2.2 Senyawa Humat
Istilah senyawa humat berasal dari Berzellius 1830 yang menggolongkan fraksi humat tanah ke dalam 1 asam humat, yakni fraksi yang larut dalam basa,
tidak larut dalam asam dan alkohol; 2 asam krenat dan apokrenat, merupakan fraksi yang larut dalam air; dan 3 humin, yakni bagian yang tidak dapat larut dan
inert. Senyawa humat ini bersifat amorf, berwarna kuning sampai coklat hitam dan memiliki bobot molekul tinggi Tan, 1993.
Senyawa humat terdiri atas makromolekul aromatik kompleks asam amino, peptida, termasuk juga ikatan antar kelompok aromatik yang juga terdiri atas
fenolik OH bebas, struktur quinon, nitrogen dan oksigen pada cincin aromatik. Kandungan asam humat tanah yaitu C, H, N, O, S dan P serta unsur lain seperti
Na, K, Mg, Mn, Fe dan Al. Arsiati 2002 dalam Ardianto, 2009 menambahkan kandungan asam humat yaitu 56,2 C, 35,5 O, 47 H, 3,2 N dan 0,8 S.
Menurut Eggertz 1888 dalam Orlov, 1985 asam humat mengandung 0,6 – 1,1 S dan 0,2 - 3,7 P. Eggertz juga mengamati adanya 5,6 Al dan Fe oksida, 0,05
- 0,15 sodium Na, 0,6 kalium sufat, magnesium dan mangan yang kecil. Proses pembentukan bahan humat merupakan hasil dari transformasi sisa-
sisa bahan organik yang disebut dengan proses humifikasi. Lebih jauh, humifikasi merupakan kombinasi dari proses-proses transformasi bahan organik yang
menghasilkan asam humat dan asam fulvat. Mekanisme pembentukan asam humat diperlihatkan pada Gambar 2.
Residu Tanaman Modifikasi Lignin
Transformasi oleh Mikroorganisme
Gula Polifenol
Amino Hasil Dekomposisi Lignin
Asam Humat Quinon
Quinon Gambar 2. Mekanisme pembentukan asam humat Tan, 1993
Bersama dengan liat tanah, senyawa humat bertanggung jawab atas sejumlah aktivitas kimia dalam tanah. Senyawa humat dan liat terlibat dalam
reaksi kompleks dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, senyawa humat memperbaiki
kesuburan tanah dengan mengubah kondisi fisik, kimia, dan biologi dalam tanah. Secara langsung senyawa humat merangsang pertumbuhan pertumbuhan tanaman
melalui pengaruhnya terhadap metabolisme dan terhadap sejumlah proses fisiologi lainnya Tan, 1992.
Sejumlah metode tersedia untuk ekstraksi dan isolasi bahan humat dari tanah. Pemilihan ekstraktan yang cocok disarankan pada dua pertimbangan: 1
reagen seharusnya tidak mempunyai pengaruh merubah sifat fisik dan kimia bahan yang diekstrak, dan 2 reagen harus dapat secara kuantitatif memisahkan
bahan humat dari tanah Tan, 1993. Prosedur yang paling umum untuk ekstraksi asam humat ditunjukkan pada Gambar 3.
Bahan organik tanah
Bahan humat larut Humin + Bahan bukan humat
tidak larut
Asam fulvat larut Asam humat tidak larut
Asam fulvat larut
Humus β
tidak larut Asam humat
tidak larut Asam himatomelanik
larut dengan alkali
dengan asam
disesuaikan ke pH 4.8 dengan alkohol
Huma laru
t coklat t
Humus kelabu tidak larut
dengan mineral
Gambar 3. Bagan alur pemisahan humat menjadi berbagai fraksi humat Tan, 1993.
Dalam aplikasi senyawa humat ke tanah kation organik sebagian besar terjerap pada permukaan negatif liat, sedangkan anion-anion organik lebih terjerap
pada bidang-bidang patahan permukaan liat. Adanya senyawa organik dalam ruang antar misel akan menyebabkan pembesaran ruang-ruang tersebut. Sebagai
contoh montmorilonit yang diberi etilin glikol atau gliserol mengalami perluasan sebesar 17 Å, sedangkan bila terisi air danatau kation-kation yang dapat
dipertukarkan mengalami perluasan berkisar antara 12-14 Å tergantung jenis kation. Didalam proses penjerapan, molekul organik akan dapat menggantikan air
yang terjerap oleh liat. Sebaliknya senyawa organik yang terjerap sering dapat bertukar melalui pencucian dengan air, kecuali yang terdapat dalam ruang-ruang
antar misel Ditjen Dikti, 1991.
Senyawa humat ini berfungsi sebagai bahan pembenah tanah yang terlibat dalam reaksi kompleks dan dapat mempengaruhi kesuburan tanah dengan
mengubah kondisi fisik, kimia dan biologi tanah Tan, 1993. Pengaruh senyawa humat pada sifat fisik tanah yaitu :
1. Senyawa humat mempunyai kemampuan arbsorsi air sekitar 80 - 90, sehingga pergerakan air secara vertikal infiltrasi semakin meningkat
dibanding secara horizontal. Hal ini berguna untuk mengurangi erosi pada tanah. Selain itu juga meningkatkan kemampuan tanah menahan air.
2. Senyawa humat berfungsi sebagai granulator atau memperbaiki struktur tanah. Hal ini terjadi karena tanah mudah sekali membentuk komplek dengan
senyawa humat dan terjadi karena meningkatnya populasi mikroorganisme tanah, seperti jamur, cendawan, dan bakteri. Senyawa humat digunakan
mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Cendawan mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan
bakteri berfungsi sebagai semen yang menyatukan agregat, sementara jamur dapat meningkatkan fisik dari butir-butir tanah. Hasilnya adalah tanah yang
lebih gembur, berstruktur remah dan relatif lebih ringan. 3. Meningkatkan aerasi tanah akibat dari bertambahnya pori tanah porositas
akibat pembentukan agregat. Udara yang terkandung dalam pori tanah tersebut umumnya didominasi oleh gas-gas O
2
, N
2
, dan CO
2
. Hal ini penting bagi pernafasan respirasi mikroorganisme tanah dan akar tanaman.
Pengaruh senyawa humat pada sifat kimia tanah yaitu : 1.
Meningkatkan kapasitas tukar kation KTK. Peningkatan tersebut menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara atau atau nutrisi.
Senyawa humat membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur tersebut dari pencucian oleh hujan. Unsur N, P, dan K
diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme sehingga dapat dipertahankan dan sewaktu-waktu dapat diserap tanaman, sehingga
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia. 2.
Senyawa humat mampu mengikat logam berat membentuk senyawa khelate kemudian mengendapkannya sehingga mengurangi keracunan tanah.
3. Meningkatkan pH tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus,
terutama tanah yang banyak mengandung aluminium, karena senyawa humat mengikat Al sebagai senyawa kompleks yang sulit larut dalam air insoluble
sehingga tidak dapat terhidrolisis. 4.
Ikatan kompleks yang terjadi antara senyawa humat dengan Fe dan Al merupakan antisipasi terhadap ikatan yang terjadi antara unsur P dengan Al
dan Fe, sehingga unsur P dapat terserap secara optimal oleh tanaman. Pengaruh senyawa humat pada sifat biologi tanah yaitu :
1. Perbaikan sifat kimia dan fisik tanah menciptakan situasi yang kondusif untuk
menstimulasi perkembangan mikroorganisme tanah. 2.
Aktifitas mikroorganisme di tanah akan menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti auxin, sitokinin, dan giberilin. Fungsi dari hormon Auxin
yaitu merangsang proses perkecambahan biji, memacu proses terbentuknya akar dan perkembangannya, dan merangsang perkembangan pucuk tanaman
dan akar yang sudah tidak mau berkembang lagi. Fungsi dari hormon sitokinin
yaitu memacu pertumbuhan tanaman dengan cara memacu pembelahan dan pembesaran sel, dan merangsang pembentukan tunas-tunas
baru, sedangkan fungsi hormon Giberilin yaitu meningkatkan pembungaan dan pembuahan, mengurangi kerontokan bunga dan buah, dan mendorong
partenokarpi atau pembuahan tanpa proses penyerbukan
http:www.humate ‐
indonesia.co.cc
Asam humat dapat berfungsi memperbaiki pertumbuhan tanaman secara langsung dengan meningkatkan permeabilitas sel atau melalui kegiatan hormon
pertumbuhan Tan, 1992. Menurut Tan dan Napamornbodi 1979 dalam Tan, 1992 bahwa asam humat bermanfaat bagi pertumbuhan akar dan bagian atas
tanaman. Selain itu, terdapat peningkatan yang nyata dalam kandungan N bagian atas semai dan produksi bahan kering dari pemanfaatan asam humat.
Chen dan Aviad 1990 dalam Andalasari, 1997 mempelajari penggunaan asam humat untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Pengaruh asam humat pada
tanaman baik di laboratorium maupun di lapangan adalah pada tinggi, berat basah, dan berat kering tunas dan akar, jumlah akar lateral, inisiasi akar, pertumbuhan
bibit, penyerapan hara dan pembungaan.
2.4 Tanaman Jagung Zea mays