17 endokrin selama siklus molting. Selain itu, dapat dipengaruhi juga oleh seks,
perkembangan, status reproduksi dan nutrisi Song et al. 2003.
3.6 Indeks Fagositik
Fagositosis merupakan reaksi yang paling umum dalam pertahanan seluler udang. Fagosit dapat terjadi pada luka, di dalam organ penyaringan, jaringan
sistem peredaran, dan dalam cairan tubuh. Lebih lanjut, perbandingan indeks fagositik antar perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7.
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0,05
K- kontrol negatif, K+ kontrol positif , A probiotik 0,5 dan prebiotik 1, B probiotik 1 dan prebiotik 2, C probiotik 2 dan prebiotik 4.
Gambar 7. Indeks fagositik udang vaname setelah uji tantang dengan imnv. Gambar 7 menunjukkan bahwa indeks fagositik udang vaname perlakuan
A, B, dan C lebih tinggi 36-61 dibandingkan dengan K+ 26,5. Uji statistik menunjukkan bahwa infeksi IMNV memberikan pengaruh berbeda nyata pada
indeks fagositik udang vaname p0,05; Lampiran 7. Berdasarkan uji lanjut Duncan, perlakuan C tidak berbeda nyata dengan K-, namun berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Meningkatnya pertahanan tubuh dapat diketahui dengan meningkatnya aktifitas sel-sel fagosit dari hemosit. Sel-sel fagosit tersebut
berfungsi dalam proses fagositosis terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh inang. Proses fagositosis dimulai dengan pelekatan attachment dan
penelanan ingestion partikel mikroba ke dalam sel fagosit. Sel fagosit kemudian membentuk vakuola pencernaan digestive vacuola yang disebut phagosome
Rodriguez dan Le Moullac 2000. Sehingga, perlakuan C merupakan perlakuan
35,00 26,50
36,00 52,00
61,00
10 20
30 40
50 60
70
K- K+
A B
C In
de ks
F ago
si ti
k
Perlakuan
d b
b a
c
18 sinbiotik yang memiliki respon imun yang lebih baik dibandingkan perlakuan
lainnya.
3.7 Aktivitas Phenoloxydase PO
Enzim phenoloxydase PO terdapat dalam hemolim dan merupakan inactive pro-enzyme yang disebut proPO. Uji statistik menunjukkan bahwa infeksi
IMNV memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap aktivitas enzim PO p0,05; Lampiran 7. Aktivitas enzim PO udang vaname pada masing-masing perlakuan
dapat dilihat pada Gambar 8.
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0,05
K- kontrol negatif, K+ kontrol positif , A probiotik 0,5 dan prebiotik 1, B probiotik 1 dan prebiotik 2, C probiotik 2 dan prebiotik 4.
Gambar 8. Aktivitas Phenoloxydase udang vaname setelah uji tantang dengan IMNV.
Gambar 8 menunjukkan bahwa perlakuan B, C, dan K- memiliki aktivitas PO lebih tinggi 0,20-0,41 dibandingkan dengan K+ dan A 0,05 dan 0,08. Hal
ini menunjukkan pemberian sinbiotik dengan dosis yang terdapat pada perlakuan B dan C mampu meningkatkan aktivitas PO. Meningkatnya aktivitas PO
menyebabkan kemampuan udang vaname untuk mengenali benda asing yang masuk ke dalam tubuh semakin baik. Proses ini akan mengurangi benda asing
dalam tubuh sehingga daya tahan udang akan meningkat. Enzim PO diaktifkan oleh imunostimulan dan berperan dalam proses melanisasi. Imunostimulan yang
digunakan dalam penelitian ini berupa sinbiotik. Imunostimulan dapat berupa
0,20
0,05 0,08
0,21 0,40
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
0,45
K- K+
A B
C P
he nol
ox ydas
e
Perlakuan
a b
a c
b
19 bakteri dan produk bakteri, yeast, kompleks karbohidrat, faktor nutrisi, ekstrak
hewan, ekstrak
tumbuhan, dan
obat-obatan sintetik
Sakai 1999;
Cook et al. 2003. Transformasi proPO menjadi PO melibatkan beberapa reaksi yang dikenal
sebagai sistem aktivasi proPO. Sistem ini terutama diaktifkan oleh beta glukan, dinding sel bakteri dan LPS. Sistem proPO dapat digunakan sebagai marker
kesehatan udang dan lingkungan karena perubahan sistem proPO berkorelasi dengan tahap
infeksi dan
variasi lingkungan Sritunyalucksana dan
Soderhall 2000. Enzim PO bertanggung jawab terhadap proses melanisasi pada arthropoda
Rodriquez dan Le Moullac 2000. Enzim ini mengkatalis hidroksilasi monophenol dan oksidasi phenol menjadi quinones yang diperlukan untuk proses
melanisasi sebagai respon terhadap penyerang asing dan selama proses penyembuhan. Quinone selanjutnya diubah melalui suatu reaksi non-enzymatic
menjadi melanin dan sering dideposit pada benda yang dienkapsulasi, dalam nodule haemocyte, dan pada daerah kulit yang terinfeksi jamur. Produksi reactive
oxygen spesies seperti superoxyde anion dan hydroxyl radical selama pembentukan quonoid juga memainkan peranan penting sebagai antimikroba
Sritunyalucksana dan Soderhall 2000; Vargas dan Yepiz 2000.
3.8 Diferensial Hemosit