QS. Al-Ankabuut Al-Ankabut [29] : ayat 43 QS. Faathir Fatir [35] : ayat 19 wamaa yastawii al-amaa waalbashiiru

4. QS. Huud Hud [11] : ayat 24 matsalu alfariiqayni kaal-amaa waal-ashammi waalbashiiri waalssamiii hal yastawiyaani matsalan afalaa tadzakkaruuna [11:24] Perbandingan kedua golongan itu orang-orang kafir dan orang-orang mukmin, seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran daripada perbandingan itu?. 5. QS. Ar-Rad [13] : ayat 16 qul man rabbu alssamaawaati waal-ardhi quli allaahu qul afaittakhadztum min duunihi awliyaa-a laa yamlikuuna li-anfusihim nafan walaa dharran qul hal yastawii al-amaa waalbashiiru am hal tastawii alzhzhulumaatu waalnnuuru am jaaluu lillaahi syurakaa-a khalaquu kakhalqihi fatasyaabahaalkhalqu alayhim quli allaahu khaaliqu kulli syay-in wahuwa alwaahidualqahhaaru [13:16] Katakanlah: Siapakah Tuhan langit dan bumi? Jawabnya: Allah. Katakanlah: Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak pula kemudharatan bagi diri mereka sendiri?. Katakanlah: Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka? Katakanlah: Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. 6. QS. Al-Ankabuut Al-Ankabut [29] : ayat 43 watilka al-amtsaalu nadhribuhaa lilnnaasi wamaa yaqiluhaa illaaalaalimuuna [29:43] Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. 7. QS. Faathir Fatir [35] : ayat 19 wamaa yastawii al-amaa waalbashiiru [35:19] Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. 8. QS. Faathir Fatir [35] : ayat 28 wamina alnnaasi waalddawaabbi waal-anaami mukhtalifun alwaanuhu kadzaalika innamaa yakhsyaa allaaha min ibaadihi alulamaau inna allaaha aziizun ghafuurun [35:28] Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. 9. QS. Az-Zumar [39] : ayat 9 amman huwa qaanitun aanaa-a allayli saajidan waqaa-iman yahtsarual-aakhirata wayarjuu rahmata rabbihi qul hal yastawii alladziina yalamuuna waalladziina laa yalamuuna innamaa yatadzakkaru uluu al-albaabi [39:9] Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. 10. QS. Al-Mujaadilah Al-Mujadilah [58] : ayat 11 yaa ayyuhaa alladziina aamanuu idzaa qiila lakum tafassahuu fii almajaalisi faifsahuu yafsahi allaahu lakum wa-idzaa qiila unsyuzuu faunsyuzuu yarfaiallaahu alladziina aamanuu minkum waalladziina uutuu alilma darajaatin waallaahu bimaa tamaluuna khabiirun [58:11] Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan Ini adalah Kumpulan Hadits-Hadits Tentang Pendidikan. Hadits-Hadits ini saya koleksi dari berbagai sumber sehingga terkumpulah 31 Hadits Tentang Pendidikan. HADITS-HADITS TENTANG PENDIDIKAN 1. PENDIDIKAN ANAK لقاقق ةقرقيسرقهم يبذأق نسعق جذرقعسأقلسا نسعق دذانقزلذلا يبذأق نسعق كقلذامق نسعق يلمبذنقعسققلسا انقثقدلقحق همللقلا ىللقصق هذللقلا لموسمرق لقاقق دقولموسمق للمكم مقللقسقوق هذيسلقعق دملقويم هذللقلا لقوسمرق ايق اولماقق ءقاعقدسجق نسمذ سلمحذتم لسهق ءقاعقمسجق ةقمقيهذبق نسمذ لمبذإذلسا جمتقانقتق امقكق هذنذارقصلذنقيموق هذنذادقولذهقيم هماوقبقأقفق ةذرقطسفذلسا ىلقعق نقيلذمذاعق اونماكق امقبذ مملقعسأق همللقلا لقاقق ركيغذصق وقهموق تمومميق نسمق تقيسأقرقفقأق دواد وبأ هاور ] 1 [ Artinya : Menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi dari Malik dari Abi Zinad dari Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : “Setiap bayi itu dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. H.R. Abu Dawud KANDUNGAN HADITS Setiap anak dilahirkan atas fitrohnya yaitu suci tanpa dosa, dan apabila anak tersebut menjadi yahudi atau nasrani, dapat dipastikan itu adalah dari orang tuanya. Orang tua harus mengenalkan anaknya tentang sesuatu hal yang baik yang harus dikerjakan dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan. Sehingga anak itu bisa tumbuh berkembang dalam pedndidikan yang baik dan benar. Dalam proses pendidikkan anak ini, adakalanya orang tua bersikap keras dalam mendidik anak. Contohnya, pada umur tujuh tahun orang tua mengingatkan anaknya untuk melakukan sholat dan pada saat umur sepuluh tahun, orang tua boleh memukulnya ketika sianak tersebut tidak mengerjakan sholat. Ketika anak tersebut oleh orang tuanya dijadikan seorang muslim maka anak tersebut harus menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim. Salah satunya adalah berbakti kepada kedua orang tuanya seperti firman Allah SWT. “dan Kami wajibkan manusia berbuat kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya”. Q.S Al- ankabuut. Alangkah tepat andai firman Allah tersebut kita baca berulang-ulang dan kita renungkan dalam- dalam. Sehingga Allah berkenan mengaruniakan cahaya hidayahnya kepada kita, mengaruniakan kesanggupan untuk mengoreksi diri dan mengaruniakan kesadaran untuk bertanya: “Telah seberapa besarkah kita memuliakan ibu bapak?”. Boleh jadi kita sekarang mulai mengabaikan orang tua kita. Bisa saja saat ini mereka tengah memeras keringat banting tulang mencari uang agar studi kita sukses. Sementara kita sendiri mulai malas belajar dan tidak pernah menyesal ketika mendapatkan nilai yang pas-pasan. Bahkan, dalam shalat lima waktunya atau tahajudnya mereka tak pernah lupa menyisipkan doa bagi kebaikan kita anak-anaknya. Tetapi, berapa kalikah dalam sehari semalam kita mendoakannya? Shalat saja kita sering telat dan tidak khusyuk Rasulullah SAW menempatkan ibu “tiga tingkat” di atas bapak dalam hal bakti kita pada keduanya. Betapa tidak, sekiranya saja kita menghitung penderitaan dan pengorbanan mereka untuk kita, sungguh tidak akan terhitung dan tertanggungkan. Orang bijak mengatakan, “Walau kulit kita dikupas hingga telepas dari tubuh tidak akan pernah bisa menandingi pengorbanan mereka kepada kita.” Jadi orang tua itu berperan penuh dalam proses mendidik anaknya, apabila anak itu sampai tidak mengenal agama mengenal Allah maka itu merupakan kelalaian orang tua.

2. ETIKA MENJAWAB PERTANYAAN KETIKA DALAM PEMBICARAAN PENTING