Hasil Analisis Senyawa Organik Larut Air

milik petani biasa, sedangkan kotoran ayam dan kotoran sapi yang digunakan untuk membuat kompos A dan kompos B berasal dari kandang milik Institut Pertanian Bogor IPB. Kotoran ayam dan kotoran sapi yang berasal dari kandang IPB memiliki kandungan hara yang tinggi karena bahan makanan yang diberikan pada ternak diatur atau dihitung nutrisinya. Kadar hara dari ketiga jenis kompos dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Analisis Kadar Hara Total dari Beberapa Kompos Contoh K Na Ca Mg Fe Cu Zn Mn ---------------------------------------------------------------------------- Kompos A 0,96 0,03 0,70 0,68 0,60 0,02 0,06 0,09 Kompos B 0,36 0,04 0,19 0,37 2,06 0,01 0,02 0,11 Kompos C 0,24 0,02 0,18 0,21 0,61 0,01 0,02 0,05

4.2. Hasil Analisis Senyawa Organik Larut Air

Senyawa organik larut air merupakan bagian dari bahan organik yang terlarut dalam air yang diperoleh dengan menyaring bahan organik menggunakan saringan 0,45µ m. Hasil penyaringan terhadap ketiga jenis bahan organik padat menunjukkan adanya perubahan karakteristik dari bahan tersebut. Karakteristik SOLA dari ketiga jenis kompos seperti pH, DHL, karbon organik terlarut disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Analisis Karbon Organik Terlarut, DHL dan pH SOLA dari Beberapa Kompos Contoh DOC mgL DHL mScm pH Kompos A 1.046,1 5,6 6,7 Kompos B 142,7 0,7 6,7 Kompos C 40,0 0,8 6,4 Keterangan : Jumlah bahan organik yang diekstrak sudah memperhitungkan kkadar air DOC : Karbon organik terlarutdisolve organic carbon Karbon organik terlarut menggambarkan senyawa C terlarut yang terkandung dalam air yang berasal dari bahan organik. Hasil pengukuran DOC terhadap ketiga jenis kompos menunjukkan bahwa kompos A memiliki kandungan DOC sebesar 1.046,1 mgL atau 0,105, kompos B memiliki kandungan DOC sebesar 142,7 mgL atau 0,014 dan kandungan DOC kompos C sebesar 40,0 mgL atau 0,004. Kandungan DOC dari Kompos B dan kompos C menurut Zsolnay 1996 dalam Zsolnay, 2003 masih dikatakan normal dalam ekosistem tanah karena kandungan DOC dari kedua jenis kompos kurang dari 100 mgL, sedangkan kandungan DOC kompos C sangat tinggi. Tingginya DOC ini menurut Andersson et al. 2000 disebabkan oleh pH yang tinggi dan meningkatnya aktivitas mikroba. Menurut Bernal et al. 1998 kadar DOC yang terkandung dalam kompos apabila kurang dari 1,7 maka kompos tersebut dikategorikan telah matang. Berdasarkan asumsi tersebut, maka ketiga jenis kompos yang digunakan dikategorikan telah matang. Daya hantar listrik merupakan ukuran dari kandungan garam terlarut. Menurut Petrik 1985 dalam Turan, 2008 kompos yang ideal harus memiliki DHL kurang dari 2 mScm. Apabila DHL kompos melebihi 2 mScm maka kompos tersebut dikatakan salin. Hasil pengukuran DHL terhadap SOLA dari ketiga jenis kompos yang digunakan menunjukkan bahwa kompos A tergolong salin karena memiliki DHL 5,6 mScm, sedangkan kompos B dan kompos C digolongkan normal karena DHL kedua kompos tersebut berturut-turut yaitu 0,7 mScm dan 0,8 mScm. Senyawa organik yang telah diekstrak dengan air memiliki beberapa karakter yang berbeda dengan bahan asalnya. Perbedaan karakter tersebut diantaranya terdapat dalam pH dan kandungan unsur hara. Perubahan pH yang terjadi tidak terlalu tinggi. Gambar 17 memperlihatkan bahwa penyaringan menggunakan saringan 0,45 µ m menyebabkan perubahan pH menuju ke arah reaksi yang netral mendekati pH 7. Kompos A mengalami penurunan pH dari 7,4 menjadi 6,7, sedangkan kompos B dankompos C mengalami peningkatan pH. Peningkatan pH pada kompos B tidak terlalu tinggi yaitu dari pH 6,5 menjadi pH 6,7, sedangkan peningkatan pH kompos C cukup tinggi yaitu 5,4 menjadi 6,4. Menurut Zsolnay 2003 konsentrasi proton dapat memberikan efek yang kuat pada struktur SOLA dan efek ini dapat berbeda-beda antara sumber SOLA yang berbeda, sehingga perubahan pH dapat mempengaruhi struktur dari SOLA. Perubahan pH dapat disebabkan oleh keadaan reduktif saat pembuatan SOLA. Gambar 17. Grafik Perubahan pH Bahan Baku Setelah Disaring. Keterangan : Kom-A : Kompos A Kom-B : Kompos B Kom-C : Kompos C Penyaringan menggunakan saringan membran 0,45 µ m tidak hanya menyebabkan perubahan pH, namun menyebabkan juga perubahan kandungan hara. Kandungan unsur hara mikro Fe, Cu, dan Zn dalam SOLA sangat rendah dibandingkan bahan bakunya kompos padat, sedangkan kandungan unsur hara makro K, Ca, dan Mg dalam SOLA lebih rendah dari pada bahan bakunya. Hal ini disebabkan oleh kandungan hara SOLA dari ketiga jenis kompos merupakan yang larut air, sedangkan kandungan hara dari bahan baku SOLA kompos padat merupakan hara total yang terkandung dalam kompos tersebut. Penyaringan menggunakan saringan membran dapat menyebabkan terjadinya fouling. Fouling merupakan proses terakumulasinya komponen secara permanen akibat filtrasi itu sendiri. Fouling terjadi akibat interaksi yang sangat spesifik secara fisik dan kimia antara berbagai padatan terlarut pada membran Juansah et al., 2009. Padatan terlarut yang terdapat pada membran dapat menggangu proses penyaringan sehingga dapat dimungkinkan kandungan hara dalam SOLA lebih rendah dari bahan asalnya. Selain itu, penyaringan juga menyebabkan hara tertentu tidak terukur dalam SOLA seperti Mn. Perubahan 7.4 6.5 5.4 6.7 6.7 6.4 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 Kom-A Kom-B Kom-C pH H 2 O Bahan Organik Padat pH SOLA kandungan hara dari masing-masing kompos dapat dilihat pada Gambar 18 sampai 20. Kandungan Na dalam SOLA dari ketiga jenis kompos dan Ca dalam SOLA dari kompos C tidak dipengaruhi oleh proses fouling. Hal ini ditunjukkan dengan kandungan Na dalam SOLA ketiga jenis kompos dan kandunan Ca dalam SOLA dari kompos C sama dengan bahan asalnya kompos padat. Kandungan hara dalam SOLA dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Analisis Kandungan Hara dalam SOLA Contoh K Na Ca Mg Fe Cu Zn Mn --------------------------------- --------------------ppm------------------- Kompos A 0,40 0,03 0,13 0,27 28,61 3,81 2,66 - Kompos B 0,10 0,04 0,02 0,02 8,79 0,99 0,50 - Kompos C 0,07 0,02 0,18 0,05 0,76 0,58 0,36 - Gambar 18. Grafik Perubahan Kandungan Unsur Hara Makro dari Kompos A 0.96 0.03 0.70 0.68 0.40 0.03 0.13 0.27 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 K Na Ca Mg K an d u n gan H ar a Hara Bahan baku SOLA Gambar 19. Grafik Perubahan Kandungan Unsur Hara Makro dari Kompos B Gambar 20. Grafik Perubahan Kandungan Unsur Hara Makro dari Kompos C 0.36 0.04 0.19 0.37 0.10 0.04 0.02 0.02 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 K Na Ca Mg K an d u n gan H ar a Hara Bahan baku SOLA 0.24 0.02 0.18 0.21 0.07 0.02 0.18 0.05 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 K Na Ca Mg K an d u n gan H ar a Hara Bahan baku SOLA V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan