8
2.2.1 Suhu Permukaan Laut
Suhu adalah ukuran energi kinetik gerakan molekul yang terkandung dalam suatu benda Nybakken, 1988. Daerah yang paling banyak menerima
radiasi dari sinar matahari adalah daerah-daerah yang terletak pada lintang 10
o
LU–10
o
LS. Oleh karena itu, suhu air laut yang tertinggi akan ditemukan di daerah ekuator. Jumlah bahang yang diserap oleh air laut pada suatu lokasi
semakin berkurang bila letaknya semakin mendekati kutub Sverdrup et al., 1961 dalam
Hatta, 2001. Selain faktor sinar matahari, suhu di daerah tropik juga dipengaruhi oleh kondisi meteorologi antara lain ialah curah hujan, penguapan,
kelembaban udara, dan kecepatan angin sehingga suhu air di permukaan laut biasanya mengikuti pola musiman Nontji, 2005.
Sebaran suhu yang ada di permukaan laut hingga mencapai kedalaman 10 m didefinisikan sebagai SPL. Parameter ini sangat penting untuk diketahui karena
dapat memberikan informasi mengenai front, upwelling, arus, daerah tangkapan ikan, cuacaiklim, pencemaran miyak, dan pecemaran panas Susilo, 2006.
Upwelling di lautan dapat dilihat dari SPL di daerah terjadinya upwelling lebih
rendah dari daerah sekitarnya. Hal ini disebabkan karena air yang dingin dari lapisan bawah terangkat ke atas Hutabarat dan Evans, 1985; Nontji, 2005.
Semua benda pada suhu di atas nol derajat absolut 0 K, atau -273,16
o
C memancarkan energi radiasi elektromagnetik secara terus menerus. Energi dari
partikel suatu benda dalam gerakan acak disebut kinetic heat. Panas kinetik internal dapat dikonversi ke radiant energy. Jumlah fluks radiasi yang diemisi
dari sebuah objek disebut radiant themperature Trad. Umumnya antara themperatur kinetic
sebuah objek Tkin dan jumlah Trad berkorelasi positif
9 sehingga radiasi suhu suatu objek dapat diukur dari suatu jarak tertentu dengan
mengunakan sensor radiometer. Hal inilah yang menjadi dasar dari penginderaan jarak jauh inderaja sistem inframerah termal Susilo dan Gaol, 2008.
2.2.2 Salinitas
Salinitas didefinisikan kembali ketika teknik untuk menentukan salinitas dari hasil pengukuran konduktivitas, temperatur, dan tekanan telah dikembangkan.
Sejak tahun 1978 digunakan Practical Salinity Scale Skala Salinitas Praktis untuk mendefinisikan salinitas sebagai rasio dari konduktivitas. Salinitas praktis,
dengan simbol S, dari suatu sampel air laut didefinisikan sebagai rasio dari konduktivitas listrik K sampel air laut pada temperatur 15
o
C dan tekanan 1 ATM terhadap larutan kalium klorida KCl, dimana bagian massa KCl adalah
0,0324 pada temperatur dan tekanan yang sama Millero, 2005. Definisi Practical Salinity Scale ini dihitung dengan rumus menurut
Millero, 2005, pada persamaan 1. S = 0.0080 - 0.1692 K
12
+ 25.3853 K + 14.0941 K
32
- 7.0261 K
2
+ 2.7081 K
52
+ S………………………………………..……1 Sebaran horizontal salinitas di lautan menurut Ross 1970 dalam
Rosmawati 2004 bahwa semakin ke arah lintang tinggi maka salinitas akan semakin tinggi. Dalam pola distribusi secara horizontal, daerah yang memiliki
salinitas tertinggi berada pada daerah lintang 30
o
LU dan 30
o
LS, kemudian menurun ke daerah khatulistiwa. Hal ini disebabkan presipitasi di daerah tropis
jauh lebih tinggi sehingga terjadi pengenceran oleh air hujan. Selain perbedaan
10 lintang, salinitas suatu wilayah perairan bergantung pada topografi daerah
tersebut. Hal tersebut terkait dengan ada tidaknya limpasan air tawar yang berasal dari sungai menuju muara.
Daerah upwelling dapat dilihat dari nilai salinitasnya yang lebih tinggi dari pada di daerah sekitarnya karena upwelling mengangkat massa air dari lapisan
bawah yang salinitasnya lebih tinggi ke permukaan Hutabarat dan Evans, 1985; Nontji, 2005.
2.2.3 Klorofil-a