4.5. Uji bioantifouling
Uji bioantifouling dilakukan dengan teknik invitro, menggunakan metode aktivitas hambat bakteri. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Vibrio spp. yang
diseleksi dari isolat bakteri pembentuk biofilm koleksi P2O LIPI. Seleksi bakteri Vibrio spp. dilakukan dengan menggunakan media TCBS, bakteri pembentuk
biofilm jenis Vibrio spp. akan membentuk koloni berwarna kuning terang pada media tersebut Gambar 17a. Identifikasi awal jenis bakteri dilakukan dengan
metode gram positif – gram negatif, dan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
dua bakteri Vibrio spp. merupakan bakteri gram negatif, ditunjukan dengan warna merah muda pada Gambar 17b.
a b
Gambar 17 a Koloni bakteri Vibrio spp. hasil seleksi dengan menggunakan media TCBS; b Hasil identifikasi dengan metode pewarnaan gram
bakteri Vibrio spp. hasil seleksi.
Aktivitas hambat biofilm ekstrak lamun pada konsentrasi 20 mgml terhadap bakteri uji Vibrio 4-3 dan 15-3 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan,
karena zona bening yang terbentuk hampir tidak tampak Gambar 18. Diameter rata-rata zona bening kurang dari 1 mm Tabel 7, nilai tersebut menunjukkan
bahwa aktivitas hambat ekstrak lamun terhadap bakteri pembentuk biofilm tergolong lemah Bell 1984. Feliatra 1999 menjelaskan Vibrio memiliki
kecenderungan sebagai bakteri gram negatif, sementara Branen dan Davidson 1993 memaparkan bakteri gram negatif umumnya sensitif terhadap senyawa
yang bersifat polar.
71 Tabel 7 Hasil pengujian aktivitas hambat biofilm Enhalus acoroides dan Thalassia
hemprichii pada konsentrasi 20mgml
Lamun Diameter Zona Hambat mm
Ekstrak n – heksana
Bakteri Vibrio 4 - 3
Bakteri Vibrio 15
– 3
Thalassia hemprichii 0,7
0,2 Enhalus acoroides
0,8 0,3
Ekstrak metanol Bakteri
Vibrio 4 - 3 Bakteri
Vibrio 15 – 3
Thalassia hemprichii 1,2
0,2 Enhalus acoroides
0,7 0,2
Kontrol Bakteri
Vibrio 4 - 3 Bakteri
Vibrio 15 – 3
n – heksana
Metanol
Sumber : Diolah dari Lampiran 5.
Zona hambat yang terbentuk dari hasil uji aktivitas hambat biofilm Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii pada konsentrasi 20mgml
ditampilkan pada Gambar 18.
Bakteri Biofilm Vibrio 4 – 3
Bakteri Biofilm Vibrio 15 – 3
Gambar 18 Hasil uji aktivitas hambat biofilm Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii pada konsentrasi 20mgml; Kertas cakram ditetesi Hex
pelarut n-heksana; Met pelarut methanol; 1 Ekstrak Enhalus acoroides dengan pelarut methanol; 2 Ekstrak Thalassia hemprichii
dengan pelarut methanol; 3 Ekstrak Enhalus acoroides dengan pelarut n-heksana; 4 Ekstrak Thalassia hemprichii dengan pelarut n-
heksana
Aktivitas hambat biofilm ekstrak lamun pada konsentrasi 200 mgml menunjukkan hasil yang lebih baik dari konsentrasi sebelumnya 20 mgml, zona
bening yang terbentuk terlihat variatif Gambar 19, dengan diameter beragam, namun rata-rata masih kurang dari 5 cm Tabel 8. Nilai-nilai tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas hambat ekstrak lamun dengan konsentrasi 200 mgml tergolong lemah hingga sedang Bell 1984.
Tabel 8 Hasil pengujian aktivitas hambat biofilm Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii pada konsentrasi 200mgml.
Lamun Diameter Zona Hambat mm
Ekstrak n – heksana
Bakteri Vibrio 4 - 3
Bakteri Vibrio 15 - 3
Thalassia hemprichii 3.67
3.67 Enhalus acoroides
5.00 2.33
Ekstrak metanol Bakteri
Vibrio 4 - 3 Bakteri
Vibrio 15 - 3
Thalassia hemprichii 5.33
1.33 Enhalus acoroides
3.67 1.00
Sumber : Diolah dari Lampiran 6.
Hasil uji aktivitas hambat biofilm dari ekstrak lamun dengan konsentrasi 200mgml dapat dilihat pada Gambar 19.
Bakteri Biofilm Vibrio 4 – 3
Bakteri Biofilm Vibrio 15 – 3
Gambar 19. Hasil uji aktivitas hambat biofilm Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii pada konsentrasi 200mgml; Kertas cakram ditetesi 1
Ekstrak Enhalus acoroides dengan pelarut methanol; 2 Ekstrak Thalassia hemprichii dengan pelarut methanol; 3 Ekstrak Enhalus
acoroides dengan pelarut n-heksana; 4 Ekstrak Thalassia hemprichii dengan pelarut n-heksana.