Gangguan Akibat Kurang Yodium GAKY

Tabel 8 Proporsi BBLR SDKI dan Riskesdas SDKI 1986-1991 SDKI 1989-1994 SDKI 1992-1997 SDKI 2002-2003 Riskesdas 2007 Riskesdas 2010 Nasional 7,3 7,1 7,7 7,6 11,5 11,1 Perkotaan 6,8 6,6 Perdesaan 7,3 8,4 Rentang Provinsi 2,3-16,7 3,6-15,6 Riskesdas 2007, mendata berat badan bayi baru lahir dalam 12 bulan terakhir. Tidak semua bayi diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir. Dari bayi yang diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir, 11,5 lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram atau BBLR. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan proporsi BBLR mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2007, yaitu 11,1. Persentase BBLR hasil SDKI 2002-2003 menunjukkan 7,6 bayi lahir dengan BBLR, dan Riskesdas 2007 seperti disebutkan di atas sebesar 11,5. Adanya perbedaan metode survei maka tidak dapat langsung dinilai adanya peningkatan BBLR, hal ini perlu mendapat perhatian.

c. Gangguan Akibat Kurang Yodium GAKY

Masalah gizi lain yang juga menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah adanya gangguan pertumbuhan khususnya pada anak usia sekolah karena GAKY. Soekirman 2000, menyatakan bahwa pada anak usia sekolah dan dewasa GAKY dapat berakibat pembesaran kelenjar gondok, cacat mental, dan fisik. Berikut merupakan perkembangan prevalensi Gondok Total TGR di Indonesia tahun 1980-2003 Gambar 13. Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Kesmas, Survey Pemetaan GAKY Nasional Tahun 1980, 1990, 199698, Survey GAKY Nasional Tahun 2003 Gambar 13 Perkembangan prevalensi gondok total TGR di Indonesia tahun 1980-2003 Hasil survei pemetaan GAKY nasional tahun 19801982, 19871990, dan 19961998 menunjukkan penurunan prevalensi GAKY dengan kriteria TGR Total Goitre Rate yang cukup berarti. Pada tahun 198082, prevalensi GAKY pada 37.2 27.7 9.8 11.1 3 13 23 33 43 1980-1982 1987-1990 1996-1998 2003 Tahun anak usia sekolah 6-11 tahun adalah 37,2 dan menurun menjadi 27,7 pada tahun 19871990, dan selanjutnya menjadi 9,8 pada tahun 19961998. Survei GAKY tahun 2003 menunjukkan prevalensi GAKY sedikit meningkat 11,1, walaupun dilaporkan pada daerah endemik berat, prevalensi GAKY turun cukup berarti. Jumlah kabupaten yang tergolong endemik berat menurun, yaitu dari 22 kabupaten pada tahun 19961998 menjadi 14 kabupaten pada tahun 2003. Menurut WHO, GAKY dalam suatu populasi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat apabila TGR anak sekolah di atas 5. Hal ini berarti GAKY masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Secara internasional, perhitungan proporsi penduduk yang menderita gondok sebagai indikator GAKY sudah tidak dianjurkan lagi karena secara statistik dianggap kurang sahih. Di samping itu, indikator tersebut baru timbul pada tingkat akhir sebagai akumulasi terjadinya kekurangan yodium untuk waktu lama sehingga dianggap terlambat jika dipakai sebagai dasar tindak pencegahan. Indikator GAKY yang dianjurkan WHO adalah i kadar yodium dalam urine EYU= Eksresi Yodium Urine, yaitu proporsi EYU di bawah 100 μgL harus kurang dari 50 dan proporsi EYU di bawah 50 μgL harus kurang dari 20 dan ii konsumsi garam beryodium oleh rumah tangga, yaitu 90 rumah tangga menggunakan garam mengandung cukup yodium. Kedua indikator tersebut sudah dapat dilihat pada tahap awal, saat tingkat kekurangan yodium masih ringan. Oleh karena itu, kedua indikator itu dapat digunakan sebagai dasar tindak pencegahan sebelum timbul gondok atau akibat lain yang lebih parah seperti kerdil dan cacat mental Bappenas 2007b. Pada tahun 2003 median EYU anak sekolah di Indonesia adalah 22,9 μgL, sedangkan data proporsi EYU sudah mencapai 16,7 persen dari proporsi 100 μgL. Berdasarkan data Susenas, cakupan konsumsi garam beryodium secara nasional meningkat dari 68,5 persen di tahun 2002 menjadi 72,8 persen di tahun 2005. Hal ini menunjukkan masih besarnya potensi terjadinya GAKY pada masyarakat. Kekurangan yodium tingkat awal pada anak terbukti dapat menurunkan kecerdasan atau IQ. Anak yang kekurangan yodium memiliki IQ 10- 15 poin lebih rendah dari anak sehat Bappenas 2007b. Menurut hasil Riskesdas 2007, persentase anak 6-12 tahun dengan EYU 100 µgL indikasi terjadinya TGR sebesar 12,9. Dari 30 kabupaten kota, tidak ada satupun dengan persentase kadar iodium urin 100 μgL yang mencapai 50. Nilai rata-rata nasional EYU adalah 224 μgL, yang merupakan kategori di atas yang dianjurkan. Cakupan konsumsi garam mengandung cukup yodium secara nasional 62,3, yang terendah propinsi NTB 27,9 dan tertinggi propinsi Bangka Belitung 98,7. Sebanyak 6 provinsi telah mencapai target Universal Salt Iodization 2010 90, yaitu Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo dan Papua Barat. Gangguan Akibat Kurang Yodium GAKY dapat diatasi dengan mudah melalui garam yang telah difortifikasi yodium sesuai standar. Masalah rendahnya konsumsi garam beryodium cukup 30ppm di rumah tangga, adalah hanya 62,3 Riskesdas 2007, antara lain karena belum optimalnya penggerakan masyarakat, kurangnya kampanye konsumsi garam beryodium, dan dukungan regulasi yang belum memadai. Masalah lain adalah belum rutinnya pelaksanaan pemantauan garam beryodium di masyarakat Bappenas 2010b.

d. Anemia Gizi Besi AGB