PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Karakteristik oseanografi di permukaan perairan Utara Jawa, Selatan Lombok hingga Sorong, Papua Barat pada Musim Timur 2010

1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oseanografi merupakan kunci untuk membuka rahasia lautan sehingga langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengeksplorasi berbagai macam sumber daya laut adalah dengan mengkaji karakteristik oseanografinya terlebih dahulu. Karakteristik oseanografi di setiap perairan berbeda antara satu dengan lainnya karena mempunyai sifat yang berbeda dalam struktur geografi, musim, dan pola sirkulasi massa airnya Nontji, 2005. Karakteristik oseanografi ditentukan oleh berbagai parameter oseanografi, di antaranya adalah suhu, salinitas, Total Suspended Solid TSS, klorofil-a, dan Tinggi Paras Laut TPL. Suhu dan konsentrasi klorofil-a sangat penting untuk kehidupan sumber daya ikan dan biota lainnya Hasyim, 2010; salinitas mempengaruhi penyebaran biota laut Nybakken, 1988; TSS dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser Effendi, 2003; dan TPL penting dalam menduga daerah upwelling Nababan et al., in press. Perairan di Indonesia umumnya memiliki kisaran Suhu Permukaan Laut SPL 28–31 o C, tetapi pada Musim Timur di beberapa perairan dimana penaikan massa air upwelling terjadi seperti Laut Banda, SPL bisa turun sampai sekitar 25 o C. Di perairan samudra, salinitas biasanya berkisar antara 34–35, sedangkan di perairan pantai karena adanya pengenceran akibat limpasan sungai maka kisaran salinitas bisa turun. Pada Musim Barat dimana terjadi musim hujan di berbagai wilayah Indonesia menyebabkan seluruh permukaan perairan Indonesia didominasi oleh massa air yang bersalinitas kurang dari 33. Pada Musim Timur terjadi hal yang sebaliknya seiring dengan bertiupnya angin Musim Timur yang 2 menyebabkan musim kemarau di berbagai wilayah Indonesia. Pada saat ini seluruh permukaan perairan Indonesia di sebelah timur, mulai dari sebelah utara Jawa Timur, sebagian Selat Makasar, Selat Flores, Laut Banda, dan Laut Maluku didominasi oleh air yang bersalinitas tinggi lebih dari 34 akibat tingginya tingkat evaporasi Nontji, 2005. Berdasarkan penelitian Nontji 1974 dalam Arsjad et al. 2004 nilai rata- rata kandungan klorofil-a di perairan Indonesia sebesar 0,19 mgm 3 , nilai rata-rata pada saat berlangsung Musim Timur 0,24 mgm 3 menunjukkan nilai yang lebih besar dari pada Musim Barat 0,16 mgm 3 . Kandungan TSS yang tinggi dapat membahayakan kehidupan biota perairan, Nilai Ambang Batas NAB yang aman bagi kandungan TSS di perairan yang telah ditetapkan Kementrian Lingkungan Hidup sekitar 80 ppm Edward dan Tarigan, 2003. Semakin menjauhi daratan menuju laut lepas kandungan TSS semakin rendah karena TSS sangat dipengaruhi oleh limpasan dari sungai Effendi, 2003. Pada Musim Timur di beberapa perairan Indonesia umumnya terjadi fenomena penaikan massa air upwelling seperti di perairan Laut Banda, Arafura, Selatan Jawa hingga Sumbawa, dan selatan Selat Makasar Wyrtki, 1961; Nontji, 2005. Daerah upwelling ditunjukkan dengan TPL yang bernilai minus Nababan et al ., in press. Daerah upwelling merupakan daerah penangkapan ikan yang sangat potensial karena tingginya produktivitas primer di daerah tersebut Nontji, 2005. Penelitian mengenai karakteristik oseanografi lapisan permukaan, seperti: SPL, salinitas, klorofil-a, TSS, dan TPL sangat penting untuk dikaji mengingat 3 informasi tentang karakteristik oseanografi permukaan tersebut masih sangat minim. Informasi mengenai karakteristik oseanografi lapisan permukaan sangat berguna dalam menduga daerah upwelling.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mempelajari karakteristik oseanografi lapisan permukaan di perairan utara Jawa, selatan Lombok hingga Sorong, Papua Barat pada Musim Timur 2010. 2. Menduga adanya fenomena upwelling di perairan utara Jawa, selatan Lombok hingga Sorong, Papua Barat pada Musim Timur 2010. 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian