Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Sail Banda Cruise.

27 klorofil-a yang lebih besar dari 2 mgm 3 harus dilakukan cek lapang karena kemungkinan nilai tersebut bukanlah kandungan klorofil-a, tetapi merupakan pengaruh sedimentasi yang cukup tinggi Arsjad et al., 2004. Data citra sebaran SPL dan konsentrasi klorofil-a citra Aqua-MODIS memberikan koreksi terhadap kemungkinan adanya fenomena upwelling dari hasil pengamatan SPL dan salinitas secara in situ pada saat berlangsungnya Indomix Cruise . Lokasi-lokasi yang diduga kuat terjadi upwelling berdasarkan data in situ dan data citra satelit hanya pada koordinat titik 4A 126 o 59’52,8” BT dan 6 o 17’7,8” LS Laut Banda; titik 5A 119 o 2’31,6” BT dan 9 o 3’42,5” LS Laut Sawu; serta titik 6A 116 o 24’22,0” BT dan 9 o 1’49,1” LS perairan selatan Lombok, sedangkan untuk lokasi yang lain diduga tidak terjadi upwelling dengan mengacu kepada nilai SPL-nya yang bernilai relatif sedang.

4.2 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Sail Banda Cruise.

Pengambilan data in situ SPL dan salinitas dari Sail Banda Cruise dibagi ke dalam dua tahap, yakni tahap I dimulai dari perairan utara Jawa Tengah hingga Laut Banda dan tahap II dimulai dari Laut Seram hingga perairan utara Jawa Tengah. Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Sail Banda ditampilkan pada Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan lintasan pengambilan data in situ SPL dan salinitas Sail Banda Cruise, dimulai dari Laut Jawa di bagian utara Jawa Tengah, Laut Flores, Laut Banda, dan Laut Seram. Pada Gambar 9 terlihat bahwa pada Musim Timur 2010 perairan barat Indonesia memiliki kisaran nilai SPL yang relatif lebih tinggi dari pada perairan timur Indonesia, sedangkan kisaran salinitas 28 menunjukkan hal yang sebaliknya. Gambar 9. Peta sebaran SPL atas dan salinitas bawah pada Sail Banda Cruise 25Juli–10 Agustus 2010. Biru SPL=25,0–26,3 o C; S=25,3–27,3; hijau SPL=26,3–27,6 o C; S=27,3–29,3; dan merah 27,6–29,0 o C; S=29,3–31,3 Pada Musim Timur 2010 terlihat jelas bahwa massa air yang bersalinitas relatif tinggi menyusup masuk sampai ke pertengahan laut Jawa sehingga pada saat ini bisa dikatakan seluruh perairan Indonesia di sebelah timur, mulai dari sebelah utara Jawa Timur hingga Laut Seram didominasi oleh air yang bersalintas relatif tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya musim kemarau menyebabkan pengenceran di Paparan Sunda terjadi lebih sedikit sehingga air bersalinitas tinggi dari perairan timur Indonesia dapat menyusup masuk hingga Laut Jawa Nontji, 2005. Grafik pola sebaran SPL dan salinitas rata-rata harian pada Sail Banda Cruise ditunjukkan pada Gambar 10. 2B 2B 1B 1B 29 1B 1B 2B Gambar 10. Grafik pola sebaran SPL dan salinitas pada Sail Banda Cruise tahap I 25–30 Juli 2010 atas dan tahap II 5–10 Agustus 2010 bawah. Tanda lingkaran menunjukkan daerah dugaan fenomena upwelling Gambar 10 menunjukkan pola sebaran SPL dari perairan utara Jawa Tengah Laut Jawa ke arah Laut Banda pada Musim Timur 2010 cenderung menurun Sail Banda Cruise Tahap I, sedangkan pada Sail Banda Cruise Tahap II menunjukkan pola sebaran SPL dari Laut Seram ke arah perairan utara Jawa Tengah cenderung kembali meningkat. Pola sebaran salinitas menunjukkan pola yang berlawanan dengan pola SPL pada kedua tahap Sail Banda Cruise. Kisaran nilai SPL pada Musim Timur 2010 dari perairan utara Jawa Tengah hingga Laut Seram yang didapat dari Sail Banda Cruise adalah sekitar 25,0–29,0 o C dengan rata-rata sebesar 27,0 o C, sedangkan kisaran nilai salinitasnya sekitar 29,0–30,8 dengan rata-rata sebesar 29,8. Nilai SPL tertinggi 29,0 o C terdapat di perairan utara Jawa Tengah, sedangkan nilai terendah 25,0 o C terdapat di Laut Banda. Laut Jawa Laut Banda Laut Jawa Laut Seram 30 Nilai salinitas tertinggi 30,8 terdapat di Laut Banda, sedangkan nilai salinitas terendah 29,0 terdapat di perairan utara Jawa Tengah. Pada Gambar 10 terlihat adanya anomali yang terjadi dimana nilai SPL relatif rendah, tetapi salinitasnya justru bernilai relatif tinggi. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya fenomena upwelling yang biasanya terjadi pada saat Musim Timur di beberapa wilayah perairan di Indonesia. Pada Gambar 7 daerah upwelling diduga terjadi pada garis yang diberi keterangan tanda lingkaran tepat pada tanggal 31 Juli 2010 dan 6 Agustus 2010 dimana terlihat terjadinya anomali. Daerah dugaan upwelling tersebut masing-masing tepat berada di koordinat titik 1B 124 o 15’7,0” BT dan 5 o 57’47,4” LS serta titik 2B 123 o 13’19,5” BT dan 4 o 4’32,4” LS dimana keduanya tepat berada di Laut Banda. Nilai SPL dan salinitas pada lokasi tersebut masing-masing bernilai 25,0 o C dan 30,0; serta 25,3 o C dan 30,8. Citra satelit Aqua-MODIS yang diambil tepat pada periode Sail Banda Cruise menunjukkan nilai SPL pada kedua titik tersebut masing-masing bernilai 27,7 o C dan 27,8 o C dengan kisaran sekitar 25,2–31,8 o C dengan rata-rata sebesar 29,0 o C sehingga nilai SPL pada kedua titik tersebut dapat dikatakan bernilai relatif lebih rendah dari pada daerah sekitarnya. Data citra satelit sebaran klorofil-a pada periode dan lokasi yang sama perlu digunakan sebagai pendukung untuk membuktikan dugaan terjadinya upwelling pada lokasi-lokasi tersebut. Konsentrasi kandungan klorofil-a pada kedua titik tersebut masing-masing bernilai 0,17 dan 0,13 mgm 3 . Nilai ini terbilang relatif tinggi dikarenakan kisaran nilai kandungan klorofil-a pada periode tersebut adalah sebesar 0,05–9,62 mgm 3 31 dengan rata-rata sebesar 0,35 mgm 3 . Koordinat daerah dugaan upwelling yang sudah di-overlay dengan citra satelit Aqua-MODIS pada periode yang sama ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11. Sebaran SPL atas dan klorofil-a bawah dari citra Aqua- MODIS periode 28 Juli–4 Agustus 2010. Tanda silang menunjukkan daerah dugaan upwelling Hasil yang didapatkan dari kedua data citra satelit ini sesuai dengan hasil pengamatan SPL dan salinitas secara in situ pada Sail Banda Cruise sehingga pada kedua lokasi tersebut diduga kuat terjadi upwelling.

4.3 Pola Sebaran Klorofil-a pada Sail Banda Cruise