar tempat dan waktu serta diproduksi oleh jutaan petani produsen yang sebagian besar petani kecil, petani tanpa tanah atau buruh padi. Masalah konsumsi juga tidak sederhana. Beras harus tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang terjangkau, yaitu masyarakat miskin Mohammad Ismed, 2007. Dengan pertimbangan karteristik produksi, konsumsi beras, dan pasar beras yang terintegrasi, serta pentingnya beras sebagai komoditi ekonomi dan politik, maka diperlukan kebijakan ketahanan pangan yang bersifat nasional dan komprehensif, tidak terpisah-pisah atau parsial. Dalam rangka mewujudkan ketersediaan pangan yang bersifat nasional tersebut, Universitas Sumatera Utara diperlukan kebijakan Pemerintah yang mengelola jaringan kegiatan pemasaran antar tempat dan antar waktu pengadaan, penyaluran dan penyimpanan yang terkendali secara nasional yang bobotnya secara proporsional disesuaikan dengan besar-kecilnya pasar beras di masing-masing wilayahdaerah. Kebijakan pangan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah harus dapat mengakomodasikan dan menyeimbangkan penawaranproduksi dan permintaan beras. Disatu pihak, kebijaksanaan pemerintah harus berupaya meningkatkan produksi pangan dalam rangka ketersediaan pangan dengan harga terjangkau masyarakat konsumen, namun dipihak lain kebijaksanaan pangan pemerintah tersebut harus meningkatkan kesejahteraan petani yang selalu menginginkan harga tinggi bagi komoditi yang dihasilkannya. Dengan demikian harus tercipta price brand yang reasonable untuk musim panen maupun untuk musim panceklik Mohammad Ismed, 2007. Universitas Sumatera Utara BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi