Gugus Fungsional TINJAUAN PUSTAKA

perombakan bahan organik ini terjadi secara biofisiko-kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna Suryadikarta dan Simanungkalit, 2006. Hasil pengomposan berupa kompos, yaitu jenis pupuk yang terjadi karena proses penghancuran oleh alam Sarief, 1985 dan mikroorganisme pengurai terhadap bahan organik daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung serta kotoran hewan. Adapun karakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain: 1 mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal, 2 menyediakan unsur hara secara lamban slow release dan dalam jumlah terbatas, dan 3 mempuyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah Suryadikarta dan Simanungkalit, 2006. Sifat fisik dari kompos antara lain kadar kelembaban 35, bobot isi, kemampuan memegang air, dan ukuran bahan, sedangkan sifat kimia dari kompos antara lain karbon organik total, kapasitas tukar kation, Nitrogen total, pH, daya hantar listrik DHL, P, K, Ca, Mg dan unsur mikro Sullivan dan Miller, 2001. Hasil analisis hara kotoran sapi dan ayam serta kandungan hara dalam kompos yang berasal dari kedua jenis kotoran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Hara dari Kotoran dan Kompos Kotoran Sapi dan Ayam Jenis Bahan Asal Kadar Hara C N CN P K ----- ----- -------------- Kotoran sapi 63,44 1,53 41,47 0,67 0,70 Kotoran ayam 42,18 1,50 28,12 1,97 0,68 Kompos kotoran sapi 39,31 2,34 16,80 1,08 0,69 Kompos kotoran ayam 18,36 1,70 10,80 2,12 1,45 Sumber: Hartatik dan Widowati, 2006

2.2. Gugus Fungsional

Dekomposisi bahan organik menghasilkan asam-asam organik yang selanjutnya membentuk koloid organik dengan tapak muatan yang jauh lebih banyak dibandingkan koloid inorganik. Tapak-tapak reaktif ini terdiri dari gugus- gugus fungsional dari senyawa organik Anwar dan Sudadi, 2007. Menurut Tan 1991 bahan organik mengandung sejumlah gugus fungsional seperti gugus karboksilat, gugus-gugus hidroksil fenolat dan alkoholik, gugus asam amino, amida, keton, dan aldehida. Gugus fungsional yang mempunyai peranan dalam jerapan air adalah gugus karboksil. Menurut Hart 2003 gugus fungsional utama dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, seperti gugus fungsional yang merupakan bagian dari kerangka molekul alkana, alkuna, dan alkena, gugus yang mengandung oksigen alkohol, eter, aldehida, keton, asam karboksilat, ester, gugus yang mengandung nitrogen amina dan amida, dan gugus yang mengandung belerang tiol, tioter, asam sulfonat, serta gugus yang mengandung halogen alkil dan halide asam. Alkohol dan fenol digolongkan dalam gugus hidroksil -OH. Fenol mempunyai gugus yang sama dengan alkohol, tetapi gugus fungsinya melekat langsung pada cicin aromatik. Gugus hidroksil bersifat polar sebagai akibat atom oksigen elektronegatif yang menarik elektron ke arah dirinya sendiri. Akibatnya, molekul air tertarik ke gugus fungsional. Hal ini akan membantu melarutkan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil. Sedangkan, asam karboksilat digolongkan sebagai gugus karboksil COOH. Alkohol, fenol dan asam karboksilat dapat mengion dan melepaskan H + dari ion hidroksilnya. Aldehida dan keton digolongkan dalam gugus fungsional karbonil C=O Hart, 2003. Alkana tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena molekul air bersifat polar, sedangkan alkana bersifat nonpolar. Ketidaklarutan alkana dan air sangat menguntungkan bagi tumbuhan Hart, 2003.

2.3 Senyawa Organik Larut Air